Gemlethek. Mungkin itu kata dalam dialek #Banyumasan yang tepat untuk menggambarkan kejengkelan kami, penumpang Kerata api lokal Jakarta – Cikampek. Gemlethek berarti marah atau grgeten yang mendalam.
Jumat malam setelah menunggu tanpa pasti hampir 2,5 jam dari jadwal seharusnya, akhirnya kereta kami tiba. Bergegas kami berebut masuk, tempat duduk penuh. Si bontot yang tidur dalam gendongan ibunya bangun. Si kembar juga sudah nampak cape berat, ngantuk. Saat menunggu tadi berulang kali menanyakan keberadaan kereta. Tiap ada kereta lewat selalu ditanya,
“Ayah apakah ini keretanya?”.
“Bukan”, jawabku.
“Terus keretanya mana?”
“Masih di Stasiun Kampung Bandan”. Jawabku lagi
“Terus, habis Bandan?”, tanyanya menegaskan.
“Rajawali” dan seterusnya saya menjawab menyebutkan urutan nama stasiun sampai Bekasi.
Karena perhitungan waktu tempuh Jakarta Kota – Bekasi seharusnya tidak sampai 1 jam dan molor, anaku terus menyerang dengan pertanyaan, marah.
“Hitung aja 1 sampai 30, kalo belum sampai juga, kita tinggal aja keretanya”, jawabku bercanda.
———————–
Mengetahui isteri saya menggendong anak, seorang penumpang segera berdiri mempersilahkan duduk. Tak lupa saya ucap terimakasih. Si kembar dan saya berdiri. Dasar bocah, karena sudah lelah menunggu dan tuiak duduk mereka mengeluh rewel. Lagi-lagi penumpang ngalah demi anak saya. Tempat duduk berbeda dengan isteri.
Persoalan tidak selesai, keduanya berebut ingin dekat jendela. Saya makin sungkan dengan penumpang lain. Saya dipersilahkan duduk mendamaikan keduanya, meski tidak berhasil.
Dasar bocah, tidak peduli suasana penumpang yang nampak lelah pulang kerja, makin lelah dengan ulah anaku yang saling sungut mempertahankan keinginannya.
Kereta tidak langsung jalan, mungkin menunggu jalur kosong, mengalah bergantian dengan rangkaian kereta yang terjadwal. Maklum kereta ini sudah merusak jadwal yang seharusnya keberangkatan 20.29, ternyata jam 22.47 belum juga berangkat.
Si bontot yang digendong ibunya di belakangderet tempat duduk kami, terdengar menangis. Panas dan sumpek nampaknya jadi biang kerok ngambeknya si bontot.
Meski ada beberapa unit AC tapi tidak berfungsi sempurna semua, nampak 1 unit AC split, indikator ‘Timer’ berkedip ‘orange’. Mungkin kompresornya overheat. Entahlah.
Saya yang memangku si kembar merayu agar saya boleh berdiri untuk menggendong menenangkan si bontot.
Setelah saya gendong, berjalan di antara para penumpang yang bersender lesu, bontot agak tenang. Sebentar dan kembali berontak, seolah menyuruh kereta segera laju. Alhamdulillah akhirnya kereta kembali melanjutkan perjalanan, terengah, mungkin lokomotif tua peninggalan Suro Buldog.
Mendekati Tambun, banyak penumpang bergegas mendekati pintu gerbong, kami sekeluarga berpindah ke tempat duduk 1 loss dengan hembusan air conditioning memadai, tapi bontot masih mengamuk. Lapar ingin nete sama ibunya. Bergegas saya mengecek toilet, aroma dan penerangan cukup baik. Isteri saya saranin netein bontot di toilet, biar tidak malu.

Alhamdulillah, selanjutnya situasi dan kondisi membaik. Melewati stasiun Tambun, Cikarang, Lemah Abang dan Bojong. Sekira pukul 00.07, kereta tiba di stasiun Karawang. Masuk stasiun saya mengecek jadwal kereta api lokal untuk arah sebaliknya, buat pulang di hari esok.
Perjalanan dilanjutkan dengan ngangkot dan ojek, sekira jam 01.03 dini hari kami sampai di kediaman orang tua. Lelah. Inilah wajah transportasi masal kita. Apakah pembaca bisa menikmatinya?(tri).
bandemi bae
SukaSuka
srampang ndhas blukang jane nek ana 🙂
SukaSuka
di indonesia kondisi kereta api masih seperti itu bos. apalagi kelas lokal. secara umum PT. KAI sudah banyak peningkatan. kalau mau cepat dan nyaman bisa pilih sarana transportasi lain. misalnya charter.
SukaSuka
Pemakluman, ini yang selalu dilakukan rakyat. Maklum, itu pasti, tapi kritik saran tidak boleh berhenti. Kalo maklum terus dan beralih ke transportasi lain ya lambat peningkatannya. Kalo kebiasaan maklum, koruptor bisa jadi akan dimaklumi. Maklumlah Indonesia hahahaha
SukaSuka
Kereta api sudah meningkat layanannya cak. Yah satu per satu, gak bisa sekaligus langsung bagus.
SukaSuka
Tentu saja, bukan berarti harus maklum dan maklum dong Kaka 😀
SukaSuka