Nokia 3330 Parau Pasca KRL Tertutup


Pintu stasiun Kampun Bandan sudah di depan mata. Pengumuman kedatangan Commuter Line tujuan Jatinegara bergema dari Horn Speaker yang terpasang di tulang-tulang atap stasiun.

image

Bergegas kakiku merespon, tergesa ku tap Kartu Multy Trip (KMT) di palang pintu putar (turnstile). KRL telah tiba dan menunggu naik turun penumpang, kuberlari menapaki tangga jembatan menyeberang ke rel 2. Nafas memburu pertanda asupan oksigen tidak stabil.
Apa daya 2 langkah menjelang, pintu KRL tertutup. Aku duduk lesu di bangku pipa besi. Aku hanya kurang beruntung.
Anganku mengawang seiring hujan sore itu. Menerawang jauh, sejauh rel kereta yang seolah tak berujung. Langit memerah pertanda curahnya menyapa mayapada. Indah. Seindah ingatan. Ingatan yang indah untuk dikenang. Yah sekedar kenangan.

Tergambar saat hujan mengguyur bumi. Menghapus debu. Dalam tiap tetesnya menampilkan wajah-wajah lalu. Menghadirkan asa yang telah pupus. Bulir air malam ini seolah merajut kembali kisah lampau yang kalah. Kalah karena mengalah. Mengalah bukan untuk menang. Mengalah karena tak mungkin dilawan. Takdir Ilahi berkehendak akan insan yang kerap lalai.

Aku tidak menyesal, karena aku sudah berjuang. Meraih hatimu. Kau, Ning, yang memilih menjadi adiku. Layaknya pintu Commuter Line yang terjadwal berangkat, tertutup sudah dan melanjutkan perjalanan. Tidak mungkin kukejar meniti rel yang panjang. Secepat apapun langkahku, hanya nafas yang memburu dan peluh yang mengalir.

image

Pintu hatimu telah tertutup untuku. Meski kuyakin ada diriku dalam suara serakmu itu.

“Mas, aku mau menikah besok, minta doa restunya”.
Suaramu parau selepas dering nokia 3330 itu.

“Oh iya. Menikah. Besok?”
Aku tergagap.

“Iya, ga papa kan?”.
Jawabmu memastikan. Ada nada memelas, memohon ikhlasku.

Tidak ada yang istimewa antara kita. Atau aku yang terlambat menyadari. Kau istimewa. Di saat yang lain memujamu, aku mengabaikanmu.

Ning, kau ingat keramaian lepas pendaftaran sekolah lanjutan? Banyak lelaki memanggilmu, kau abaikan. Tapi saat ucapku berseru, kau segera berpaling, menyadari itu suaraku. Kaupun melambai dan menyapaku.
Itu hanya pembuktianku belaka. Pembuktian bahwa aku lelaki yang layak diperhitungkan. Angkuhku ingin meraih lebih. Lebih dari dirimu. Kau hanya sekedar seorang Ning. Tak lebih.

Dan sesal selalu datang terlambat. Tatkala tombak dan mandau sebagai teman tidur, wajahmu merona di langit kamar dalam pondokan kuli di Negeri Uluh Itah, Bumi Tambun Bungai.
Saat itu, kuyaqinkan, kumantapkan hati, pulang nanti kankupersembahkan senyum tulus, tanpa palsu yang dulu.

Sirna sudah. Ternyata kau bukanlah Ning yang dulu. Kau adalah seorang yang baru. Bidadari. Sedang aku, rambut memerah layaknya anak Punk yang mengidolakan Greenday, Afril Lavigne, Linkin Park atau Limp Bis kid. Sebuah kemunduran dari seorang mantan ketua kelas yang diidolakan.

Ah sudahlah Ning, Commuter Line berikutnya telah tiba.
Kuhapus wajahmu seiring terbukanya pintu KRL. Nokia 3330 pun telah luruh kejayaannya. Teronggok di pojok lemari plastik.
Doaku, semoga kau selalu dalam Ridlo-Nya. Amin.
Iyyang, aku pulang.(tri)

**************
Posted from WordPress for Android Wonder Roti Jahe

Iklan

8 respons untuk ‘Nokia 3330 Parau Pasca KRL Tertutup

  1. ╔╦╦╦═╦╦╦╗╔╦╦╗
    ║║║║║║║║║║║║║
    ║║║║║║║║║╠╬╬╣
    ╚══╩═╩══╝╚╩╩╝

    Suka

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s