Luna Dan Tere


Ini bukan sebuah cerita. Bukan juga kisah anak kembar macam Upin dan Ipin dari negeri Jiran, juga bukan kisah sepasang kekasih macam Galih dan Ratna yang mendayu dalam lagu. Bukan, ini memang bukan cerita, tapi sekedar ulasan saya.

Luna dan Tere adalah nama pendek yang saya ambil dari nama pena dua novelis Indonesia, Luna Torashyngu dan Tere Liye.

Terus apa hubungannya dengan saya, dan apa pentingnya saya membahas dua nama ini. nanti saya ceritakan di akhir tulisan ini.

Oke. Jadi gini. beberapa hari lalu atau mungkin pekan dan bulan. Intinya, belakangan ini saya kadang membaca novel berupa pdf atau ebook yang saya dapat di perpustakaan virtual, sebut saja Google 😀 .

  • LUNA TORASHYNGU

Awal kisah saya tertarik dengan novel yang terkait dengan “by Mawar Merah”, dari novel itu saya coba cari kata yang terkait novel dan Mawar Merah, ternyata saya menemukan novel karya Luna Torashyngu yang berupa series. Seri ini bukan hanya satu individu, tapi beberapa tokoh yang saling terkait, tapi masing-masing tokoh tersebut menjadi tokoh utama dalam novel lain.

Bermula dari seri Mawar merah yang kalo tidak salah ada 4 novel. Nah di novel ke-4 ada nama-nama yang kesemuanya merupakan tokoh utama dalam novel lain. Silahkan lihat gamabr di atas. Semua tokoh utama dalam beberapa novel sekali waktu akan saling bertemu dan mendukung dala satu alur cerita yang masih memiliki keterkaitan dari novel lainnya.

Luna Torashyngu berhasil merangkai cerita dengan cukup apik dalam genre science-fiction atau sci-fi story. Apa itu? Fiksi ilmiah, mungkin begitu. Saya sebenarnyta tidak terlalu memahami, tapi bagi saya lebih menitikberatkan ke cerita fantasy atau imajinasi mendekati hayalan. Itulah sajian dari seri di atas.

Awalanya saya pikir Luna Torashyngu adalah nama seorang penulis wanita, karena dari nama pena, penokohan dalam novel yang selalu menampilkan perempuan sebagi tokoh utama, misal dalam serie di atas, ada Rachel, Andra, Muri, Fika/Ista/Shinta dan Kya Ren, semua nama perempuan. Tapi ternyata Luna adalah seorang laki-laki yang konon kelahiran Purwokerto, negeri para ngapakers macam saya.

Luna memang pinter merangkai cerita sci-fi, tapi jika menulis cerita tentang hal yang lebih umum, misal kisah remaja dan sekolah yang bukan sci-fi, entah mengapa kurang membumi, alur cerita terlalu mudah ditebak.

  • TERE LIYE

Siapa yang tidak tahu atau minimal pernah baca atau dengar nama Tere Liye? Kebangeten.

Quote nya kerap dicatut dan bertebaran di sosial media. Dia memang memiliki beberap buku berisi quote meski satupun belum pernah saya baca.

Saya membaca novel Tere Liye, karena tahu atau pernah lihat tulisan atau Quote dengan tagar Tere Liye di akhir Quote. Jadi saya sama sekali tidak mengenal atau belum pernah mencari tahu siapa dia. Dan seperti kata Luna, kata Tere juga bagi saya identik dengan perempuan. Saya sempet menganggapnya seorang wanita. Dan itu salah, Tere Liye itu pria gaess.

Ya, penasaran dengan nama besar Tere Liye membuat saya mencari ebook novelnya dan ketemulah salah satu ebook berjudul “Kau Aku dan Sepucuk Angpau Merah” , judul yang tidak menarik bagi saya. Jadi saya membaca novel ini karena nama besar Tere Liye nempel di sampul depan, bisa dianggap seperti itu.

