Untuk Waktu Yang Terbuang


Hai, Saya sebenarnya bingung mau menulis apa. Judulnyapun agak membingungkan karena saya ragu mau ngasih judul ‘Untuk Waktu yang Terbuang’ atau ‘Untuk Waktu yang Tersisa’. Kok bisa?

Bagi anda yang sudah cukup berumur atau bagi saya sudah cukup lama mewarnai dan mengotori muka bumi ini, kadang terfikir dengan masa lalu, misal kenangan masa sekolah atau masa kecil yang terasa sia-sia dan tidak cukup indah untuk dijadikan kenangan dan bahan cerita dengan rekan yang bertemu setelah saya cukup berumur. Apa yang mau saya kisahkan jika masa lalu saya hanyalah sebuah kenangan datar tanpa makna berarti.

Lanjutkan membaca Untuk Waktu Yang Terbuang

Asu Buntung Generation


Asu Buntung.

Ada yang tahu dua kata di atas? Bukan, ini bukan novel baru saya atau sebuah cerita, tapi masih ada kaitannya dengan novel.

Bagi sebagian warga Banyumas, terutama generasi 80an dan sebelumnya mungkin familiar dengan dua kata tersebut.

Asu buntung. Dua kata yang tabu untuk diucapkan sembarang orang atau hanya pantas diucapkan oleh orang sembarangan? Ah, pernyataan saya jadi pertanyaan.

Ya, kata Asu Buntung adalah ungkapan kekecewaan, kekesalan berupa makian atau cacian kepada lawan bicara, lawan tanding atau bisa juga kepada kawan, saudara dan, ah, intinya kepada manusia atau mahluk lain. Hanya saja, kata ini sungguh dibenci bagi mereka yang menjunjung tinggi adab sopan santun dan tata krama. Ungkapan ini sungguh biadab pada zamannya, alias hanya orang yang kurang beradab yang berani meneriaknnya. Dasar Asu Buntung!!!

Lanjutkan membaca Asu Buntung Generation

Novel dan Wattpad


Novel. Ngomong novel tentu akan terbayang buku ukuran tanggung dengan ciri sedikit lebih tebal dari buku pada umumnya. Itu dulu. Sekarang novel tidak harus berupa buku fisik tapi cukup jadi PDF dan banyak yang menjualnya di forum jual beli termasuk di Playstore.

Ya, banyak novelis yang menjajakan karya tulisnya di berbagai aplikasi jual beli. Mereka merubah tulisannya menjadi pdf. Di era paperless, PDF dianggap lebih mangkus dan sangkil, tidak repot dan tidak kawatir rusak. Bayangkan jika berupa fisik, kehujanan, sobek dan rusak. Meski sebagian besar penikmat abjad merasa lebih nyaman jika langsung membaca dari buku fisik tapi dengan kondisi saat ini, novel pdf cukup mampu mewakili kegelisaahan akan berbagai sisi kehidupan, mulai dari penularan virus dari barang yang berpindah hingga penghematan bahan kertas, maklum di berbagai lini yang berkaitan dengan kertas mulai ditinggalkan dengan menerapkan sistem paperless.

Lanjutkan membaca Novel dan Wattpad

Trust (3)


Prolog

“Bagus, bagus. Kerjamu bagus” Lelaki itu bertepuk tangan penuh kegembiraan. “Biar dia merasakan pembalasanku karena telah menjebloskan anaku ke penjara”, lanjutnya penuh kepuasan.

“Iya”, Lelaki lain di ruangan itu menyahut pendek sambil menunduk.

“Kamu kembali bekerja seperti biasa, biar tiadak ada yang curiga”, dia beringsut ke meja, menarik laci dan mengambl sesuatu. “Ambil hardisk ini, amankan yang disana dan ganti dengan ini. lakukan dengan bersih, Ingat, bersih!” lanjutnya penuh penekanan.

“Baik”, lelaki di hadapannya diam sejenak, “Apakah keluargaku sekarang sudah bebas berarti?”

“Mereka tetap menjadi jaminan, sampai semua selesai”.

“Tapi saya sudah menyelesaikan tugas yang kau perintahkan”

“Jangan membantahku, hutangmu dan keluargamu tidak akan pernah lunas”,

“Tapi,,,”

“Sudah pergi sana, lakukan tugasmu dengan baik”.

================***===============

Belut Berkaki

2 Tahun Silam

“Belut Berkaki”, Sanjaya menimang amplop coklat itu. “Petunjuk baru lagi, nampaknya kita bisa mulai dari Unmar, besok 2 orang ke kampus itu, selidiki suasananya dulu, jangan gegabah”, dia menginstruksikan ke tim atas petunjuk baru yang dia dapat dari pegawai bapaknya di pasar Mergan. Yasir yang merupakan mahasiswa di kampus Tersebut.

Lanjutkan membaca Trust (3)

About Trust


Trust?

Ya saya ingin mengupas sedikit novel virtual yang saya posting sebelumnya, berjudul Trust dan Trust (2). Ya, sudah 2 postingan dan cerita itu belum selesai. Niatnya diselesaikan di postingan kedua, ternyata otak saya menolak dan justeru berimajinasi liar yang semakin mengembangkan isi cerita. Rencana jadi trilogi, meski kalo dicetak saya berkeinginan jadi satu bundel novel saja.

