100% Rem Depan


image
Jalitheng lecet lecet

Penggunaan rem pada sepeda motor umumnya berkekuatan 70:30. Artinya, 70% rem depan dan 30% rem belakang. Meski masyarakat awam lebih mementingkan rem belakang, bahkan kerap rem depan tidak ada.
Menurut hukum Newton, gaya aksi dan reaksi dari dua benda memiliki besar yang sama, dengan arah terbalik, dan segaris. Hal ini berlaku pada roda ban saat pengereman, terutama ban depan, karena pada keadaan darurat atau pengereman mendadak, titik tumpu terberat terpusat pada ban depan, sedang ban belakang hanya sebagai penyeimbang, bahkan kadang rem belakang tidak bermanfaat. Sesuai hukum newton, saat ban menekan jalan karena pengereman maka jalan akan memberikan gaya yang sama dengan arah berlawanan alias menekan balik ke arah ban. (cmiiw)

image
Rem depan Jalitheng

Penggunaan rem pada sepeda motor perlu pelatihan agar tekanan pada handle rem tepat, tudak kurang atau kelebihan. Seperti saya tulis di atas, masyarakat awam lebih percaya pada rem belakang, padahal pada kondisi darurat (rem mendadak), penggunaan rem belakang berlebihan cenderung mengakibatkan rem mengunci dan kendaraan tidak terkontrol. Kerap ban belakang ngepot ‘ngebuang’ kanan maupun kiri.
Penggunaan rem depan berlebihan pun bisa berakibat fatal,  terutama dalam kecepatan tinggi. Tapi penggunaan rem depan lebih utama daripada rem belakang, sesuai prinsip hukum newton tadi.

image
Longgar antara disc pad dan cakram rem belakang Jalitheng

Pada postingan tentang knalpot bobokan atau knalpot blombong saya menceritakan ‘crash’ yang saya alami. Ternyata kecelakaan tersebut mengakibatkan kerusakan pada rear disk brake atau piringan rem belakang. Hal tersebut sepertinya akibat miringnya swing arm. Miring karena sepeda motor jatuh dalam posisi sisi ban belakang terbentur aspal cukup keras.
Piringan rem tidak rata, ada bagian tertentu yang ‘mleot’, meski secara kasat mata tidak nampak, sehingga jika handle rem belakang diinjak, bagian yang melengkung tadi masih menyerempet disc pad meski handle rem sudah dilepas. Hal tersebut menyebabkan ban belakang berat berputar dan timbul suara yang cukup nyaring. Apalagi seal piston rem pun perlu penggantian agar piston berfungsi normal.
Perbaikan swing arm sudah dilakukan, tapi untuk mengganti atau memperbaiki disc rem belum sempat. Maklum masih libur lebaran, sebagian bengkel spesialis dan toko suku cadang masih tutup.
Akhirnya disc pad atau kampas rem belakang saya longgarkan manual dan tidak saya fungsikan. Dari hari Kamis, 04 Syawal lalu saya hanya mengfungsikan rem depan alias 100%.
Awalnya agak ragu tapi setelah 3 hari dengan jarak tempuh sekali jalan sekira 100km, alias 200km pergi pulang Karawang, saya mulai terbiasa. Tentu dengan penuh kehati-hatian.
Meski demikian saya masih berani menarik throtle gas Jalitheng Pulsar220 di atas 6000 rpm sampai 7500 rpm pada top gear. Bagi pengguna pulsar bisa menebak kecepatan yang tertera di speedometer pada top gear rpm tersebut.
Sekali lagi waspada dalam berkendara tetap prioritas utama. Fungsi fitur kendaraan sebagai pendukung keselamatan harus selalu prima. Saya pun ingin menyegerakan perbaikan rem belakang, meski rem depan saja sudah cukup. Apakah rem kendaraan pembaca berfungsi normal?(tri)

**************
Posted from WordPress for Android Wonder Roti Jahe

Iklan

10 respons untuk ‘100% Rem Depan

  1. cen enak nggo depan kok om.. aku saiki yo terbiasa pake depan tok nek ra boncengan.. mungkin belakang sesekali ngimbangi.. tapi nek lagi mboncengke rawani ngandalke ngarep tok.. :mrgreen:

    Suka

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s