Purwojaya Dengan Fitur Gemlondhang


image
Biarpun gemlondhang masih bisa bobo dan gaming

Kembali ke Jakarta, seperti yang kutulis pada kisah mudik postingan sebelumnya, kereta adalah pilihan alat transportasi paling baik saat ini dan Purwojaya jadi pilihan warga Purwokerto, Banyumas, Cilacap dan sekitarnya untuk pulang kampung ataupun balik ke Metropolitan.
Kalo pada pulang kampung kemarin harga tiket Rp245.000 dengan fasilitas yang sudah saya ceritakan, sedang harga tiket balik lebih murah Rp15.000 alias Rp230.000 perseat. Usut punya usut ternyata tidak tersedia stop kontak listrik seperti pada gerbong bisnis Purwojaya perjalanan pulang.
Lanjutkan membaca Purwojaya Dengan Fitur Gemlondhang

Iklan

@NTMLantasPolri Jalur AKAP Purwokerto Brebes Tegal Berlobang Parah Banget, Pengendara wajib Berhati dan Bersabar


Tanjakan Ciregol : dulu mudik pakai Tiger sedang diperbaiki

Duduk di bangku barisan depan, dibelakang jok kondektur, begitu jelas mengawasi jalanan antar Purwokerto-Brebes, di beberapa ruas jalan harus saling gantian, alias saat busku melaju maka kendaraan dari lawan berhenti minggir, karena kerusakan jalan tidak memungkinkan dilalui oleh kendaraan 2 arah. Jalanan yang kecil juga jadi penyebab makin tersendatnya perjalanan malam itu. Kecil dan gelap.

TANJAKAN CIREGOL: Lapisan aspal jalur Tegal-Purwokerto tepat diatas gorong-gorong tanjakan Ciregol Desa Kutamendala Kecamatan Tonjong, Brebes, rusak dan bergelombang. (suaramerdeka.com/Teguh Inpras)

Pertama tersendat di daerah Notog jalan berlobang cukup parah, meski antri dan sabar bergantian lewat, bahkan roda 2 alias sepeda motorpun tidak bisa lewat, pinggiran jalan curam dan licin karena air hujan membuat lumpur jebakan yang berbahaya memlesetkan ban kendaraan. Juga di tanjakan Ciregol, lihat foto di atas, itu kondisi siang, sedang kemaren aku balik memakai bus malam, di sini harus gantian dengan kendaraan lawan arah, nampak juga truk terjerembab dan gak bisa bangun, berhubung sambil momong anak, (anaku tidur di pangkuan) jadi gak saya potret. Serem dan ngeri.

Sebentar bentar saya mengingatkan sopir dengan suara desis ala rem bus “esssssttttttt” agar sopir senantiasa waspada.

gambar : media.brbeskab.go.id

Jalan berlobang juga makin parah di jalur selanjutnya, Bayur, dan dimanfaatkan oleh Pak Ogah yang mengatur lajunya kendaraan tapi malah memperparah kondisi lalu lintas, kurang membantu. Disini sekali lagi kendaraan harus bergantian lewat, nampak di pinggir jalan ada avanza selip, karena separoh rodanya menapaki lumpur pinggir jalan, beberapa Pak Ogah membantu dorong tapi belum berhasil.

apakah jalur ini termasuk tanggung jawab pemerintah pusat atau daerah, saya kurang tahu, teteapi dari berulang kali lewat mudik dan balik, sepertinya jalur ini tidak pernah betul, mungkin cuma seminggu paling lama sebulan setelah tambal syulam benernya. imho. Wassalamu’alaikum

 

Mudik Kampung Halaman dan Kampung Akherat, Keduanya Perlu Bekal


Assalamu’alaikum

image90&scalesize=0&nocount=y.gif
gambar dari lintasberita

Fenomena mudik saat lebaran atau untuk keperluan yang lain merupakan hal wajar bagi masyarakat kita, berbagai fasilitas angkutan dimanfaatkan oleh kita demi berkumpul dan merayakan lebaran bersama keluarga yang lain di kampung halaman, baik menggunakan kereta, pesawat, kapal laut, bis, mobil pribadi bahkan motor bisa bejubel sekeluarga plus barang bawaan, semua demi kampung halaman tercinta.

Nah segala angkutan dan bawaan diatas tentu perlu persiapan yang matang baik fisik maupun psikis serta biaya buat perjalanan dan selama menetap di kampung halaman.
Nah apakah kita sadar bahwa mudik ke kampung halaman tersebut hanyalah sementara, ada kampung halaman yang apabila kita mudik kesana adalah untuk selamanya, kampung halaman tersebut bernama kampung akherat, nah sudahkah kita mempersiapkan segala bekal untuk pulang ke kampung selamanya tersebut..?
Marilah kita siapkan diri kita untuk pulang kampung yang kita tidak akan balik selamanya.
Semoga kita mampu pulang dengan khusnul khotimah. Amin

Muhasabah disampaikan oleh Ustadz Achmad Fasyah dalam kultum Dzuhur, siang tadi di Masjid Baiturrahman, Ancol Taman Impian.

