Beberapa hari kemarin, seminggu lebih saya kembali menyemplak Jalitheng Pulsar 220 untuk transportasi pergi pulang kerja. Tuntutan jam kerja yang tidak tepat waktu, alias masuk lebih awal dan pulang lambat, membuat saya ragu menggunakan trasportasi publik. Maklum, waktu tempuh naik sepeda motor cenderung lebih cepat daripada naik angkutan umum.

Tempat kerja di pantai utara Jakarta, dari dan ke Bekasi, jalur yang saya pilih lewat jalan raya Cakung-Cilincing. Jalan ini akrab disingkat Cacing.
Merupakan jalur lintas kendaraan besar pengangkut petik kemas menuju dan dari pelabuhan Tanjung Priuk.
Karenanya, sepeda motor harus ekstra waspada. Kerap terjadi kecelakaan yang melibatkan sepeda motor dan kontener (sebutan akrab bagi kendaraan besar tersebut).
Roda raksasa dan kendaraan yang berat, membuat si sopir kadang tidak terasa kalo kendaraannya melindas sepeda motor kecil. Dianggapnya lobang atau gundukan jalan yang memang banyak menghiasi sepanjang jalur ini.
Apalagi saat ini sedang dibangun jalan TOL layang yang mengakibatkan jalan berpasir, berkerikil. Roda rawan tergelincir, baik kondisi panas maupun hujan.
Lajur jalan juga kerap berubah, menyesuaikan jalur yang sedang direnovasi. Hari ini lewat kanan, besok bisa berubah di kiri atau sebaliknya.
Bagi pengguna sepeda motor lebih baik mengalah dan hindari berdekatan dengan kendaraan besar, terutama di Cilincing, karena pengecoran jalan kendaraan umum belum selesai. Belokan atau perpindahan jalur kadang tidak terduga karena minim signed sebagai petunjuk arah dan peringatan. Signed yang ada mulai rusak dan pudar.(tri)
**************
Posted from WordPress for Android Wonder Roti Jahe
ngeri
http://orongorong.com/
SukaSuka
Iyo.
SukaSuka
memang ngeri itu cacing 😀
SukaSuka
oooooooooooooooooooooo
SukaSuka