Angkutan Umum dan Saya


Angkutan Umum

Jika pembaca membaca blog ini melalui tampilan web, maka akan nampak header image yang terkesan menuntut ketersediaan angkutan umum yang baik. Tertulis jelas, Transportasi Massal yang aman, nyaman dan terjangkau adalah harga mati!!. Semestinya ada dua kata lagi, yaitu Tepat Waktu.

Mikrolet vs kwasi

Tuntutan yang wajar bagi kaum urban ibukota. Yah, basik kami saat itu adalah ibukota Jakarta. Kami? Yap, tercetus dari kegelisahan dalam obrolan-obrolan bersama rekan blogger yang kerap ngumpul, kopi darat atau kopdar, istilah gaulnya.

Mungkin yang memperhatikan header image beberapa blog otomotif yang berkumpul dalam wadah Otoblogger Indonesia, beberapa tahum silam, header image kami seragam, seperti yang saya pasang di blog ini. Entah mulai kapan dan sebab apa, blog lain mengganti header image, mungkin lelah menunggu sesuatu yang tak pasti.

Melawan Berita

Mengapa tercetus kalimat tersebut? Seiring makin padatnya populasi kendaraan, khususnya kendaraan pribadi dan gencarnya ATPM menggelontorkan produk baru, diiringi publikasi oleh speaker pewarta, baik yang ngaku independen, maupun yang mainstream, seolah, bukan hanya angkutan umum terpuruk, tapi berita perkembangan angkutan umum juga minim.

Kondisi angkutan umum di ibukota dan kota satelit di sekelilingnya memang masih dalam tahap perbaikan, tentu ada commuter line atau KRL dan Transjakarta atau akrab disebut busway, yang cukup membanggakan dan obat haus kaum urban yang kurang akrab dengan angkutan pribadi, meski, kerap para penumpang kedua moda transportasi massal tersebut, juga mengadopsi angkutan pribadi untuk menuju ke stasiun kereta maupun shelter busway.

Bis AKAP dan KRD

Bagaimana dengan angkutan lain seperti bis kota, angkot dan semisalnya diluar ibukota? Untuk luar kota dan luar daerah, dari maupun menuju ibukota, bis masih mendominasi. Kereta masih belum mampu mengakomodir seluruh tujuan, kalopun ada, masih sangat terbatas, baik jumlah maupun jam keberangkatan.

Misal dari Karawang, untuk menggunakan kereta, penumpang harus meluangkan waktu paling tidak 1 jam sebelum jam keberangkatan kereta. Yang berarti waktu tempuh bertambah minimal 1 jam, kalo tertinggal jam keberangkatan, maka perlu waktu lebih lama untuk jadwal keberangkatan berikutnya, bahkan habis. Karena jam kereta pagi menuju ibukota memang sangat terbatas. Alhasil, bis menjadi labuhan yang lebih fleksibel, bisa dibilang tiap saat tersedia. Terlepas dari kelayakannya, baik moda maupun lalu lintasnya.

Lalu Lintas Krodit itu Biasa dan Dibiasakan.

Ya, lalu lintas menjadi momok yang ditakuti bagi penumpang bis, sebab, jalan dari maupun menuju ibukota memang kerap krodit, apalagi jalan tol yang selalu luber di jam sibuk, belum lagi proses pembangunan jalan yang lebih memakan ruas jalan. Bis, hanya layak di jam longgar dan hari libur. Tapi, jangan harap bisa leluasa untuk semua waktu. Misal pulang sore dari Jakarta utara, Tanjung Priuk menunu Karawang, bis akap dibatasi atau membatasi diri sampai jam tertentu saja, entah memang aturannya seperti itu, atau karena jika terlalu sore, jumlah penumpang tidak memenuhi kuota yang memungkinkan. Kuota yang mampu menutup biaya operasional bis dalam sekali jalan.

Tidak Benar apa Tidak Salah?

