Trust (2)


Prolog

“Boleh saya minta tolong?”.

“Tentu saja, kamu bukan hanya sahabatku, kamu lebih dari sekedar saudara”.

“Tolong jaga dia. Jaga jangan sampai dia putus asa karena saya”.

“Aku akan menjaganya dengan segenap jiwa raga. Kamu tidak perlu khawatir”.

“Saya tetap kawatir, dia wanita pertama yang membuat warna dalam hidup saya dan saya juga pria pertama yang diterima hatinya, tapi saya terpaksa menghapus warna itu. Ini jalan yang harus saya ambil. Kamu paham bukan?”

“Sangat paham dan sangat mengerti. Itu adalah jalan terbaik, meski sangat sulit tapi itu adalah keputusan yang tepat menurutku. Memang aku tidak tahu persis pada posisi kamu, tapi aku bisa merasakan betapa berat keputusan itu dan kamu sudah bijak dengan menentukan pilihan. Aku juga tidak sanggup memberi nasehat, karena biasanya kamulah yang menasehatiku. Tapi percayalah, itu takdir Tuhan dan jalan yang memang harus ditempuh”.

Lanjutkan membaca Trust (2)
Iklan

Trust


PROLOG

“Hai, Cina. Njaluk duite!”

5 anak berseragam SMA menghadang seorang anak lain yang bermata agak sipit dengan seragam serupa hanya lebih bersih dan nampak masih baru, sepert siswa baru yang masuk jenjang lanjutan atas. Suatu siang lewat tengah hari di terminal Purwokerto. Di salah satu sudutnya yang kurang rapi dan sepi. Karena diabaikan, salah satu dari lima anak itu menghampiri si sipit dan memegang kerah bajunya lalu menghentaknya, “Kowe budek apa su?”

“Kowe njaluk apa malak?”, si sipit nampak tak gentar.

“Cina kemlithak ya” si pemalak naik pitam dan menyerang dengan tinjunya, tapi si sipit berhasil berkelit, membuat 4 anak lainnya berang dan berbarengan mereka mengurung si sipit, membuat sipit terpojok dan “Bugh!” sebuah pukulan telak mengenai perut membuatnya sedikit terhuyung.

Lanjutkan membaca Trust

Luna Dan Tere


Ini bukan sebuah cerita. Bukan juga kisah anak kembar macam Upin dan Ipin dari negeri Jiran, juga bukan kisah sepasang kekasih macam Galih dan Ratna yang mendayu dalam lagu. Bukan, ini memang bukan cerita, tapi sekedar ulasan saya.

Luna dan Tere adalah nama pendek yang saya ambil dari nama pena dua novelis Indonesia, Luna Torashyngu dan Tere Liye.

Terus apa hubungannya dengan saya, dan apa pentingnya saya membahas dua nama ini. nanti saya ceritakan di akhir tulisan ini.

Oke. Jadi gini. beberapa hari lalu atau mungkin pekan dan bulan. Intinya, belakangan ini saya kadang membaca novel berupa pdf atau ebook yang saya dapat di perpustakaan virtual, sebut saja Google 😀 .

Lanjutkan membaca Luna Dan Tere

Daplun


“DAPLUUUUNNN!!”

Teriaku sebagai umpatan saat sekonyong-konyong sepeda motor yang tadi masih diam di pinggir jalan, nyelonong memotong laju sepeda motor yang sedang kukendarai. Beruntung saya berhasil menghindar dan tidak terjadi crash.

Beberapa waktu lalu, tidak jauh dari tempat tersebut, saya juga sempat mengalami hal serupa, saya berhasil menghindar tapi mengalami kecelakaan tunggal. Saat itu ban roda depan sepeda motor matic 125cc yang saya kendarai memang masih mengadopsi ban bawaan pabrik, banyak yang bilang licin, dan terbukti, sudah 4 kali saya mengalami crash akibat ban depan yang kurang baik menempel jalan saat dilakukan pengereman, apalagi sambil berkelit atau berbelok mendadak.Saat ini ban depan sudah mengadopsi FDR MP-76 dan Alhamdulilah cukup mumpuni dalam menapaki jalanan.

Gambar di atas adalah dengkul saya dengan jas hujan yang robek akibat crash, beruntung saya mengenakan knee protecktor yang masih mampu mengamankan dengkul dari sengatan aspal saat saya rebah di atasnya. Protecktor ini sudah 10 tahun menemani lho.

