Pembaca punya kenangan masa kecil yang sulit ditemui pada masa anak kecil sekarang?
Nah saya baru sadar saat mengunjungi TKP masa lalu itu, ternyata tempatnya sudah agak sulit dijangkau. Tempat tersebut berupa kali atau sungai kecil, atau di kampung saya yang ‘nggunung’ Banyumas bagian selatan di sebut ‘kalen’. Di kalen ini, saat saya masa kanak-kanak kerap jadi pelampiasan mencari kegembiraan. Mulai dari mandi, berenang di ‘kedung’, ‘marak’ udang dan aneka kegiatan unik untuk kategori masa sekarang.
Tempat yang sulit dijangkau tersebut saya anggap anak sekarang jarang yang main ke kalen, atau mungkin tidak ada. Apa karena keberhasilan program KB? Saya rasa tidak juga, keponakanku yang kelas 2 SD, 1 kelas berjumlah 21 anak, tidak jauh beda dengan masa saya sekolah dulu.
Mungkin anak sekarang lebih suka main sepeda atau gadget dan nonton Utaran. Entahlah
Yang lebih aneh lagi, kenapa kalen ini terasa menyempit, sangat kecil. Padahal dulu saya bisa main gedebong pisang sebagai rakit. Mungkin airnya yang mengecil.
Yang paling saya sukai dari kalen ini adalah ‘marak urang’ alias menangkap udang dengan tangan langsung. Caranya memojokkan udang dengan kedua telapak tangan. Dulu udang begitu melimpah di kalen ini, sementara ikan bisa dibilang tidak ada. Masa kecil saya tidak suka udang, jadi sekedar seneng buat mainan saja. Sampai muncul ide untuk menanam benih ikan ‘bogo’ atau gabus yang di ambil dari kalen lain desa. Alhasil munculah peranakan gabus di kalen ini, dan berdampak pada jumlah udang yang menyusut drastis. Kemungkinan telor dan anakan udang jadi mangsa gabus.
Saya menyesal karena merusak ekosistem udang, dan terlambat sudah. Yah, karena masa itu saya lebih suka gabus daripada udang.
Pada mudik kali ini saya mengajak anak-anak bermain ke kalen ini, sekaligus saya flashback masa kecil. Mereka begitu gembira, sayang saya gagal ‘marak urang’. Dua ekor udang yang saya temui kabur sulit ditangkap, saya hanya mampu menangkap dua ekor ‘yuyu’ atau kepiting batu.
Sebab lain berkurangnya jmlah udang dan Yuyu karena tempat sembunyi mereka dijarah manusia, yaitu batu. Ya, bebatuan sepanjang kalen dipanen guna dijual atau sekedar keperluan pondasi rumah yang berevolusi dari papan ke tembok.
Entah sampai kapan udang dan Yuyu mampu bertahan di kalen ini, karena air mudah kering saat kemarau tiba. Pinggiran kalen semakin rindang karena jarang yang menjamah, kecuali saat kemarau tiba, dimana warga kampung mencari sumber air.
Semoga kearifan lokal mampu bertahan sampai cucu-cicit dan keturunanku masih bisa menikmati keluguan alam ini.
—————————
Tlahab Reja Tanggeran, 11 Ramadan 1437 H
Anak2 pasti lebih senang dong ya mas bisa main dialam ketimbang sibuk main gadget hehe 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya Mbak, nagih mulu, padahal cuma dapet kepiting dan naik turun bukit yg licin, tp bahagia
SukaSuka
mblenger dikon bola bali nang dufan wekekek…
SukaSuka
😂
SukaSuka