
Beberapa minggu ini, mungkin sudah sebulan Jalitheng memakai bahan bakar produk pertamina, yaitu Pertamax plus, sebelumnya memakai Shell Super yang setara Pertamax dengan oktan 92.
Memang awalnya dulu saat pakai Tiger saya pakai pertamax dan beralih ke Shell hanya karena masalah pelayanan, dimana pelayanan SPBU Pertamina pada umumnya kurang baik, misal saat mengisi bbm terlalu penuh dan luber ke tangki motor, atau tetesan bbm dari nozle pengisi saat diangkat dari lobang tangki mengenai tangki ternyata dicuekin bahkan pernah temenku reflek nanya lap atau serbet ternyata tidak tersedia.
Padahal bbm bisa merusak cat, bikin buram warna cat. Hal lainnya cara melayani kadang kurang sopan dan lain sebagainya.
Mungkin berlebihan alias “lebay” tapi itulah konsumen, kalo mau menang bersaing ya harus pahami konsumen, kecuali saya belinya premium ya wajar dengan pelayanan semaunya (meski tetap tidak bisa dibenarkan) karena merupakan bbm bersubsidi. Lha masa udah ga dapet subsidi ditambah ga dapet pelayanan baik, ya mending pindah, kecuali tidak ada pilihan lain. Lho..kepanjangan curcolnya..
Oks info temenku yang nyemplak Byson dengan asupan Pertamax Plus (oktan 95) ternyata performa motor makin baik dan keiritan bbm masih bisa ditolerir dengan harga yang terpaut sedikit lebih mahal dari Pertamax maupun Shell Super (oktan 92). Akhirnya saya coba pada Jalitheng Pulsar 220 DTSi-F ku, dan 2 kali kuajak riding lumayan jauh yaitu Karawang saat pekan lebaran kemarin, dengan jarak tempuh total 170 km dalam sehari, benar adanya, performa motor makin meningkat padahal oli Valvoline di mesin Jalitheng sudah berumur 3000 km lebih, top speed begitu mudah diraih dengan jarak yang tak perlu panjang, tenaga motor mudah dikail dan mesin motor tidak terlalu panas alias lebih adem dari biasanya. Bahkan saat kucoba pada Si Pengendara Langit Biru alias Suzuki Skydrive, pertamax plus memberikan nilai lebih pada performa motor matik ini.
Nah mengapa kuberi judul “keracunan pertamax plus” karena permasalahan muncul dengan makin membubung tinggi harga bbm nonsubsidi, seperti barusan terakhir ngisi 10.000 per liter, hari ini (2 september) naik 10.200, apakah kejadian pada si Tagor akan berulang, dimana saat Pertamax Plus Menyentuh angka 11.600 rupiah saat itu, saya langsung beralih ke premium dan membuat si Tagor yang kurang sehat kelojotan ngebulll maklum ibaratnya biasa dikasih keju langsung ganti menu tempe bongkrek (hanya istilah tanpa bermaksud merendahkan pengguna premium).
Apakah si Jalitheng harus minum Premium, mengapa bensin non subsidi terus naik harga, duh maksud hati melindungi mesin motor biar lebih awet, maklum Pulsar kan cukup susah spare partnya, makanya mengalah dengan memakai bbm oktan tinggi dan mahal asal tuh mesin lebih awet dan gak perlu bingung nyari spare part kalo rusak.
Yah racun, diturutin motor oke tapi tekor di dompet, gak diturutin motor kurang enak dan bisa jadi berumur pendek (jika pakai premium) dan bisa membuat kelabakan nyari sparepart yang juga membuat dompet kekuras. Entah sampai kapan mampu bertahan.. Wassalamu’alaikum
wow, mantep juga walau ada harga 😀
SukaSuka
Mantep bikin kismin 😀
SukaSuka
ajib…
SukaSuka
Ajibbbb lagi
SukaSuka
ane blm pernah cb pertamax plus kang, amsih pertamax … kapan2 cobain ah mau tau sensasinya
SukaSuka
Ngga usah khawatir pakai Premium, tambahinPake Norival Gold dong, ahhh :p cukup kok…hihihihihihi
SukaSuka
saya sih campur aja xixixi
http://extraordinaryperson.wordpress.com
SukaSuka
Salam knal kang….
SukaSuka
beli motor mampu , mosok beli pertamax plus gak mampu
SukaSuka
Heya i am for the first time here. I came across this board and I find It really useful & it helped me out much. I hope to give something back and help others like you aided me
SukaSuka