
Sebenarnya sudah banyak yang membahas flora satu ini. Ara atau beringin pencekik (basa Sunda kiara koneng, nama latin Ficus annulata) dalam basa jawa (Banyumas) disebut Seprih. Karena jarangsekali yang menyebut pohon ara dengan sebutan Seprih maka saya ingin mengulas sedikit versi saya, versi Banyumasan.
Pohon Ara dikenal sebagai pencekik, karena kerap menumpang hidup pada pohon lain tapi lebih subur dari pohon inangnya hingga akar sulurnya menjulur ke tanah di sekitar si inang dan meyerap nutr
isi, bahan makanan mengalahkan inangnya.
Kelamaan si inang kehabisan sumber makanan dan mati kering membusuk dililit oleh sulur Ara mengelilingi batang pohonnya.
Sulur Ara ini akan saling berkait mengelilingi batang pohon inang sehingga saat si inang mati dan membusuk, di tengah sulur Ara akan terbentuk rongga, sementara sukur Ara sudah kuat layaknya batang pohon. Bagi yang awam akan menyangka bahwa rongga tersebut adalah pohon Ara itu sendiri.
Seprih atau Ara tidak selalu menumpang pada inang. Tergantung biji buah yang jatuh dan tumbuh, baik karena angin atau binatang. Seprih yang tumbuh menumpang pohon lain biasanya karena biji buah yang dijatuhkan oleh burung atau kelelawar setelah kulit/daging buahnya dimakan.
Biji Seprih bisa tumbuh di pohon inang jika jatuh tersangkut di batang pohon yang subur dengan kulit batang yang tebal dan mengandung humus, air dan sejuk.
Seprih kadang sengaja di tanam, tapi tidak akan sesubur yang tumbuh liar dengan berawal numpang pada inang.
Salah satu posisi pohon seprih yang pernah saya lihat berhasil mengalahkan inangnya hingga menciptakan rongga lebar di tengah sulurnya terdapat di salah satu pekuburan di kampung saya. Rongga menganga yang muat dimasuki orang dewasa.
Angker, itulah kesan saya masa kecil jika melihat pohon seprih yang rindang dengan sulur-sulur menjuntai menggapai bumi.
Seprih dinobatkan sebagai salah satu pohon yang wingit. Wingit karena dianggap sebagai rumah lelembut.
Biasanya petilasan atau panembahan tua akan berdekatan dengan pohon ini. Tak heran banyak pohon seprih berdupa. Dupa dari par tetua kampung yang rutin menyambangi tempat tersebut karena menganggap di situlah roh nenek moyang bersemayam. Menjaga ketentraman desa.
Dalam istilah Banyumas (khususnya kampung saya, bisa jadi beda dengan wilayah/desa lain di Banyumas), menyambangi, berdoa dengan membawa sesaji ke tempat wingit disebut ‘Nyapu’. Bersih-bersih dan ngalap berkah.
Nyapu dilakukan jika suatu keluarga atau desa akan mengadakan hajatan. Misal nyunati dan menikahkan anak atau hajat desa seperti 17an dan masa panen.
Saya tidak tahu apakah budaya Nyapu ini masih berjalan saat ini. Karena modernisasi begitu cepat, dari internet hingga pergaulan yang mampu menghapus budaya dan bahasa lahir. Apakah masih ada istilah waktu yang dianggap wingit saat ini. Seperti ‘sendekala’ atau sandikala dan dialekpun luntur. Kearifan lokal tergerus zaman tanpa kompromi.
Mungkin hanya Seprih yang tetap kokoh di pekuburan, memayungi jazad-jazad yang tidur di bawah rindang daun menghijau. Seprih si Ara Pencekik juga akan melahap energi dari jazad-jazad yang ia payungi. Seprih tidak sekedar bertahan hidup, dia juga terus menancapkan sulur-sulurnya ke bumi yang bisa ia gapai, agar berkembang dan selalu menjadi raja pohon wingit. Mempertahankan julukan rumah lelembut. Hingga tidak ada manusia yang berani menjamah apalagi merobohkannya. Oh iya, di wikipedia diis bahwa kulit pohon dan daun ara memilik khasiat sebagai obat alternatif. 15 gram daun direbus selama 15 menit dikonsumsi untuk meredakan demam. Apakah pembaca pernah naik pohon seprih?(tri)
——————-
Gambar dari : wikipedi.org dan alamendah’s blog
**************
Posted from WordPress for Android Wonder Roti Jahe
sandikala, kalau di tempat saya biasa disebut cepet, setan yg keluar pas magrib 😀
—–
saya agak lupa2 ingat, kayak pernah liat pohon beringin yang tumbuh menempel di tembok, tp di mana gitu. apa itu juga termasuk seprih?
SukaSuka
Mirip, kadang disambung dengan kata Sang Sandikala utk menyatakan kekuasaannya atas waktu wingit tersebut
Termasuk seprih, lebih akrab beringin di ibukota
SukaSuka
pohon angker karena terkesan gelap 🙂
—————–
pembalap tertua di moto2
http://www.bladeus.wordpress.com/2014/08/26/jeremy-mcwilliams-akan-menjadi-pembalap-tertua-di-moto2/
SukaSuka
Nek wengi, nek awan pancet ae gawe penekan 😀
SukaSuka
wah baru tau ane kalau ada pohon seperti itu
http://orongorong.com/2014/08/25/wedyan-r25-sudah-sampai-afrika/
SukaSuka
Iyalah kan dunianya motor bukan flora racing 😀
SukaSuka
he he he
SukaSuka
assalamualaik pak, maaf mau menanyakan apakah di tempat bapak masih ada ara pencekik? kebetulan saya lagi menceri ara pencekik untuk dijadikan bahan penelitian saya pak. terimakasih pak
SukaSuka
Kurang tahu pastinya, karena saya sudah lama tinggal di kota, tp dulu ada di kuburan desa.
SukaSuka
Permisi pak, kalau boleh tau desa bapak dimana ya? Saya membutuhkan ara pencekik untuk bahan penelitian, terimakasih sebelumnya
SukaSuka
Sebelah timur hutan karet Banyumas, Jateng
SukaSuka
Desa Lumbir bukan ya pak? saya sekarang di purwokerto jadi kemungkinan saya akan survei tempat yang ada beringin pencekik di desa bapak
SukaSuka