The Beginning
Sudah dua pekan Yasir kembali dari rumah sakit, bahkan dia sudah mulai aktif di pasar beberapa hari belakangan meski Sanjaya melarangnya, karena sebenarnya luka tembak yang diderita belum sembuh total, perlu pemulihan. Tapi Yasir mulai merasa jenuh kalo terus di rumah dan hanya menjadi pesakitan, akhirnya Sanjaya pun luluh papagi dia khawatir pikiran Yasir akan kembali kacau kalo terlalu lama berdiam diri. Beruntung ada Ana yang bisa selalu menjadi hiburan. Bayi yang lucu dan menggemaskan.
“Pagi”, suara sorang gadis yang terdengar canggung menyapa, siang itu di pasar Kasin.
“Hai Ve, tumben kamu sendiri, tidak dikawal papi?”. Yasir menyahut melihat Vera yang nampak masih sedikit rikuh.
“Tidak Sir, lagian tidak selamanya saya harus ngintilin papi kan”, Vera menyahut dan mulai berusaha membiasakan diri dengan sapaan Yasir. Ve, tanpa R bahkan seolah ada i jadi terdengar Vei. Dan Vera lebih menyukai sapaan itu. Entahlah, terdengar beda dan hangat didengar.
“Apa kamu sudah menentukan wilayah-wilayah mana yang mau disurvei untuk pabrik baru Ve?”. Yasir berpikir, pasti Vera dan papinya sudah merencanakan wilayah sesuai kriteria yang diinginkan termasuk memepertimbangkan faktor-faktor yang berkaitan dengan pendirian pabrik baru. Menurut Manajemen Industri ada delapan Faktor Penentuan Lokasi Pabrik
1. Kedekatan dengan Pelanggan
Biaya distribusi dan biaya-biaya lainnya yang terkait dengan distribusi akan meningkat seiring dengan jarak antara fasilitas produksi dengan pelanggan. Semakin jauh jarak antara pabrik dengan pelanggan, semakin tinggi pula biaya distribusinya.
2. Kedekatan dengan Pemasok (Bahan mentah/Bahan pendukung)
Berdekatan dengan pemasok bahan mentah dan bahan-bahan pendukungnya akan menjamin stabilitas pasokan serta mengurangi biaya bahan mentah dan bahan pendukung akibat tingginya biaya pengiriman barang-barang tersebut.
3. Fasilitas Transportasi
Fasilitas Transportasi merupakan salah satu pertimbangan penting dalam menentukan lokasi produksi. Kecepatan transportasi menjamin pasokan bahan mentah dan bahan pendukung produksi untuk perusahaan serta pengiriman barang jadi ke Pelanggan. Pemilihan Metode Transportasi seperti lewat jalur darat, laut dan udara sangat menentukan biaya produk (barang dan jasa) yang akan dihasilkan.
4. Ketersediaan Infrastruktur
Infrastruktur yang lengkap seperti persediaan air, listrik dan pengolahan limbah akan sangat mendukung kegiatan produksi. Semakin lengkapnya fasilitas infrastruktur, semakin baik untuk dijadikan lokasi fasilitas produksi.
5. Ketersediaan Tenaga Kerja dan sistem pengupahan
Lokasi-lokasi yang memiliki tenaga terampil dalam industri yang akan dijalankan sangat berpengaruh terhadap kelancaran produksi. Mendatangkan Tenaga Kerja dari daerah yang jauh akan meningkatkan biayanya dan juga masalah-masalah yang berkaitan dengan administrasi ketenagakerjaan. Hal-hal yang berkaitan dengan Pola pengupahan seperti biaya hidup dan hubungan industri dengan tenaga kerja setempat terutama dengan Serikat Pekerja juga merupakan faktor penting dalam menentukan ketepatan tempat tersebut untuk dijadikan lokasi fasilitas produksi.
6. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan Pemerintah yang Menguntungkan akan menciptakan suasana yang kondusif bagi Industri yang bersangkutan. Kebijakan pemerintah tersebut diantaranya seperti Perpajakan, Standarisasi, Ketenagakerjaan dan peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan keuangan, perindustrian, perdagangan dan lingkungan.
7. Geologi dan Iklim
Geologi serta Iklim seperti Suhu dan kelembaban merupakan pertimbangan penting dalam menentukan lokasi fasilitas produksi karena dapat mempengaruhi efisiensi dan perilaku manusia setempat.
8. Industri dan Layanan Pendukung
Industri atau layanan-layanan pendukung seperti pendidikan, telekomunikasi, jasa perbankan, layanan konsultasi dan layanan sipil lainnya merupakan faktor penting dalam mempengaruhi pemilihan dan penentuan lokasi pabrik.
“Ada beberapa Sir, apa kamu sudah diijinkan untuk bepergian jauh?”.
“Sebenarnya Mas Sanjaya masih keberatan. Tapi saya juga tidak mau terus-terusan berdiam diri di rumah. Gampang itu. Kapan kamu berencana mengecek tempat-tempat itu?”. Yasir mempersilahkan vera masuk ke belakang etalase, Disiapkan teh tawar hangat untuknya. “Silahkan ve, tanpa gula kan?”.
” Makasih Sir”, Vera gelas teh dari Yasir, menyecapnya. “Aku harus tetap minta ijin Mas Sanjaya Sir. Tadi aku nelpon dia sebelum kemari karena aku pikir kamu masih di rumah”, tanpa menunggu jawaban Yasir, Vera langsung meraih ponsel dari dalam tas kecil yang ia sandang dan menelpon Sanjaya.
“Halo Ver. Apa kamu sudah ketemu Yasir?”. Terdengar suara Sanjaya dari seberang.
