Tahu Diri di Jalan


Kadang sulit untuk tidak ikut ngantri lampu merah di depan sono, kerap diklakson kendaraan di belakang kita

Thiiinnnn…!!!! “Woi.. buruan dong ! ”

Bunyi klakson sepeda motor diiringi teriakan pengendara di depan saya menghardik sepeda motor di depannya yang berjalan lambat, padahal posisi di tengah jalan dan di antar mobi yang tidak memungkinkan sepeda motor lain menyalipnya. Tampaknya pengendara sepeda motor yang dihardik kurang memperhatikan sekitar karena asik ngobrol dengan boncengannya, mungkin teman deket atau bisa jadi pacar. Hampir saja terjadi keributan, karena saat jalan lega, pengendara yang tadi menghardik, menyalip sambil menendang. Entah kena sepeda motor atau pengendaranya, saya enggan memperhatikan lebih lama, saya putuskan menyalip dan berlalu.

Itulah sedikit gambaran jalanan di Jakarta, barangkali di kota lain tidak jauh berbeda. kondisi macet, suasana otak sedang kurang enak, bercampur permasalahan dari rumah dan kerjaan, membuat orang sensitif, mudah tersulut amarah. Barangkali setiap pengguna jalan tak terkecuali pejalan kaki perlu memahami lingkungan dan kondisi sekeliling.

Perilaku pengendara ngebut atau lambat di jalan umum, pejalan kaki menyeberang jalan semaunya dan berbagai perilaku lainnya, kadang kala bisa mengakibatkan kecelakaan dan keributan. Jika tidak ada yang mengalah, jalan yang sudah macet akan semakin parah, bisa jadi batal pulang ke rumah tinggal tapi ke rumah sakit karena terluka akibat berantem dengan pengguna jalan lain. Ngebut dan melambatakan kendaraan sesuai kondisi. Pelan di jalan belum tentu benar, sementara kendaraan di belakang kita mengantri mau buru-buru karena ada hal penting menanti/dituju. Ngebutpun belum tentu salah, ngebut tepat tidak berarti ugal-ugalan. Perlu perhitungan, kenapa kita perlu kencang, memungkinkan kondisi dan posisi.

kadang bimbang, yang bener saya atau mereka

Bahkan menunggu lampu merah di belakang garis putih saat di perempatan jalan bisa jadi salah, meski secara hukum benar. Kenapa ? Karena banyak pengendara lain yang tidak sepaham. Dan kadang saat kendaraan krodit, polantas mengarahkan sepeda motor untuk berhenti sampai depan zebra cross, bahkan mendekati tengah peremepatan. Jadi kita harus benar-benar tahu kondisi dan posisi.

Contoh lain yang sering terjadi adalah menyerobot lampu lalu lintas. Dari arah laju kendaraan saya, lampu lalin di sebuah perempatan berwarna hijau, dari jauh saya perhatikan kendaraan dari arah yang memotong (lampu lalin merah) menyerobot karena tidak ada kendaraan dari arah saya, sementara saya masih jauh, sampai perempatanpun ternyata masih ada kendaraan yang menyerobot, jika saya ngotot berpatokan lampu lalin mungkin akan berakibat tabrakan.

Masih banyak kasus lain di jalan umum. Termasuk kendaraan menyeberang rel kereta apai padahal pintu palang/portal sudah tertutup alias menyerobot. Bahakan kecelakaan tabrakan kereta dengan truk tangki BBM baru-baru ini bisa jadi karena menyerobot. Kita cukup tahu diri saja, memaklumi sikap pengguna jalan lain. Kadang percuma ngotot mempertahankan kebenearan hak di jalan. Sayangi nyawa kita, ingat keluarga di rumah menanti. Semoga saya dan kita semua mampu menahan diri di jalan demi keselamatan bersama. Amin (Tri)

Iklan

14 respons untuk ‘Tahu Diri di Jalan

  1. nang kota cilik be kaya kuwe

    ben ora stress liren disit tuku tahu bae . Tahu Sumedang apa Tahu BAkso dari ungaran, apa Tahu petis, apa tahu gimbal
    ari nang nggone dewek tahu brontak bae

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Maskur Batalkan balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s