Anda pernah numpang shalat di perjalanan? Mampir shalat di masjid di persinggahan, seperti rumah makan, SPBU, terminal bus, stasiun kereta dan sebagainya. Jika anda mampir shalat di persinggahan dalam perjalanan, lebih baik cari penitipan barang andai bawaan anda tidak memungkinkan dibawa serta saat ambil wudu dan shalat.
Kadang kita sebagai muslim menggampangkan menaruh barang di dalam masjid atau mushola. Beranggapan bahwa orang yang ke masjid itu bertaqwa dan tidak mungkin berbuat curang, seperti mencuri. Keyakinan akan hal tersebut membuat sebagian kita lengah dengan barang bawaan, meletakan dalam ruang masjid dan meninggalkannya untuk wudu atau shalat. Dan tangan jahil jamaah gadungan menguasai tanpa terdeteksi.
Hal ini terjadi semalam di mushola stasiun Jatinegara saat jamaah berjubel memadati tempat wudu, untuk shalat Magrib. Mushola kecil, sempit tidak mampu menampung jamaah penumpang kereta Commuter line yang transit hendak pulang kerja.
Saat saya masuk seorang jamaah melongok ke segala penjuru, jamaah lain bertanya,
“Kenapa pa?”
“Tas hilang, padahal tadi ada di sini” jawabnya sambil menunjuk lantai masjid yang nampak juga beberapa tas jamaah lain teronggok.
“Padahal ditinggal sebentar, paling lima menit” katanya lagi melanjutkan.
Jamaah lain tidak bisa berbuat apa-apa. Saya yang mendengar percakapan tersebut tertegun, beberapa waktu lalu saya meletakan tas di belakang saf, lantai kosong agar tidak mengganggu jamaah. Maklum saat itu saya bawa tas cukup besar. Alhamdulillah tas tidak raib.
Sebenarnya jika ukuran tas ransel yang umum dibawa bekerja, masih bisa ditaruh di depan kita saat shalat, posisi tas akan berada di bawah perut dan dada saat sedang sujud. Saya sudah melakukannya berulang kali.
Sekali lagi jangan menilai sesuatu dari luarnya, orang yang datang ke tempat ibadah belum tentu ahli ibadah, bukan berarti saya mengajak suuzon, tapi lebih kepada kehati-hatian, kewaspadaan wajib ditekankan dalam tiap lini pergaulan. Bahasa kerennya, Don’t judge the book by the cover.
Oh iya, kabarnya kemenag mau dibubarkan ya? Apa karena di depag banyak penyimpangan anggaran menjadi salah satu alasan pembubaran tersebut? Apa karena dana talangan haji tidak jelas juntrungannya, apa karena hal lain yang identik dengan kecurangan? Atau kalo rapat dan acara selalu ada akal-akalan untuk keuntungan panitia? Rapat 20 orang di mark up biaya menjadi 40 orang. Inilah wajah muslim kita yang tercoreng oleh beberapa oknum.
Hal kecil, mencuri kotak amal masjid, hal besarnya mencuri dana haji mungkin.
Sekedar intermezzo kawan, bahwa baju bagus tidak mampu membuat orang yang memakainya menjadi serta merta wangi jika badannya busuk.
Apakah pembaca pernah kehilangan barang di tempat ibadah?(tri)
——————————–
Standing on Commuterline Bekasi-Jatinegara, 26 September 2014, 07.46 AM
**************
Posted from WordPress for Android Wonder Roti Jahe
sip ajib kang, ikhtiar dulu supaya tenang ibadahnya 😀
SukaSuka
Betul sekali A
SukaSuka
kalau tas kecil, persis seperti yang ditulis, diletakan antara dada dan perut, tetep aman. kalaupun tidak bisa, ambil posisi shaf paling pojok dekat tembok, taruh disamping dah.
bukan suuzon juga sih tp menjaga bawaan termasuk ikhtiar toh
SukaSuka
Nah .. Ustad Jarwo al Bantani telah bersabda. Tas ransel juga bisa kok Wo. Agak maksa tp bisa dan shalat lebih tenang
SukaSuka
Itu alasannya kenapa motor tak pasangi “kotak somay”, Kang…
Kalau ngga, jika bawa:
– tas ransel atau yg agak besar, bisa ditaruh di depan tempat sujud sekalian buat ‘sutrah’
– tas pinggang atau yg agak kecil, bisa ditaruh persis di depan lutut (diperkirakan jaraknya agar tidak mengganggu gerakan shalat)
#imho
SukaSuka
Betul Kang Sapto. Ransel saja masih bisa kok ditaruh depan kaki, di bawah perut dan dada saat sujud, tentu bahi yg buncit ini merepotkan 🙂 nek nggo sutrah masih bisa kabur lho
SukaSuka
Hihihi… 😀
SukaSuka