“Sudah Mas, ini lagi di Kasin bareng dia”, Vera diam sejenak menunggu respon dari Sanjaya. “Dia malah ngajak Vera buat survei lokasi pabrik. Apa Mas Sanjaya ijinin Yasir bepergian jauh dengan saya?”. Lanjutnya karena Sanjaya tidak cepat merespon.
“Boleh saja, tapi nanti biar dikawal Cak No dan orangku. Tidak perlu satu kendaraan, biar kamu juga bebas membahas rencana pabrik baru itu sepanjang perjalanan dengan Yasir”. Yang dimaksud orangku oleh Sanjaya adalah anak buah kepercayaannya, polisi yang sedang bebas tugas tentunya. Sanjaya seolah tahu kalo Vera perlu privacy berdua Yasir.
“Baik Mas. Mungkin besok saya mulai meninjau lokasi pertama”.
“Mau kemana dulu ver?“
“Lamongan Mas, sebagai penghasil beras terbesar di Jawa Timur. Rasanya masuk kriteria untuk mendekati sumber bahan baku pabrik”. Kalo sudah obrolan serius, Vera bisa bicara tanpa ragu dan tidak lagi ada kekakuan. Suaranya mantap dan pasti.
“Baik, besok pagi kamu samperin saja Cak No di gudang beras ya. Dia akan menunggu di sana bareng orangku”.
“Baik Mas”. Selanjutnya Vera menutup pembicaraan dan menatap ke arah yasir yang sedari tadi mendengarkan serius. “Besok pagi kita ke Lamongan Sir”, kata Vera kemudian.
“Baik, besok kamu saya jemput jam 7 di rumah ya. Lebih pagi lebih baik kan”.
“Tidak usah, nanti aku yang jemput kamu kemari. Terus nanti ke gudang Cak No. Mas Sanjaya meminta dia bersama beberapa orang ikut dengan kita. Mereka bawa kendaraan sendiri”.
“Mas Sanjaya menyiapkan pengawalan?” Yasir agak kaget, dia tidak tahu bahwa selama ini, selain ke pasar, Yasir selalu dikuntit orang suruhan Sanjaya.
“Iya Sir, katanya biar lebih aman. Karena kita memang tidak paham wilayah yang akan kita survei kan”. Vera mencoba memberi pemahaman ke Yasir. Vera tahu kekhawatiran Sanjaya, tapi tidak mau Yasir tahu akan hal itu.
“Baiklah. Saya memang bermaksud mengajak Cak No, tapi ternyata Mas Sanjaya juga mengetahuinya dan meski berlebihan dengan mengajak serta selain Cak No. Ada berapa orang kaytanya Ve? Orangnya Mas Sanjaya”.
“Cuma dua Sir”.
“Hmmm… sepertinya Mas Sanjaya kurang percaya saya sanggup menjaga kamu Ve”.
“Bukan begitu Sir. Seperti yang tadi aku bilang, kita tidak paham dengan lokasi yang yang kita tuju, bukan wilayahnya saja tapi orang-orang yang mungkin nanti kita hadapi”.
“Iya Ve”, Yasir menyambar cepat. “Saya cuma bercanda kok. Dan ya, kita akan berurusan dengan orang-orang yang tidak kita kenal, apalagi nanti saat deal dan harus mengurus surat ijin ini itu. Saya yakin Mas Sanjaya berpikir jauh ke sana, makanya Bapak sangat percaya sama dia”.
“Iya, bahkan sebelum ada deal pun, kadang ada saja orang-orang yang tidak suka dengan kehadiran orang baru. Mungkin Mas Sanjaya lebih paham akan hal seperti itu”. Vera bernafas lega karena Yasir tidak berfikir bahwa Sanjaya justeru mengkhawatirkan adik iparnya itu.
“Tenang Ve, Cak No bisa mengatasi premanisme model kaya gitu. Dia dulu jawara di timur Pulau jawa ini”, Yasir diam sejenak. “Oh iya Ve. Hmm…”. Yasir seperti ragu mau mengucapkan sesuatu.
“Kenapa Sir?”.
“Apa kamu tidak risi jalan bareng saya?”.
“Kenapa saya harus risi Sir?”
“Saya ini duda Ve”.
“Hahaha.. emang kenapa kalo kamu duda?”.
“Saya kawatir ada prasangka dari orang lain. Dan saya pikir, papi kamu pasti punya orang yang lebih baik dalam bidang ini dibanding saya. Ini hal besar lo Ve. Bukan kelas kios pasar macam Kasin ini. Investasinya juga tidak main-main”.
“Mengapa kamu harus berpikir sejauh itu. Nyatanya papi percaya sama kamu. Sudah deh Sir. Aku juga tidak keberatan, tidak usah pikirin prasangka orang. Aku yakin kamu orang yang bisa dipercaya dan bukan tipe orang yang bisa khianat bahkan sekedar berpaling sekalipun. Aku sudah cukup mengenalmu Sir meski kita tidak pernah dekat sebelumnya”. Vera meyakinkan Yasir, dia mulai terbiasa dan akrab, apalagi untuk hal serius, Vera tidak akan malu-malu lagi.
“Terimakasih sudah percaya sama saya Ve, Saya akan jaga kepercayaan kamu dan papi kamu. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu yang saya bisa. Meski ini hal baru, karena pendirian pabrik akan melibatkan banyak pihak. Tapi ini tantangan menarik”, Yasir diam sejenak, “Baiklah, mari bekerja”. Lanjutnya dengan semangat. Vera tersenyum melihat sorot mata Yasir yang kembali seperti dulu, penuh tekad kuat dan keyakinan penuh, semangat yang menjadi inspirasinya untuk meneruskan bisnis papinya.
===============***==============
Satu respons untuk “Trust (2)”