Sekuat apa sepeda motor anda? Atau senekat apa pembaca memperlakukan sepeda motor? Massif pemberitaan tentang gojek saat ini, itu hal lulmrah dibanding para pengojek di pedalaman Indonesia sana, yang tidak tersentuh angkutan umum, alias angkutannya tidak umum seperti gambar di atas. Lanjutkan membaca Hidup Itu Keras, Ojek Kayu Case
Sudah sering dibahas, tapi sekedar pengingat, reminder. Kebetulan Opa Aba Khadija menshare gambar dengan keterangan yang cukup mudah untuk dipahami. Tulisan saya terkait rem pada kendaraan
SEbenarnya helm ini sudah lama launcing, yaitu saat PRJ2014. Tapi saya baru melihat dan meraba langsung. Kesan Pertama melihat helmet MDS dengan model yang paling saya gandrungi, Supermoto. Katanya si model Super Pro.
Penggunaan rem pada sepeda motor umumnya berkekuatan 70:30. Artinya, 70% rem depan dan 30% rem belakang. Meski masyarakat awam lebih mementingkan rem belakang, bahkan kerap rem depan tidak ada.
Menurut hukum Newton, gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Hal ini berlaku pada roda ban saat pengereman, terutama ban depan, karena pada keadaan darurat atau pengereman mendadak, titik tumpu terberat terpusat pada ban depan, sedang ban belakang hanya sebagai penyeimbang, bahkan kadang rem belakang tidak bermanfaat. Sesuai hukum newton, saat ban menekan jalan karena pengereman maka jalan akan memberikan gaya yang sama dengan arah berlawanan alias menekan balik ke arah ban. (cmiiw) Lanjutkan membaca 100% Rem Depan
Macet total Kali Malang Tambun, Kamis 24 Juli 2014 pukul 21.19
Pukul 17.00 lewat dikit, sore tadi saya bertolak dari tempat nguli saya di pinggir Jakarta Utara menuju tempat tinggal di Bekasi Utara.
Satu botol teh manis panas sudah saya siapkan guna bekal di perjalanan. Mengingat lalu lintas Jakarta kadang tidak terduga. Kerap macet yang mengakibatkan perjalanan menjadi lebih lama dari seharusnya. Jika lalin lancar, jarak 30 kilometer dari tempat nguli ke rumah bisa ditempuh dalam tempo sekira 40 menit, tapi pernah sekali saya tempuh selama 4 jama dengan 2 kali istirahat.
Dugaan saya benar, Jalan Bekasi Raya lalin padat, sebagian penghuna jalan nampak membawa muatan yang tidak sewajarnya. Mudik, pasti pada mau mudik, pikir saya.
Sampai Ujung Menteng azan Magrib berkumandang, seger saya menepikan sepeda motor si Jalitheng, buka perbekalan demi membatalkan puasa, berbuka berteman debu jalanan dan beberapa pemudik yang juga ingin membatalkan puasa. Lanjutkan membaca Rekreasi (dadakan) Jalur Mudik
salah satu Pedestrian Jalan JakartaRutinitas, berangkat kerja mengendarai sepeda motor Jalitheng Pulsar 220. Jumlah kendaraan yang makin banyak membuat jalan raya di ibukota bisa dijadikan uji kesabaran bagi penggunanya. Yah, apalagi kalo bukan macet. mendekati persimpangan saya berjejal mengejar lampu hijau yang tak berapa lama berubah kuning, karena sebagian besar kendaraan melakukan hal sama, mengakibatkan kepadatan di tengah persimpangan, sementara lampu lalin sudah berubah ke merah, hal ini sering jadi biang kemacetan. Pertemuan di tengah perempatan dengan kendaraan dari arah lain yang pastinya sudah hijau. Lanjutkan membaca Waspada Trotoar Tanah
Di jalan raya saat berkendara kadang kita melihat (bahkan mungkin melakukan) orang melambaikan tangan (biasanya oleh boncenger) menghalau atau isyarat bagi kendaraan lain sebagai ganti lampu sein atau tambahan menguatkan isyarat sein bahw kendaraan yang dikendarai akan berbelok atau memotong.
Yang aneh adalah saat sepeda motor memberi isyarat tangan pada kendaraan yang lebih besar, apakah yakin sopir kendaraan tersebut melihat isyarat tangan, sedang tinggi rider motor tak sampai terlihat sopir karena jarak yang terlalu dekat alias terhalang dasboard kendaraan sehingga pandangan sopir jatuh pada obyek dengan jarak tertentu (agak jauh di depan/samping kndaraan). Lanjutkan membaca Sein Tangan
yang tidak sempet aku photo sehingga tidak bisa dicaci :
Iring-iringan demo di sekitar Bundaran HI pakai motor tanpa helm, yang pengen kukasih judul “aspirasi bisa langsung sampai ke Hadirat-Nya”
Maaf ga ada tulisan panjang lebar, silahkan baca saja tulisan Eyang Ali : Kalau bukan kita, siapa lagi?? aksi nyata ra kokehan cangkem… Wassalamu’alaikum
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.