Keprihatinan semacam itulah yang mendorong kami (saat itu) untuk sedikit menjauh dari ‘jeratan amplop’ ATPM otomotif, khususnya roda dua. Setidaknya itulah yang mampu menghindarkan untuk berhenti menulis produk baru dan menjadi speaker pabrikan, baik sengaja maupun tidak sengaja. Tidak salah memang, misal seorang pewarta warga atau sebut saja blogger, diundang launcing produk baru, kemudian menulis dalam blognya, blog pribadi, berdasar persepsi. Tidak ada masalah bukan. Betul. Tapi persepsi ini kemungkinan besar dipengaruhi oleh kesungkanan. Apalagi kalo sudah dipinjami unitnya untuk diriview. Semakin terpacu untuk menuliskannya, bahkan menjadi ajang, siapa cepat memberitakanya. Kan tidak menulis juga tidak salah. Memang, tapi, kita sebagai orang timur tentu ada budaya sungkan, menghormati yang mengundang dan semacamnya. Apalagi kalo ada tuntutan iklan pabrikan yang nempel di blog, tidak perlu dibahas panjang lagi deh. Saya pribadi tidak mempermasalahkan hal tersebut, kalo saya di posisi mereka, kemungkinan akan melakukan hal sama. Case closed.

Ojol Taxol dan Korban Berjatuhan

Kembali ke angkutan umum dan pemberitaan serta harapan realisasi yang nyaman, aman, tepat waktu dan terjangkau. Meski pelan, tapi perkembangannya bisa dirasakan, misal KRL yang sekarang sampai stasiun Cikarang, meski jadwal masih 45 menit sampai 1 jam sekali. Tetap kalah dengan perkembangan jumlah angkutan pribadi.

Dari bejubelnya angkutan pribadi, munculah solusi angkutan online, baik ojek maupun mobil. Sehingga maraknya angkutan online cukup mampu mendorong roda ekonomi para pemilik mobil dan motor yang berkeluangan waktu untuk menjajakan kendaraanya. Efex lain dari maraknya angkutan online ternyata berimbas munculnya titik kumpul para pengojek online, tak ubahnya ojek konvensional yang mangkal. Lebih kasihan mereka yang kurang perhitungan, salah kalkulasi, manajemen keuangan yang buruk, terpikat oleh pemberitaan akan hasil taxi online, akhirnya kredit mobil dan dijadikan taxi online, apa daya, hasil ternyata jauh dari expektasi, akhirnya terlunta-lunta mengejar setoran demi terpenuhi setoran kredit atau mobil dialih kreditkan. Kabar terakhir, pemerintah menutup pendaftaran angkutan online, baim ojek maupun taxi.

Dari sekian angkutan umum, yang paling saya suka adalah kereta. Meski kereta commuter line atau KRL yang umpel-umpelan tetap masih primadona, untuk jarak jauh, tentu saja kereta diesel atau kereta api. Mungkin akan saya ulas lain kali. Insyaallah

8 respons untuk ‘Angkutan Umum dan Saya

  1. Hai mas Tri kalau ditempatku angkutan umumnya tepat waktu, termasuk bus tuh ada jadwalnya, jd harus sdh di halte bbrp menit sblm jadwal. Pernah telat bbrp detik aja, busnya sdh jalan, aku lambain tangan minta stop, supirnya tetap melaju haha mungkin dia bilang “syukurin sapa suruh telat”. Tp pernah juga ketemu supir yg sdh kenal, dia berbaik hati bukain pintu walau lewat halte.

    Disukai oleh 1 orang

    1. Wah jadi pengin pindah ke Jerman hahahaha.
      Mudah mudahan angkutan umum di Indonesia segera bisa dibenahi, karena di kampung saya, yg dulu ada koperades, justru hilang kalah sama ojek dan sekarang kalah krn hpir setiap warga memiliki sepeda motor

      Disukai oleh 1 orang

  2. Saya masih menikmati naik angkutan umum, tapi ya itu, kembang kempisnya kalau dapat sopir yg mbawa kendaraannya seperti balapan. Duh, jantung serasa mau copot.

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Triyanto Banyumasan Batalkan balasan