2014 telah berlalu. 2014 takan terulang kawan. Banyak nasehat bahwa apa yang sudah dan belum diraih di tahun lalu, harus diusahakan dengan gigih tahun ini. Tapi mampukah kita kawan?
2015 telah tiba, tak perlu saya ucapkan selamat akan tahun baru ini. Karena saya sendiri tidak memahami esensi dari ucapan selamat pada hal-hal yang sering dikaitkan dengan kata “selamat”. Misal pada perayaan natal yang belum lama berlalu. Yaitu pada 25 Desember, hari yang spesial bagi umat Nasrani. Bisa jadi bagi umat lain, misal penyedia jasa persiapan dan perayaannya, yang belum tentu Nasrani. Tapi mereka mengais rizqi dari perayaan tersebut. Contohnya penjual pernak-pernik natal, rental peralatan perayaan dan masih banyak lagi. Selamat natal. Ucapan yang selalu menjadi kontroversi dari tahun ke tahun. Dan umat Islam selalu menjadi obyek dari kontroversi ini. Bahkan kadang menjadi subyeknya. Subyek dan obyek kadang saling nyinyir, apalagi pasca reformasi, di mana kebebasan berpendapat seolah lepas kendali. Mengapa mereka meributkan hal sepele macam itu, padahal dari umat Nasrani sendiri tidak mempermasalahkan. “Inilah uniknya muslim Indonesia”, ungkapan seseorang yang bisa jadi bernada sama, nyinyir.
Lupakan perbedaan pendapat tanpa ujung pangkal tersebut, lebih baik kita flashback kehidupan setahun silam. Mana yang perlu ditambal dan disulam ulang. Memang tiada kesempurnaan dalam fana ini. Tapi berusaha untuk menjadi lebih baik tidak harus sempurna. Ibaratnya, jika sebelumnya merangkak, usahakan selanjutnya berjalan, meski terhuyung dan sedikit bungkuk. Selanjutnya cobalah lebih tegak meski belum mampu berlari.
2014 buat saya luar biasa. Pelajaran dari alur kehidupan yang begitu dinamis. Keyakinan akan kemampuan diri sempat goyah. Bangkit dan merenung. Saya masih seorang homo sapiens. Mandiri, bukan berarti mampu sendiri. Banyak faktor yang harus saya perhitungkan dan susun ulang.
Kadang hidup bagaikan permainan scramble, kata yang tersusun sesuai huruf sudah benar, tapi jika disusun ulang masih bisa menjadi kata lain lagi dan memiliki arti yang benar-benar berbeda. Bahkan jika menjadi kata yang sama bisa saja memiliki arti berbeda. Itulah hidup, perlu tarik nafas dan hembuskan pelan. Tahan sejenak agar oksigen yang dihirup, mampu diserap tubuh sesuai kebutuhan. Merenung sejenak, “sudah benarkah kita melangkah dalam hidup ini? Atau kebenaran masih versi kita?” Karena kebenaran dari seseorang belum tentu absolute.
2014 saya anggap luar biasa karena pelajaran itu masih terus berlanjut, belum selesai sampai awal tahun ini. Ada sedikit dendam, tanda-tanya, benci dan luapan emosi yang tersleip di lubuk kegoisan seorang insan. Sesekali meletup dan menghancurkan. Maka 2015 ini harus ditingkatkan kontrol diri, agar segala emosi terarah dan menjadi pemacu ke arah lebih baik. Pembuktian diri kadang berawal dari dendam yang diarahklan dengan benar.
2014 luar biasa, di tahun tersebut lahir anak saya yang ke-3. Si Imut Amira. 2014 adalah tahun kemadirian, karena saya sekeluarga pindah ke rumah yang jauh dari orang tua. Ini adalah awal si kembar masuk SD. Sekolah baru, lingkungan baru.
2014 merupakan tahun pergantian kepemimpinan Republik Indonesia. Sejarah akan mencatat lompatan kepemimpinan yang dinamis dari Bapak Jokowi Dodo. Walikota, Gubernur dan akhirnya RI 1 dalam tempo yang singkat. Semoga negeri ini semakin barokah. Amin
Tahun 2014 juga diwarnai derai air mata dunia. Teror ISIS di Timur Tengah yang mewabah ke dalam negeri. Hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH-307 tanpa titik temu sampai saat ini. Musibah tanah longsor di Karang Kobar, Banjar Negara, Jawa Tengah. Dan yang masih dalam penanganan, hilangnya pesawat penumpang Air Asia QZ-8501.
Semoga kedepannya, saya dan kita semua semakin solid. Menghargai dan menjalani hidup ini dengan otak jernih penuh perhitungan. Terhindar dari segala mara bahaya. Tentu ridlo Ilahi tak henti kita harap. Semoga. Amin.(tri)
——————————————-
Caben PDA, 01 Januari 2014, 02:38 PM
Tahun 2015 makin luar biasa…
http://sukarodadua.blogspot.com/2014/12/review-pengguna-tvs-max-125.html
SukaSuka