Bulan ini, Bengkulu cukup menjadi sorotan karena ‘kuis shalat’ yang diadakan oleh Walikotanya. Kuis, begitulah saya menangkap dengan pikiran awam atas hadiah yang ditawarkan sang Walikota bagi warga yang rajin shalat ke masjid.
Ada yang menggelitik membaca tulisan Ndorokakung dalam artikel masjid pecas ndahe, tulisan berkaitan shalat berhadiah dari walikota Bengkulu. Ada opini teman Ndoro dengan nickname Paklik Isnogud, berikut saya capture
Sutrah berarti penghalang atau pembatas. Pembatas di sini berkaitan dengan sholat. Yaitu sesuatu barang padat yang berada di depan orang yang melaksanakan shalat. Bisa tembok, tiang, pohon, anak panah, tongkat, kendaraan termasuk sepeda motor.
“Berapa gaji anda?”
Mungkin pembaca pernah ditanya seperti itu. Pertanyaan yang kadang sungkan untuk dijawab. Antara malu karena jumlahnya yang kecil atau takut dianggap sombong karena jumlah yang besar. Meski ada juga yang menjawab dengan bangga berapapun jumlahnya. Atau jawaban datar padahal jumlahnya besar, mungkin menjaga gengsi. Alias jumowo yang ditutupi.
Harta dan penghasilan memang identik dengan jumlah. Orang disebut kaya karena jumlah harta yang dimiliki. Sampai beberapa majalah ternama melansir urutan orang-orang terkaya berdasar jumlah harta yang dimilikinya. Bahkan ada orang yang protes karena namanya berada pada urutan yang dianggap salah. Seolah mengumpulkan kekayaan adalah lomba yang harus dimenangkan. Lanjutkan membaca Lomba Jumlah Tanpa Nilai
Jauh, ungkapan yang identik dengan jarak tempuh. Misal Jakarta ke Surabaya atau sebaliknya, jika dilihat jarak pandang pasti jauh. Ditempuh dengan kendaraan darat dan laut juga jauh, bisa seharian atau sekira 12 jam, bahkan lebih, tapi lebih dekat dibanding sekedar dipikir. Dan semakin dekat saat ditempuh menggunakan pesawat terbang, sekira 2 jam.
Jauh juga kerap digunakan untuk menyebut tujuan yang sama sekali belum ada tanda-tanda akan tercapai. Misal seorang jejaka single saat ditanya kapan menikah akan menjawab, “masih jauh, pacar aja tidak punya” (maksudnya masih lama). Relatif, jauh atau lamanya tidak pasti. Lanjutkan membaca Jauh
“Ayah, Oyan ikut ke mesjid ya” kata anaku merajuk saat saya hendak jamaah Magrib. Saya mengiyakan, meski dengan berberat hati, takut mengganggu jamaah yang lain. Maklum anak saya masih kecil meski sudah disunat, umurnya belum genap enam tahun. Daripada merajuk dan mengganggu seisi rumah, apalagi sepupunya juga datang mengajaknya, sama-sama masih belia.
Barisan diatur oleh marbod, anak-anak yang kiranya suka bercanda disisipkan diantara jamaah dewasa, dengan harapan mereka sungkan atau takut untuk membuat ulah yang bisa mengganggu kekhusukan shalat. Anaku berdiri disampingku bersebelahan dengan seorang bapak. Bapak tersebut memakai sajadah dengan tempelan kompas dekat area muka jika sujud. Mungkin penunjuk arah kiblat jika di tempat asing yang tak hafal arah mata angin. Lanjutkan membaca Tersesat Kompas
“Kriiiinng..!”
Tab retak itu berdering, kebetulan simcard yang diperuntukan buat ponsel sedang dipakai akses data pada tablet pinjaman. Jadi nomor kontak yang tersimpan di ponsel tidak dikenali saat ada panggilan.
“Halo” kataku menerima panggilan tak dikenal tersebut.
“Halo, inget enggak?” selain nomor yang tidak saya kenal, suara lelaki di sebrang sana juga asing di kupingku.
“Siapa ya? Maaf saya lupa, apa salah nomer kali” jawabku sambil berpikir keras, siapa gerangan.
“Ini mas Triyantipo kan ?” wah tahu namaku dia, jadi tengsin nih, tapi saya tidak ingat nomor dan suara penelpon.
“Iya, saya Triyanto” jawabku masih sambil mikir.
“Saya si fulan, yang di sono, masa lupa” penelpon menyebutkan nama dan tempat tinggalnya. Saya masih tidak ingat nama yang disebut.