Sebelumnya saya ingin sampaikan mengapa saya menulis novel di blog ini. Berawal dari kegemaran membaca novel dan beberapa kali merasa tidak puas dengan alur ceria pada beberapa novel, saya berpikir, mengapa saya tidak buat cerita saya sendiri, sesuai kemauan dan imajinasi saya. Deal, akhirnya saya pun mulai mereka cerita dan mengetiknya.

Lanjutkan membaca About Trust

Trust (2)


Prolog

“Boleh saya minta tolong?”.

“Tentu saja, kamu bukan hanya sahabatku, kamu lebih dari sekedar saudara”.

“Tolong jaga dia. Jaga jangan sampai dia putus asa karena saya”.

“Aku akan menjaganya dengan segenap jiwa raga. Kamu tidak perlu khawatir”.

“Saya tetap kawatir, dia wanita pertama yang membuat warna dalam hidup saya dan saya juga pria pertama yang diterima hatinya, tapi saya terpaksa menghapus warna itu. Ini jalan yang harus saya ambil. Kamu paham bukan?”

“Sangat paham dan sangat mengerti. Itu adalah jalan terbaik, meski sangat sulit tapi itu adalah keputusan yang tepat menurutku. Memang aku tidak tahu persis pada posisi kamu, tapi aku bisa merasakan betapa berat keputusan itu dan kamu sudah bijak dengan menentukan pilihan. Aku juga tidak sanggup memberi nasehat, karena biasanya kamulah yang menasehatiku. Tapi percayalah, itu takdir Tuhan dan jalan yang memang harus ditempuh”.

Lanjutkan membaca Trust (2)

Trust


PROLOG

“Hai, Cina. Njaluk duite!”

5 anak berseragam SMA menghadang seorang anak lain yang bermata agak sipit dengan seragam serupa hanya lebih bersih dan nampak masih baru, sepert siswa baru yang masuk jenjang lanjutan atas. Suatu siang lewat tengah hari di terminal Purwokerto. Di salah satu sudutnya yang kurang rapi dan sepi. Karena diabaikan, salah satu dari lima anak itu menghampiri si sipit dan memegang kerah bajunya lalu menghentaknya, “Kowe budek apa su?”

“Kowe njaluk apa malak?”, si sipit nampak tak gentar.

“Cina kemlithak ya” si pemalak naik pitam dan menyerang dengan tinjunya, tapi si sipit berhasil berkelit, membuat 4 anak lainnya berang dan berbarengan mereka mengurung si sipit, membuat sipit terpojok dan “Bugh!” sebuah pukulan telak mengenai perut membuatnya sedikit terhuyung.

Lanjutkan membaca Trust

Luna Dan Tere


Ini bukan sebuah cerita. Bukan juga kisah anak kembar macam Upin dan Ipin dari negeri Jiran, juga bukan kisah sepasang kekasih macam Galih dan Ratna yang mendayu dalam lagu. Bukan, ini memang bukan cerita, tapi sekedar ulasan saya.

Luna dan Tere adalah nama pendek yang saya ambil dari nama pena dua novelis Indonesia, Luna Torashyngu dan Tere Liye.

Terus apa hubungannya dengan saya, dan apa pentingnya saya membahas dua nama ini. nanti saya ceritakan di akhir tulisan ini.

Oke. Jadi gini. beberapa hari lalu atau mungkin pekan dan bulan. Intinya, belakangan ini saya kadang membaca novel berupa pdf atau ebook yang saya dapat di perpustakaan virtual, sebut saja Google 😀 .

Lanjutkan membaca Luna Dan Tere

Daplun


“DAPLUUUUNNN!!”

Teriaku sebagai umpatan saat sekonyong-konyong sepeda motor yang tadi masih diam di pinggir jalan, nyelonong memotong laju sepeda motor yang sedang kukendarai. Beruntung saya berhasil menghindar dan tidak terjadi crash.

Beberapa waktu lalu, tidak jauh dari tempat tersebut, saya juga sempat mengalami hal serupa, saya berhasil menghindar tapi mengalami kecelakaan tunggal. Saat itu ban roda depan sepeda motor matic 125cc yang saya kendarai memang masih mengadopsi ban bawaan pabrik, banyak yang bilang licin, dan terbukti, sudah 4 kali saya mengalami crash akibat ban depan yang kurang baik menempel jalan saat dilakukan pengereman, apalagi sambil berkelit atau berbelok mendadak.Saat ini ban depan sudah mengadopsi FDR MP-76 dan Alhamdulilah cukup mumpuni dalam menapaki jalanan.

Gambar di atas adalah dengkul saya dengan jas hujan yang robek akibat crash, beruntung saya mengenakan knee protecktor yang masih mampu mengamankan dengkul dari sengatan aspal saat saya rebah di atasnya. Protecktor ini sudah 10 tahun menemani lho.

Lanjutkan membaca Daplun

Kaos Kaki dan Hari Indra Kustiwa


“Tri, nyilih striwelmu, nyong rep njiot kartu ebtanas”

Sebuah sapa dari Sito, teman sekampung beda kelas di hari Senin pagi sesaat sebelum bel masuk jam pertama berbunyi. Hari yang dipenuhi otak dengan segudang pengetahuan guna menhadapi hari pertama ujian akhir sekolah lanjutan pertama. Evaluasi Belajara Tahap Akhir Nasional atau biasa disingkat Ebtanas, merupakan penentu kelayakan sesorang untuk melanjutkan ke jenjang sekolah selanjutnya. Nilai murni yang akan menjadi kebanggaan tersendiri.

Lanjutkan membaca Kaos Kaki dan Hari Indra Kustiwa