Wassalamu’alaikum

Dikirim menggunakan Wordmobi

Kenali Taxi Daerah (Purwokerto)


Sebelum mudik lebaran, mari kenali angkutan umum yang akan kita gunakan, setelah kemaren sedikit tenyang kereta lanjut ke  TAXI.  Angkutan umum satu ini merupakan hal biasa jika hidup di Metropolitan, meski saya jarang sekali menggunakannya, paling ya jika terpaksa karena pulang kemalaman dan ga bawa motor atau balik dari kampung melalui stasiun Gambir.

Nah saat pulang kampung jika bareng keluarga menggunakan kereta Api dan turun di Stasiun Purwokerto, saya juga selalu memanfaatkan jasa Taxi yang mangkal di depan Stasiun ini. Rata-rata Taxi berwarna kuning ini adalah mobil sedan yang sudah berumur lebih dari atau mendekati 10 tahun, jadi jangan berharap menikmati Taxi macam Blue Bird dan sejenisnya di sini. Lanjutkan membaca Kenali Taxi Daerah (Purwokerto)

Dusunku Yang Adem


hijau daun.jpg

Terbiasa panasan di areal Ancol, juga harian Jakarta yang Hot Never Dies…ee..mudik sowan siMbok disuguhi udara adem nyenyet nusuk tulang, mungkin angin dari musim yang sedikit kemarau membawa udara dingin menembus relung lobang angin gubuk Mbok ku yang memang tanpa plafon dan berdinding semi alami, alias masih menggunakan papan kayu sebagian.

stapak truk.jpg

Meski berbau kemarau tapi tampak dedaunan masih menyapa dengan hijaunya, buah melinjau berbuah satu dua tak terpetik, jengkolpun sepertinya bernasib sama, durian baru dlongop (kembang duren) meski dibeberapa tempat sudah dipanen dan dijual, cuma Petai yang dari Pendul (kembang petai) sudah menarik perhatian tengkulak datang menawar dengan system ijon.

pongkor.jpg

pongkor stopless.jpg

Pohon kelapa tampak berbuah bebrapa batang, selebihnya sebagian besar bergelantung pongkor (lodhong) dari bambu dan stoppless plastik menadah wala (manggar/kembang kelapa muda yang masih tertutup mancung dibelah dan diikat rapi) tempat keluarnya sajeng (badheg/tuak/nira/ bahan dasar gula merah) dimana tiap pagi dan petang diturunkan bergantian, sebelum memasang pongkor baru, wala harus dipotong setengah senti untuk membuka kembali pori pori lobang kapiler pada ujung wala agar air nira kembali mengalir, setelah seharian atau semalaman ditadah bisa jadi ujung wala mengering dan pori pori kapiler mampet.

Yups Masbro, semenjak tragedi penebangan besar-besaran terhadap pohon Cengkih karna harganya yang anjlok akibat monopoli oleh oknum atas nama KUD, penghidupan di dusunku lebih mengandalkan kepada aliran sajeng untuk dijadikan gula merah, juga mengganti pohon cengkihnya dengan berbagai pohon yang menghasilkan kayu seperti kayu Mirah (jenis albasia atau sengon laut) yang bisa dipanen setelah setahun atau sesuai permintaan pembeli, meski harga cengkih sudah membaik dan membubung tinggi tapi untuk menanam dan memanen diperlukan waktu paling tidak 5 tahun. Ada yang nanem tapi tuidak serius, lebih memilih bertani lain atau berdagang.

Ya dagang, mulai tumbuh pedagang keliling macam Bakso atau siomay, padahal di gunung, mereka menggunakan gerobak motor, ada juga yang membuka stan menetap, counter pulsa juga mulai menggeliat, yups keadaan memang kadang memaksa orang untuk berpikir lebih keras demi “PENGHIDUPAN YANG LAYAK BAGI KEMANUSIAAN”

Tapi meski sebagian mengandalkan hidupnya pada nira kelapa, banyak dari mereka yang berani kredit motor baru dengan uang muka minimal, berapa pohon kelapa yang jadi andalan untuk mencicil ? Ada yang sampai 35 pohon, bahkan lebih. Meski bukan milik pribadi tetapi memakai system paron alias bergilir, misal 3 hari pemili kebon, 3 hari kemudian penderes dan seterusnya, bayangkan 35 batang pohon kelapa dengan tinggi 10 meter yang mesti dipanjat 2 kali sehari yaitu pagi dan sore …. Itulah hidup, itulah kehidupan. Apa penulis pernah merasakannya ? Pernah tapi cuma sehari, dan ternyata tidak berbakat memotong wala, jadi memotong wala tidak sembarang memotong ada seni dan perlu keahlian, jika tidak mahir kaya penulis, ngalamat sajeng tidak akan mengalir dan pada sesion pemanjatan berikutnya kita hanya mendapati pongkor kosong…

Masih panjang cerita yang ingin kutulis, kata ini kurangkai mengenang kejayaan dan kehancuran cengkih, juga suka dukanya para penderes nira kelapa di Banyumas khususnya dikampungku yang selalu menghasilkan gula super dan sangat diminati oleh Indofood.

