Prambanan Never Ending


Kisah Yogya Kembali dimulai dari Senin pagi, 7 Januari 2013. Dengan diantar mobil mertua, pagi pasca Subuh kami sekeluarga meluncur ke terminal 1, Bandara Internasional Soekarno Hatta. Niat hati agar tidak ketinggalan pesawat, ternyata pagi itu Tol Sedyatmo – Bandara lancar jaya. Lion Air. Setelah menunggu lumayan lama karena datang kepagian ditambah ada sedikit gangguan, entah trouble apa, tidak dijelaskan (dalam hati semoga pesawat sehat).

Bersiap naik pesawat
Bersiap naik pesawat

garuda airways

Cukup 1 jam pesawat mengudara, meski satu jam, si kembar dampit tidur angler dari take off hingga landing di Adisucipto , disinyalir karena bangun pagi dan terkena sepoy AC dalam pesawat. Enaknya  jadi bocah, tanpa beban. Begitu bangun di Adisucipto, perut nagih minta diisi, setelah tengak-tengok akhirnya sebuah rumah makan padang di pintu keluar Bandara jadi tempat berlabuh. Nikmat sekali, entah karena lapar atau memang rasa aselinya. Tapi harga yang mesti ditebus juga istimewa 😀 Gak lagi-lagi deh. Lanjutkan membaca Prambanan Never Ending

Yogya Kembali


Yogyakarta, kota yang diistimewakan di republik ini. Kota yang pernah menjadi ibukota  negeri Pertiwi. Kota (wilayah) pusat kerajaan Mataram Islam. Kota yang bisa dikatakan negara tersendiri karena memilik sultan yang diagungkan sebagai kepala pemerintahan. Kota sebagai cagar budaya dengan aneka keistimewaan dan keunikan. Kota yang akan memberikan kenangan tak terlukiskan bagi para pelancong. Kota yang selalu memanggilku tuk kembali menikmati keluwesan budaya, menjajaki lorong-lorong yang tak sekedar lorong. Selalu ada yang bisa diceritakan di tiap jengkal bumi Nagari Ngayugyokarto.

——————————————————————————- Lanjutkan membaca Yogya Kembali

Pangan Dan Papan


Bupati Karawang Ade Swara mencontohkan persawahan di interchange Karawang Barat, lahan persawahan sepanjang 7 kilometer telah berubah fungsi menjadi permukiman dan kepentingan usaha. Masalahnya, tambah Ade, harga tanah lahan sawah di interchange Karawang Barat sudah mencapai Rp1,5 juta per meter. “Akibatnya, sulit bagi pemilik tidak tergoda menjual sawah mereka,” katanya. (mediaindonesia.com)

====================================================

menanam padi
foto : article.wn.com

Pagi itu, Rabu 5 Desember 2012 saya bangun awal hari, lepas subuh kami bertolak menapaki aspal Jakarta yang masih berselimut gelap. Pagi yang dingin karena semalam, hujan sukses membasahi bumi Jakarta yang berdebu, membuat mataku merem melek menahan kantuk di jok belakang mobil keluarga. Sepoi angin AC menambah rasa kantuk sisa malam yang belum terpuaskan sempurna.

Jalan Tol dalam kota  masih sepi, entah karena tertidur atau memang kendaraan yang kutumpangi melaju lebih lancar, sehingga tak terasa sudah keluar pintu tol Karawang Barat, yang sering disingkat Karaba. Bahkan menjadi nama perumahan yang juga ditempati oleh salah satu rekan sekaligus atasanku di sana.

Pagi itu saya numpang rutinitas mertua yang akan berbelanja beras di Pasar Johar, Karawang. Paling tidak seminggu tiga kali mertua menyambangi pengepul beras di kota lumbung padi ini. Niatan lain adalah saya mau mengecek berita rumah yang dijual, andai cocok mungkin akan jadi alternatif tempat tinggal nantinya.