Lanjutkan membaca Daplun

Kaos Kaki dan Hari Indra Kustiwa


“Tri, nyilih striwelmu, nyong rep njiot kartu ebtanas”

Sebuah sapa dari Sito, teman sekampung beda kelas di hari Senin pagi sesaat sebelum bel masuk jam pertama berbunyi. Hari yang dipenuhi otak dengan segudang pengetahuan guna menhadapi hari pertama ujian akhir sekolah lanjutan pertama. Evaluasi Belajara Tahap Akhir Nasional atau biasa disingkat Ebtanas, merupakan penentu kelayakan sesorang untuk melanjutkan ke jenjang sekolah selanjutnya. Nilai murni yang akan menjadi kebanggaan tersendiri.

Lanjutkan membaca Kaos Kaki dan Hari Indra Kustiwa

Coretan Akhir 2020


Hi, penghujung tahun. Apa yang istimewa di penghujung tahun ini? Bisa dibilang tidak ada. Corona virus, covid-19, itulah yang tertanam dalam benak setiap insan dunia saat ini. Padahal jika ditelaah lebih dalam, bagi saya justeru tahun ini adalah tahun yang istimewa. Mengapa? Coba saya hitung nikmat luar biasa yang Allah limpahkan, yang bisa nampak jelas

  1. WFH, Work From Home. Karena Pandemi, Karyawan diminta WFH dan melakukan pekerjaan yang mungkin dikerjakan dari rumah. Bisa dibilang makan gaji buta secara legal.
  2. Karena Corona, saya tinggal di rumah full time bersama keluarga selama Ramadhan dan merayakan ied . Hal yang belum pernah saya alami sebelumnya. Ini adalah anugerah terindah spanjang sejarah selama saya memiliki keluarga, Allah berikan waktu begitu luang untuk saya mengajar anak-anak saya hafalan surat-surat pendek dalam Juz’amma. Masih banyak lagi hikmah dari berkumpul dengan keluarga dikala pandemi.
  3. Kebiasaan yang diterapkan sebagai wujud protokol kesehatan menjadi hal yang menjadi biasa dan harus dilakukan, rajin mencuci tangan. Sebelumnya saya agak abai dengan hal satu ini
Lanjutkan membaca Coretan Akhir 2020

PCX Sign Genit, Antara Norak dan Tidak Paham


PCX Sign Genit, maksud saya adalah kedua lampu sign di kanan dan kiri menyala berkedip berbarengan, sebutan tepatnya adalah Hazard ataua lampu hazard. Lampu yang bersifat warning, peringatan akan bahaya agar pengguna jalan waspada.

Suatu waktu saya berkendara malam hari di kepadatan lalu lintas kendaraan besar (truk container, pengangkut peti kemas) dengan rintik hujan (Jalan Cilincing – Cakung atau akrab disebut jalan Cacing). Kebetulan saya beriringan dengan Honda PCX yang menyalakan Hazard. Karena silau dan mengganggu pandangan, saya coba menyalip. Tapi tidak berapa lama, si genit kembali berada di depan saya, dan kemilau si sign itu seolah mencibir ke mata saya.

Kembali ke judul, saya menyebut PCX SIGN GENIT. Karena kerap saya menemui pengguna Matic Bongsor 150cc besutan Astra Honda Motor tersebut menyalakan Hazard tidak pada tempatnya.

Lanjutkan membaca PCX Sign Genit, Antara Norak dan Tidak Paham

Ajining Diri Ana ing Lathi


Ajining diri ana ing lathi

Dulu kala saya kerap mendengar ungkapan semacam itu, ya saat masih kecil dan remaja. Saat masih hidup di lingkup dan era yang jauh dibanding saat ini. Belakangan saya mendengar ungkapan tersebut dari sebuah lirik lagu kekinian. Sungguh unik penggabungan 2 bahasa yang berbeda. Lanjutkan membaca Ajining Diri Ana ing Lathi

Menonton dan Mendengar Lebih Mudah


Semenjak koneksi internet makin baik dan harganya terjangkau, media online menjadi laris dikunjungi pengguna generasi teknologi industri 4.0. Kecepatan akses internet dan makin terjangkau hampir oleh semua kalangan ini mengubah cara pandang pengguna dan pengakses informasi. Dari konvensional menuju digital. Lanjutkan membaca Menonton dan Mendengar Lebih Mudah

Repot Komentar Saat Blogwalking


Kang Sapto dan Azizyhore di rumah Heru Masped

Hai sobat blogger.

“Emang ada ya blogger yang baca blog ini Kang?”

Barangkali saja masih ada yang berkenan blogwalking. Blogwalking yaitu saling kunjung sesama blogger ke blog yang lain. Meski kadang sekedar Like artikel tanpa membacanya. Tapi lebih baik lagi kalo meninggalkan komentar. Lanjutkan membaca Repot Komentar Saat Blogwalking