“Maaf saya lupa, ada perlu apa ya?” jawabku sambil menanyakan langsung maksud penelpon, daripada buang waktu main tebak-tebakan.
“Enggak inget ya? Ya sudah deh kalo enggak inget” jawab penelpon sambil mematikan panggilan.
Saya hanya ternganga, aneh nih si fulan, nelpon kok ngajak main tebak-tebakan. Maksud dia nelpon apa cuma ingin mengingatkan saya, bahwa dia adalah teman saya? Lantas apa otak saya harus selalu ingat semua teman-temanku? Teman STM saja saya sudah pada lupa. Karena lama tidak berjumpa dan sudah suratan manusia itu tempatnya salah dan lupa. Banyak
ayat Alquran tentang manusia yang lupa
Lagi dan masih banyak lagi
Bahkan ada yang menulis untuk melawan lupa, baik itu berupa memo, diary, atau blog. Menuntut ilmu juga penting untuk mengingat pelajaran, maka perlu pengulangan biar tidak mudah lupa dengan pelajaran tersebut.
Sampai sekarang saya masih memikirkan siapa yang menelpon saya. Apakah pembaca menelepon saya?(tri)
————————————–
Posted from WordPress for Android P6200 retak
“Jam segini belum dateng, nggak masuk ni bocah kayaknya” kata kawanku di pagi awal jam kerja. “Nabrak bajey kali” seloroh yang lain. “Kemarin gw liat kerikan dia, sakit masuk angin kali” tambah kawan pertama.
Praduga atau prasangka kadang identik dengan hal negatif. Tindakan seseorang juga kadang menimbulkan praduga. Si fulan yang sering berulah buruk akan dianggap tingkah baiknya sebagai hal buruk yang ditutupi. Sebaiknya tabayyun, benar tidaknya suatu hal yang samar. Aisya
Dari gambar di atas bisa muncul praduga, lagi ngapain nih bocah? Mau menangkap atau mau nyebur ke air? Lanjutkan membaca Praduga
“Bukan sulap bukan sihirr…! Simsalabim… Abrakadabra…!”
Itulah kata-kata tukang sulap saat saya masih SD, trik-trik sulap sederhana diperagakan oleh sang mentalis. Dulu saya tidak kenal dan bahkan tidak pernah dengar kata “mentalist”, tahunya hanya “tukang sulap”. Kata mentalist melekat pada tukang sulap baru saya pahami era milenium. Walau trik sederhana semisal makan jarum dan jarumnya dikeluarkan kembali dengan diuntai benang dari dalam mulut, karena saya tidak tahu triknya dan masih duduk di bangku sekolah dasar, nalar saya tidak mampu mencerna secara logika. Saya anggap itu luar biasa. Sakti ni orang, pikir saya. Twitt @ndorokakung
Era milenium, dengan makin berkembangnya dunia hiburan, entertainerpun makin berkembang dalam meramu tontonan, termasuk trik sulap. Lanjutkan membaca Sulap Bukan Sihir
Rodrek termenung di kursi dekat pintu utama sebuah kantor. Hari itu Kamis, jelang tengah malam ia masih menunggu seorang staf kantor menyelesaikan tugas. Lembur karena tuntutan waktu. “Laporan ini harus di setor besok” kata si staf menjelaskan, saat Rodrek menanyakan.
Harusnya dia sudah nongkrong di pos sambil menikmati kopi hitam diiringi musik kesukaan. Biasanya dia menunggu kantor maksimal jam 21.00. Ya Rodrek hanyalah seorang satpam, dan hari itu ia bertugas di kantor, menjaga dan mendata tamu yang datang. Membukakan pintu jika ada tamu atu staf yang keluar masuk kantor.
Setelah staf yang lembur selesai, berbenah dan meninggalkan kantor, Rodrekpun membenahi berkasnya, mendata ulang barang-barang yang trrcatat dalam daftar buku harian. Lanjutkan membaca Lewat Tengah Malam
“Bacain ayat kursi dong yah” bisik isteriku saat si orok Amira menangis seolah tak mau henti. Saya tidak serta merta mengiyakan bisikan isteri. Ada ganjalan dalam hati yang sulit diungkapkan. Entah mengapa jelang tengah malam si orok rewel, menangis histeris dalam tempo yang lama. Seolah kesakitan yang teramat sangat.
Bedong dibuka biasanya diam, ini masih menangis. Diberdiriin di atas perut saya biasanya langsung tertawa tapi kali ini gagal, diayun tetap menangis, bahkan air susu ibu pun ditolaknya. Akhirnya saya ayun, bopong dengan kedua tangan saya, masih histeris. Ayat Qursi
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.