Menikmati Kopi Arabica dan Robusta Temanggung, Antara Luwak dan Buket Mbleketaket


image
Kopi lokal kwalitas export

Kopi arabica dan Robusta Temanggung, nama wilayah penghasil kopi yang awam di kuping saya. Meski saya penikmat kopi, tapi tidak pernah mempelajari secara seksama, termasuk penghasil kopi lokal kwalitas super.
Temanggung sebagai penghasil kopi kwalitas eksport juga saya baru tahu, pokoke saya hanya terima mateng, gratis, tinggal seduh dan minum 😀 .
Kopi khas lokal gratisan yang pernah saya nikmati adalah kopi Lampung, Bagong Jombang, Sidikalang, Aceh, Aroma Bandung, Probolinggo dan Bali (sebagian saya lupa nama kopinya). 
Kesemuanya saya nikmati dan coba ramu dengan gula serta cari takaran yang tepat sesuai lidah saya. Kopi hitam dan gula putih. Itulah kopi buat saya.

Kembali ke Kopi Arabica dan Robusta Temanggung.  Ini mungkin Kopi pertama yang saya dapat dengan tidak gratis, meskipun saya tidak merasa membayar, karena saya menebusnya  dengan ‘uang ghoib’ 😀

image
Menyajikan kopi arabica temanggung ala saya

Pertama kita nikmati kopi Arabica. Warna kopi cerah coklat tua kehitaman. Pertama saya tes makan kopi sepucuk sendok teh, original, enak.
Selanjutnya saya seduh kopi dengan perbandingan takaran kopi dan gula adalah 3:3 sendok teh. Lihat gambar, takaran “mundung” alias maksimal, bukan rata sendok. Jika diminum, menyisakan ampas 1/3 dari total volume cangkir (takaran air tidak sampai bibir cangkir).

Rasa dari kopi Arabica Temanggung ini cukup tajam. Saya sarankan makan nasi atau makanan pengganti lain sebelum menikmati kopi ini. Rasa asam khas Arabica cukup terasa, mirip kopi Aceh yang pernah saya nikmati, tapi lebih soft. Menurut saya, kopi ini kurang cocok bagi pemula. Apalagi yang terbiasa menikmati kopi sacet special mix cap ‘kapal keruk’ :mrgreen: dan kopi sacetan warung lainnya.
Menurut Bos saya, rasa asamnya mirip kopi Luwak yang harganya selangit itu. Kalo saya belum pernah coba ‘kopi tahi” Luwak jadi tidak paham.

image
Kopi Robusta Gesing Temanggung buket mbleketaket

Selanjutnya kita bahas kopi Robusta Gesing. Kopi ini masih satu sumber di Temanggung sana. Prosesi yang saya lakukan sama dengan prosesi menikmati Arabica. Mulai dari memakan langsung kopi seujung sendok teh. Rasanya mirip dengan Arabica. Takaran penyajian juga saya samakan, yaitu 3:3 sendok teh ‘munjung’. Seduh dan nikmati.
Hmmm.. rasanya kurang nendang. Kurang berasa kopinya. Tapi bagi orang lain atau yang biasa menikmati kopi hitam sacet dan sajian kopi meeting, takaran 3:3 untuk Robusta rasanya sudah cukup.
Karena masih penasaran dengan rasa seduhan Robusta Gesing yang kurang berasa tadi, penyajian selanjutnya, takaran saya naikan menjadi 4:3,5 sendok teh ‘munjung’ (penuh). 4 sendok teh kopi Robusta dan 3,5 sendok teh gula putih. Seduh, diamkan sejenak, aduk rata, lalu cecap. Juozzz.. ‘buket mbleketaket’ ungkapan versi Banyumas. Very soft, lembut. Enak pokoknya, saya belum pernah merasakan kesamaan rasa dengan kopi yang pernah saya nikmati.

image
Stok sebulan

Bagi yang penasaran dan ingin tahu rasanya, silahkan order langsung ke juragan Remcakram. Kalo order ke saya, harga naik 30% soalnya 😀 . Kalo maksa ya kontak saya saja melalui email di side bar (disclaimer), stok sangat terbatas.

Oh iya, Insyaallah yang akan datang akan saya bahas Kopi Lanang Temanggung, yang kabarnya bikin greng para pria lho. Penasaran? Tunggu saja. Kopi Temanggung apalagi yang Lanang ini langka jadi musti order rebutan.

Maju jaya UMKM Indonesia. (Tri)

image
Posting sambil menikmati kopi sacetan ala kadarnya di Water Splash Kolam Air Darmawangsa Bekasi

——————————-

Posted from Android The Doctor

23 respons untuk ‘Menikmati Kopi Arabica dan Robusta Temanggung, Antara Luwak dan Buket Mbleketaket

Tinggalkan Balasan ke agoey Batalkan balasan