Bersama Purwojaya, kutinggalkan stasiun Purwokerto dan kampungku. (maaf buat Maskur, ga bisa nemuin, buat Cak Poer : saya mampir tapi masih krukupan mi Jozz nya) Wassalamu’alaikum

Dikirim menggunakan Wordmobi

Mudik Naik Kereta


kereta lega.jpg

Yups aku memang mudik di awal ramadan ini, karena kemungkinan lebaran tidak bisa mudik, meski jaga gawang di gawean, maklum tempat rekreasi dimana operasi justeru saat liburan, sehingga waktunya orang libur kita kerja dan sebaliknya.

bercanda di kereta.jpg

Mudik dengan keluarga memang lebih sering saya lakukan mengguakan jasa kereta api, seperti biasa naik Purwojaya langgananku. pukul 06.30 sudah nyampai di stasiun Gambir ngebonceng old blade punya kang Ojek, langsung beli tiket..hmm…agak mikir sebentar karena kereta segera diberangkatkan, mau bisnis apa eksekutif, setelah ditimbang sejenak akhirnya eksekutif jadi pilihan dengan pertimbangan musim panas perlu AC agar si Kembar ga rewel, toh belum tentu setahun 2 kali. Dan cukup beli 2 tempat duduk sudah bisa tidur sekeluarga :mrgreen: bahkan kalo mau hunting banyak kursi kosong buat selonjoran, tapi jangan harap di week end, karena ini hari kerja jadi lega..

sepur tivi purwojaya.jpg

stop kontak di kereta.jpg

Ada televisi yang menyajikan film barat, beberapa kali ganti film. Aku ga perhatikan karena sibuk dengan si kembar yang berulah mulu saat bangun. Juga ada colokan listrik atau stop kontak bagi yang mau nyambi recharge, dan dibanding bus, kereta lebih lega sehingga pandangan tidak membosankan.

Wah dah lewat Bumiayu neh… Bentar lagi Purwokerto…siap siap turun… Wassalamu’alaikum

Dikirim menggunakan Wordmobi

Balik Jakarta, Lho Brambangku Minggat..


Yups, mudik dan tinggal di kampung cuma sehari yaitu hari kamis, dan jumat pagi jam 05.00 saya dah pamitan sama keluarga untuk balik ke Jakarta, masih gelap dan ademe puolll… Pelan dan hati-hati menuruni gunung dusunku, alias desaku pancen nggunung tenan, semalem sudah ngisi pertamax 100.000 (di banyumasa pertamax seharga 9.450) disinyalir ini sampai karawang kota cukuplah.

perbaikan jalan di Tonjong, bekas longsor... ngeri euy..

Lanjutkan membaca Balik Jakarta, Lho Brambangku Minggat..

Mudik Bareng Tiger


Seperti yang aku kisahkan sebagai bocoran pada artikel singkat tentang Baut knalpot kemaren, bahwa pada Rabu 25 Mei 2011 saya ngetest Tigerku yang tidak pernah riding jauh dengan memakainya untuk pulang kampung, jarak kurang lebih 450 km Cengkareng – Banyumas.

Berangkat sekitar jam 6 pagi tanpa persiapan matang, karena rencana awalnya mau mudik sekeluarga naik kereta dari gambir atau bus dari Grogol, tapi batal karena isteri lagi kurang sehat, akhirnya iseng ngetest naik motor dah lam ga riding jauh neh, dan kepulangan kali ini sekalian nganter STNK motor kakaku yang dikampung berpelat B yang habis perpanjang STNK.

Jam 6 pagi ternyata Daan Mogot sudah ramai bahkan tersendat, mendekati Fly Over Pesing kok banyak motor naik, wah yowess melu-melu biar mempersingkat waktu, mungkin peraturan pelarangan roda 2 lewat fly over tersebut tidak berlaku di pagi hari, slamet ngliwatin fly over menuju prapatan grogol yang dah padet dengan kendaraan menunggu lampu merah ke ijo, naik putaran ke depan Trisakti, belok kiri di Tomang menuju Gambir (niatnya lewat Pulo gadung, menghindari macet di Kali malang – MM), pas lagi belok deket Monas depan Gambir yang menggoda untuk Cornering (sayang aspal basah habis ujan) sepertinya ada yang menggajal hati ini..ups.. ternyata STNK kakaku ketinggalan di jaket satunya,..hmm salah pakai jaket, pikir-pikir kalo balik lagi bakal kena macet makin parah, mending nanti aja di posin… lanjut lewat Gunung Sahari- senen, belok kiri menuju Fly over Galur…hmmm peratuaran ga berlaku di pagi hari… naik akh dan slamet sampai turun di Cempaka putih, masuk jalur lambat, tapi pikiran ga tenang karena STNK ga kebawa, akhirnya di depan Cempaka Mas berhenti dan nelpon isteri agar STNK kakak diojekin.

Mati Gaya sejam

Lanjutkan membaca Mudik Bareng Tiger