Kalimat demi kaliamt saya cermati, paragraf demi paragraf tertaut menjadi alur kisah. Dan disinilah saya bisa bilang, jangan nilai isi dari sampul atau Dont judge the book by the cover, judul boleh biasa, tapi rangkaian kata yang membentuk cerita, jelas bukan picisan. Disini saya baru mulai kenal kenapa tere memiliki quote yang begitu digandrungi untuk dicatut dan bertebaran dalam sosisla media.

Kisah sederhana tapi mengena. Dalam novel itu bukan sebuah kisah modern yang ada saat ini. Kisah kesederhanaan dari pinggiran Sungai Kapuas Kalimantan. Penggambaran sungai, air sungai, pinggiran, rumah panggung dengan perahu bermesin tempel terparkir di kolongnya, tentang buku, tentang bengkel, tentang masing-amsing individu yang menautkan cerita di dalamanya. Bahkan saya masih terngiang candaan di dalam novel tersebut “Borno, Bujang berhati paling lurus sepanjang tepian Kapuas”, dan saya akan tersenyum karenanya, karena terbayang alur ceritanya, ada kekonyolan dan sedikit romansa. tapi jangan berharap kisah romantis yang termehek-mehek, bukan, kisah itu hanya bumbu saja.

Buku atau novel lain dari Tere ada “Tentang Kamu”, si Anak Cahaya dan lain sebagaianya, banyak dan saya baru baca 2 novel saja sudah mampu membuat saya berpikir ulang untuk menulis sebuah novel.

Ya, saya memang berencana menulis novel dalm blog ini, bukan untuk dikirim ke penerbit maupun ke aplikasi macam inovel, watpad dan semacamnya. Tapi pertimbangan kalimat dan alur cerita yang nyaman dibaca juga enak untuk dinikmati mebuat saya terus mengundurkan rencana menulis novel. Cek recek, edit, pas tidaknya, cari reverensi alur cerita dan lain sebagainya.

Saya ingin menyisipkan sedikit pengetahuan agar novel itu bukan hanya sekedar cerita tapi ada ilmu di dalamnya. Banyak novelis yang melakukan hal ini. Saya juga ingin menggambarkan suatu wilayah agar diingat oleh pembaca bukan sekedar alur ceritanya, seperti yang dilakukan Tere. Eh tentu saja juga dilakukan oleh novelis lain. Pengaruh Luna mungkin akan saya adopsi, yaitu menulis cerita dengan mengambil figur dari tulisan yang sudah terbit, akan saling terkait dan menguatkan kisah.

Novelis lain yang saya gandrungi bukanlah orang asing bagi penikmat abjad, dialah Habiburrahman El Shirazi atau akrab disapa Kang Ebik. Rangkaian ayat-ayat cinta mampu membuat saya ingin naik trem di Mesir, ingin menangis di kontrakan dan ingin nambah isteri, eitss..enggaklah. Ketika Cinta Bertasbih, Dalam mihrab Cinta juga pernah saya baca. Itu dulu, bahkan waktu SD saya pernah baca buku cerita sederhana dan ternyata mampu membuat saya jadi cengeng, saya lupa judulnya, tapi sebuah novel yang tidak lengkap pernah saya ambil dari perpusatakaan sekolah, tidak lengkap karena tinggal 3/4 lembar awal, 1/4 novel tersebut entah kemana, isinya tentang kisah detektif cilik tapi dalam genre yang sederhana, judulnya “Mengungkap Jejak Belut Berkaki”.

Lantas kapan saya akan mempublish tulisan (novel) saya? Masih belum ada titik terang. Jalan cerita sudah selesai dibuat, dalam otak saya, tapi menuangkan menjadi tulisan, sungguh hal yang berbeda, pemilihan kata yang tepat menjadi kalimat yang nikmat serta menjadi pargraf dan cerita yang mufakat, ternyata hal yang cukup sulit didapat. Tapi saya yaqin, akan saya bagi cerita itu di sini, tunggu saja, sepakat?(tri)

5 respons untuk ‘Luna Dan Tere

Tinggalkan komentar