Ndremis


Kembali postingan tengah malam, ‘lingsir wengi’ tepatnya. Mengupas kosa kata Banyumasan yang saya khawatirkan akan hilang ditelan kehidupan ala metropilis dewasa ini.
Kalo kemarin mengupas kata Ngenyis, sekarang membahas kata ndremis
Ndremis adalah sifat seseorang yang kekanak-kanakan berkaitan makanan.
Lanjutkan membaca Ndremis

Ngenyis


image

Kemarin saya sedikit mengulas tentang Seprih si beringin pencekik. Seprih versi banyumasan di lingkup masa kecil saya. Nama seprih bagi masa kecil saya lebih akrab di telingan daripada kata beringin. Kecuali jika berkaitan dengan ‘golongan kuning’ yang berkuasa kala itu.
Nama blog dengan embel-embel Banyumasan sepertinya kurang afdol kalo tidak diselipi dialek Banyumasan.
Lanjutkan membaca Ngenyis

Seprih si Ara Pencekik


image
Menempel pada pohon inang

Sebenarnya sudah banyak yang membahas flora satu ini. Ara atau beringin pencekik (basa Sunda kiara koneng, nama latin Ficus annulata) dalam basa jawa (Banyumas) disebut Seprih. Karena jarangsekali  yang menyebut pohon ara dengan sebutan Seprih maka saya ingin mengulas sedikit versi saya, versi Banyumasan.
Pohon Ara dikenal sebagai pencekik, karena kerap menumpang hidup pada pohon lain tapi lebih subur dari pohon inangnya hingga akar sulurnya menjulur ke tanah di sekitar si inang dan meyerap nutr
isi, bahan makanan mengalahkan inangnya.

Lanjutkan membaca Seprih si Ara Pencekik

Jumowo, Sepeda Motorku Terjang Banjir


image
Tidak bermaksud jumawa, tapi tak adanjalan lain, ini paling cetek

Jumowo atau jumawa dalam dialek Banyumasan artinya sombong atau angkuh. Di Banyumas (lebih akrab di sebut basa ngapak) banyak kata dengan arti sama yang dipakai dalam keseharian, misal gumede dan kemaki. Gumede dalam bahasa Indonesia berarti besar kepala, sedang kemaki berarti merasa mampu (penitikberatan pada ter/paling). Sedang pengucapan Jumowo adalah dialek jawa tengah bagian timur (penulisan tetap pakai “a”, jumawa) sampai jawa timur. Bagi warga Banyumas menyebutnya dialek bandek (kata “e” dalam bandek layaknya mengucap kata unggas bebek).
Lanjutkan membaca Jumowo, Sepeda Motorku Terjang Banjir

Tarik dikala Hujan


Si Bocah membereskan hasil repek (repek : mencari dan mengumpulkan kayu bakar) nya, dirasa cukup kayu bakar diikat menggunakan ba-as (ba-as : lapisan kulit pelepah kelapa bagian atas, dikletek sebagai tali), mendung menggantung di langit makin pekat. Butiran kristal bening mulai berjatuhan, beberapa butir mendarat di muka si Bocah, reflek dielapnya dengan punggung tangan yang penuh peluh berdebu. Dia tidak perduli dengan mukanya yang sekarang cemong, kotor oleh tangannya sendiri.
image

Diangkatnya kayu bakar ke pundak kiri dengan sedikit sempoyongan, pundak kirinya lebih kuat dari yang kanan meskipun dia tidak kidal. Bergegas ia melangkah meninggalkan alas (alas : Lanjutkan membaca Tarik dikala Hujan

Kemlakaren


Kemlakaren adalah perut sebah, berasa penuh sampai susah nafas karena makan yang berlebihan. Dikala kecil ungkapan ini sering saya dengar “madang aja akeh-akeh mbok kemlakaren!” (makan jangan banyak-banyak ntar kemlakren). Nafsu makan yang tidak seimbang, tidak terkontrol, tidak sadar diri bahwa kapasitas perut tidak cukup untuk memenuhi nafsu makannya.

يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

31. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. Lanjutkan membaca Kemlakaren