Melanjutkan kisah kurang penting yang lalu saat ke Temanggung untuk melayat.
Sekitar pukul 16 atau 4 sore sampai di rumah duka, Setelah beramah tamah menyampaikan bela sungkawa, menyambangi kubur yang tak jauh dari rumah duka sekedar mendoakan “Assalamu’alaika yaa ahladdiyar, assalamu’alaika ya ahlal kubur” dan mengingat suatu saat kan menyusul alias mati juga. Istirahat sejenak di rumah duka, mandi menikmati sejuknya air Temanggung..wuihhh.. Meski kota tapi airnya khas gunung..nyesss… Menusuk pori-pori menyadarkan diri dinginnya nanti dalam kubur atau malah sumuk digebukin malaikat penjaga kubur.. Astaghfirullohal’adzim.. Selanjutnya menunaikan Magrib sekaligus jamak qashar Isya, sekitar jam 19 atau 7 malam (berarti cuma 3 jam di rumah duka) beranjajk pamit kepada keluarga duka, bersama satu mobil keluarga duka dari Jakarta menembus malam menuruni kelokan Temanggung-Welery, di beberapa belokan mesti waspada, blindspot malam hari makin perlu meningkatkan kewaspadaan, juga saat masuk jalur alas roban, meski lengang. Sekitar jam 8 malam masuk Batang,
tertarik mencicipi durian pinggir jalan, sayang rasanya tak smenarik tampang dan aromanya, anyep..
Jelang tengah malam masuk brebes, sempat menikmati telor asin panggang, kulit berwarna hitam tapi rasanya emang jossss.. Ternyata satu mobil kelurga duka Jakarta tertinggal, saat di kontak ternyata mereka mampir istirahat di pom bensin yang masih masuk Pemalang…hadeh.. 2 kabupaten terlewat, akhirnya balik kanan karena 1 anggota keluarga ikut satu mobil dengan kami. Selanjutnya kembali melanjutkan perjalanan, sementara mobil keluarga tetap berhenti istirahat di pom bensin tersebut. Rencananya rombonganku akan mampir Sumedang, lewat Cirebon, Majalengka, Kuningan.. Sepanjang jalan sulit sekali menahan mata ini, kantuk begitu berat.. Apalagi batuk pilek menyerang karena lelah kurang tidur… Akhirnya dini hari masuk Cirebon, mencari jalan ke Sumedang aku dan sopir yang Bosku sendiri agak bimbang, sampai mataku tidak lagi bisa melek dan plung lap… Terlelap…. Maaf gambarnya ga ada..Wassalamu’alaikum
Eloknya Tanjakan Temanggung
Setelah melewati Alas Roban, Kendal dan berbelok ke kanan sebelum rel kereta (kalo lurus menuju Semarang) maka akan berlanjut ke jalanan kecil dibanding jalur pantura.
jalanan menanjak dan ngepres, tidak bisa seenaknya kaya di Pantura, meski cukup mengasyikan bagi penikmat touring roda dua, tapi sebagian besar jlur merupakan blid spot
jika tidak waspada bisa adu banteng dengan kendaraan dari lawan arah, maklum kanan kiri ada bukit dan jurang, bahkan di satu titik belokan jalan sebagian longsor, sehingga harus antri bergantian
jadi silahkan nikmati perjalanan, pemandangan kanan kiri sungguh menawan, jadi ingat jalur Dieng lewat Karang Kobar ke Banjar Negara, mak nyozzz buat miring-miring, tapi bagi pengguna roda 4 sungguh mesti sabar, apalagi jika ada kendaraan besar di depannya, mau nyalip ruang tidak cukup, karena jarak pandang kehalang blind spot, kelokan nan elok tapi serem, kalo maksain resiko terlalu berat..
Nah bagi pecinta Touring boleh jadi alternatif pesona perbukitan Temanggung ini. Waspadalah dalam berkendara, keluarga menanti di rumah. Wassalamu’alaikum
Dikirim menggunakan Wordmobi
Alas Roban
Pertama melintas di Jalan Alas Roban yang katanya jalur baru atau alternatif buat kendaraan besar. Jalanan coran ini lumayan menanjak/menurun
Harus ekstra hati-hati melintas di jalur Alas Roban, karena sebagian pengguna jalan adalah kendaraan besar macam truk tronton.
Bahkan di beberapa ruas jalan coran pecah/retak, bagi pengguna roda dua tentu cukup berbahaya. Yah mungkin efek dari kendaraan besar yang berbobot berat apalagi muatan yang berlebih, maka coran jalan mudah hancur.
yah alas roban selalu jadi cerita, apalagi di musim mudik dan balik seputar lebaran, berbagai kisah tentang alas roban menjadi bahan berita. Waspadalah selalu dalam berkendara, kenakan sabuk pengaman meski bukan jaminan, ikhtiar agar selamat adalah wajib. Wassalamu’alaikum
Dikirim menggunakan Wordmobi