Setelah mengantar mertua ke pusat pull beras tersebut, juga menikmati semangkuk soto ketupat/lontong berayam Lanjutkan membaca Pangan Dan Papan

Buitenzorg-Bandoeng . . . Napak Tilas De Groote Postweg Jalur Daendels


Setelah baca Tempo edisi Soedirman hadiah dari Kang Nadi Alonerider, jadi ingin menambah wawasan tentang sejarah bangsa ini yang mulai terlupakan (sama saya). kebetulan dipertemukan denganTulisan Mas haji Taufik yang menurutku gabungan tulisan touring dan penjabaran sejaran jalur pos karya besar Daendels.
Pelajaran PSPB yang sudah saya lupa, apalagi jalur puncak beberapa kali saya lewati dan baru paham kalo itu adalah bagian dari jalur pos Daendels Anyer-Panarukan. Dengan sejarah membangkitkan semangat nasionalisme. Tulisan yang penuh inspirasi, semoga suatu saat saya bisa napak tilas, sukur-sukur sampai Panarukan. Amin

avatar TaufikOLD-TMCBLOG

gedung_satePada artikel sebelumnya, Jalur napak tilas hanya berlangsung di kota Buitenzorg (Bogor) sudah pasti membuat saya pribadi merasa belum puas, Saya Harus menapaki jalur-jalur lain dari Jalan yang membentang 1.100 km antara Anyer sampai Panarukan ini. Oleh sebab itu target utama selanjutnya adalah Jalur Bogor-Bandung Via Puncak-Cianjur-Padalarang. Kali ini saya menggunakan Si Ijo Ninja 250R ditemani seorang rekan saya biker-blogger Mas Nono ElsaBarto dengan Si Simply Black Jupiter MX barunya. Rencana ini sudah saya rencanakan jauh hari, awalnya saya pun mengajak bro Helmi YVC-F yang akhirnya mundur karena tugas Negara. Dalam Ride report kali ini rekan semua akan mendapati alur cerita yang maju dan mundur karena saya berusaha untuk flash back tentang sejarah rute yang saya lalui ini. . . . Ok kita mulai saja.

Lihat pos aslinya 1.813 kata lagi

Kuliner Sumedang


Melanjutkan kisah mbolang ke Temanggung di mana pulangnya mampir Sumedang…
Tersadar dari tidur….saat mobil menginjak lobang yang membuat mobil terguncang, jam 4 pagi…sudah di mana nih.. Tanyaku, Sumedang .. Wahh..lumayan juga 1,5 jam terlelap, segera mencari hotel terdekat, rencananya esok pagi atau paginya bosku mau ketemuan sama rekannya. Mendekati adzan Subuh masuk pelataran hotel yang bersebrangan dengan Masjid, hotel murah tapi lumayan tidak murahan

image

image

image

“Hegarmanah” papan nama terpancang di halamannya, pesan kamar dan kopi hitam sembari menunggu adzan subuh, menunaikan shalat di masjid, lumayan dapet jamaah, selesai sholat buru-buru menuju hotel dan masuk kamar, tanpa AC tapi udara Sumedang cukup menyejukan… Serasa sebulan tidak rebahan.. Jarak yang tiada terkira, Alhamdulillah nikmat sekali kasur ini… Lesss…
Jam 9 pagi terbangun, badan lengket, segera cari perlengkapan mandi, ke minimarket terdekat berburu daleman.. Balik hotel menikmati sejuknya air Sumedang

image

selanjutnya ke depan halaman hotel, banyak kios tahu di bebrapa titik pinggiran jalan, jadi penasaran mencicipi tahu lontong hangat khas Sumedang, Tahu Taqwa, slogan nama kios tahu di depan hotel Hegarmanah, seorang bapak tua sedang asyik menggoreng tahu berwarna putih hingga coklat khas tahu Sumedang,
image

duduk memesan, 3 batang lontong beserta 6 potong tahu seharga 5 ribu, pas buat sarapan pagi itu… Selanjutnya bungkus satu porsi untuk kawanku yang masih enjoy di bawah selimut…
Jam 10 lewat bosku datang dari berjumpa temannya, ternyata nih orang dah dari jam 8 pagi jalan..
image
Selanjutnya mampir rumah makan eco yang memiliki beberapa cabang di beberapa kota besar jawa, maskannya begitu menggoda, mak nyoss.. Rumah Makan Ampera
image

Di depan rumah makan nampak Tampo Mas berdiri gagah menantang langit.. Sayang susah mendapatkan view yang enak buat ambil gambar Tampo Mas.. Aku juga baru pernah melihat gunung Tampo Mas yang selama ini kukenal sebagai nama kapal laut yang tenggelam di lagu Iwan Fals…
image

Memasuki interior rumah makan, tampak lukisan besar menempel di dinding, berbagai menu terhidang, tinggal tunjuk masakan akan di masak (dihangatkan, kemungkinan masakan yang tersaji sudah setengah matang tinggal dihangatkan saja)

. image
image

image

Aku memesan nasi putih, cumi bakar, bakwan jagung dan jeruk anget. Tak berapa lama masakan diantar, rasanya mantab.. Pokoknya tidak mengecewakan.
Setelah kenyang kita balik kanan menuju kota Sumedang untuk hunting tahu sebagai oleh-oleh.
Yang terkenal adalah tahu Citra Rasa yang bersebrangan dengan ramayana mall (cmiiw).

Benar juga mereka sampai kewalahan melayani pesanan, baru mateng tahu langsung ludes dibeli pelanggan, tersedia keranjang dengan harga 25 ribu isi 50 butir, dan juga paket kecil.. Dengan hitungan harga satuan 500 perak.

Rasanya mantab, berbeda dengan sarapanku tadi pagi, di toko Citra Rasa ini juga disiapkan lontong dan aneka jajanan bagi yang ingin makan ditempat sebagai lauk tahu, aneka jajanan bisa sebagai pelengkap oleh-oleh..
Setelah selesai pesanan, selanjutnya meluncur ke Masjid Agung Sumedang untuk melaksanakan shalat Dzuhur sekaligus jamak qashar Asar.

Berikutnya pulang ke jakarta lewat Cadas Pangeran, sebuah jalan yang menempel pada dinding cadas yang kuat, meski nampak mengerikan jika di lihat dari samping karena tebing yang amat curam, sayang gambar yang kujepret kurang mampu menggambarkan kondisi Cadas Pangeran, barangkali tulisan Maskur bisa menggambarkan, lanjut tol Purbalenyi disambung Cipularang dan akhirnya sampai Ancol kurang lebih jam 18.00… Bagiku ini adalah perjalanan yang terasa terpanjang dari awal berangkat ke Temanggung… Wassalamu’alaikum

Durian Batang Telor Asin Brebes


Melanjutkan kisah kurang penting yang lalu saat ke Temanggung untuk melayat.
Sekitar pukul 16 atau 4 sore sampai di rumah duka, Setelah beramah tamah menyampaikan bela sungkawa, menyambangi kubur yang tak jauh dari rumah duka sekedar mendoakan “Assalamu’alaika yaa ahladdiyar, assalamu’alaika ya ahlal kubur” dan mengingat suatu saat kan menyusul alias mati juga. Istirahat sejenak di rumah duka, mandi menikmati sejuknya air Temanggung..wuihhh.. Meski kota tapi airnya khas gunung..nyesss… Menusuk pori-pori menyadarkan diri dinginnya nanti dalam kubur atau malah sumuk digebukin malaikat penjaga kubur.. Astaghfirullohal’adzim.. Selanjutnya menunaikan Magrib sekaligus jamak qashar Isya, sekitar jam 19 atau 7 malam (berarti cuma 3 jam di rumah duka) beranjajk pamit kepada keluarga duka, bersama satu mobil keluarga duka dari Jakarta menembus malam menuruni kelokan Temanggung-Welery, di beberapa belokan mesti waspada, blindspot malam hari makin perlu meningkatkan kewaspadaan, juga saat masuk jalur alas roban, meski lengang. Sekitar jam 8 malam masuk Batang,
image
tertarik mencicipi durian pinggir jalan, sayang rasanya tak smenarik tampang dan aromanya, anyep..
Jelang tengah malam masuk brebes, sempat menikmati telor asin panggang, kulit berwarna hitam tapi rasanya emang jossss.. Ternyata satu mobil kelurga duka Jakarta tertinggal, saat di kontak ternyata mereka mampir istirahat di pom bensin yang masih masuk Pemalang…hadeh.. 2 kabupaten terlewat, akhirnya balik kanan karena 1 anggota keluarga ikut satu mobil dengan kami. Selanjutnya kembali melanjutkan perjalanan, sementara mobil keluarga tetap berhenti istirahat di pom bensin tersebut. Rencananya rombonganku akan mampir Sumedang, lewat Cirebon, Majalengka, Kuningan.. Sepanjang jalan sulit sekali menahan mata ini, kantuk begitu berat.. Apalagi batuk pilek menyerang karena lelah kurang tidur… Akhirnya dini hari masuk Cirebon, mencari jalan ke Sumedang aku dan sopir yang Bosku sendiri agak bimbang, sampai mataku tidak lagi bisa melek dan plung lap… Terlelap…. Maaf gambarnya ga ada..Wassalamu’alaikum

Alun-alun Temanggung


Setelah menikmati eloknya tanjakan Temanggung lewat Weleri, maka akan disuguhi panorama pertanian khas dataran tinggi dengan udara yang sejuk, berbagai sayuran nampak hijau segar, dari daun bawang, kol/kubis, slada/pakcoy dan sebagainya..
image
Selanjutnya memasuki Kota Temanggung dengan sentral Alun-alun, aku agak bimbang dengan arah mata angin, tapi saat melihat arah masjid, sepertinya Masjid Agung ini berada di sebelah barat daya dari alun-alun,
image
di sebelahnya nampak anggun gedung Lembaga pemasyarakatan, karena bentuk bangunanya dari depan tidak nampak sebagai penjara, beratap model joglo limasan khas jawa tengah.
image
Di timur laut nampak tugu jam seperti jam gadang di Padang dengan logo Bank Jateng,
image
gerbang kantor bupati nampak kokoh di bagian lain dari seputaran alun-alun, tak jauh dari alun-alun nampak Bank BNI cabang yang gagah menjulang.
image
Sepintas mirip alun-alun Wonosobo, juga alun-alun Purwokerto-Banyumas dengan balai Sipanji. Memang rata-rata alun-alun di Jawa menganut desain keraton Mataram Islam, di mana alun-alun menjadi sentral kota dan pemerintahan. Tapi dibanding Purwokerto sepertinya alun-alun Temanggung lebih rapi, sayang di beberapa titik, kendaraan masih di parkir di badan jalan, memakan hampir separo badan jalan, meski tidak menimbulkan kemacetan (bukan Jakarta Bung) tapi mengurangi keindahan kota.
image
Di salah satu sudut alun-alun berdiri kokoh pohon beringin, nampak di sekitarnya penjaja kuliner kaki lima mangkal mengais rizki, juga pedagang marchandise ikut menghiasi sudut teduh tersebut, sejenak memarkir mobil disini buat menikmati es campur yang segar. Selanjutnya meluncur menuju rumah duka di dusun Butuh.. Ayo wisata ke Temanggung. Wassalamu,alaikum

Flying Camel


Alam slalu menyajikan fenomena indah yang takan cukup digambarkan baik lisan maupun tulisan, Tak cukup dikagumi makna yang terkandung dalam setiap fenomenanya. Bumi dengan hamparannya, Langit dengan birunya dihias awan yang bergumpal

Seperti penampakan awan mirip unta yang berhasil kujepret dengan kamera ponsel di area Fantastique Magic Fountain Show, Ocean Ecopark Ancol, senja yang indah, Sebenarnya pengen main instagram, tapi belum sempet utak atik akhirnya upload di wordpress aja…

Penampakan lebih dekat makin memukau, karya Sang Maha Karya… semakin kecil diri ini, semoga semakin bersyukur karenanya. Amin.

Wassalamu’alaikum

Di Seberang Kapuas


Sungai yang luas ini seolah mengisyaratkan makna tak terbatas, meski keruh tapi ribuan insan bergantung padanya, tak banyak yang peduli akan arti kekeruhan ini, keruh bak gambaran realita alam, alam yang mulai tak bersahabat lagi, alam yang mampu memberikan kejutan dengan misterinya.

Yah Kapuas, membentang menghadang pandang. Menyajikan panorama indah di seberang keruhnya, membirukan langit yang Lanjutkan membaca Di Seberang Kapuas