Tersesat Kompas


“Ayah, Oyan ikut ke mesjid ya” kata anaku merajuk saat saya hendak jamaah Magrib. Saya mengiyakan, meski dengan berberat hati, takut mengganggu jamaah yang lain. Maklum anak saya masih kecil meski sudah disunat, umurnya belum genap enam tahun. Daripada merajuk dan mengganggu seisi rumah, apalagi sepupunya juga datang mengajaknya, sama-sama masih belia.
image

Barisan diatur oleh marbod, anak-anak yang kiranya suka bercanda disisipkan diantara jamaah dewasa, dengan harapan mereka sungkan atau takut untuk membuat ulah yang bisa mengganggu kekhusukan shalat. Anaku berdiri disampingku bersebelahan dengan seorang bapak. Bapak tersebut memakai sajadah dengan tempelan kompas dekat area muka jika sujud. Mungkin penunjuk arah kiblat jika di tempat asing yang tak hafal arah mata angin.
Sebenarnya saya sudah sering berjamaah bareng bapak tersebut, entah mengapa dia selalu bawa sajadah yang berkompas itu. Padahal masjid pasti sudah punya arah kiblat, atau dia memiliki satu-satunya sajadah. Tapi masjid ini sudah berkarpet menyerupai sajadah.
Saat takbirotul ikhram, keganjilan mulai terjadi. Anaku memperhatikan kompas sajadah tersebut, bahkan sampai menunduk menyentuhnya. Saya jadi kurang konsentrasi. Meski tidak menimbulkan kegaduhan, minimal saya dan si bapak terganggu oleh ulah anaku. Sampai salam terakhir anaku masih saja menelaah kompas, bahkan jari-jarinya menghitung, mungkin dikira jam. Dia menunduk mengematkan jarum kompas mengarah ke angka yang mengelilinginya.
“Wah sesat nih otaku” batinku karena memikirkan ulah anak dalam shalat. Kekhawatiran dari rumah terjadi, saya sendiri yang jadi korbannya. Otaku lalai dalam shalat, khusuk tanpa gangguan di sekeliling saja susah, apalagi ada gangguan depan mata. Rugilah orang yang lalai dalam shalat.

image
Surat Al Ma'un : 1-7

Kompas yang seyogyanya menjadi penunjuk arah, justeru menjadi biang tersesatnya otak. Masih harus belajar khusuk.
Apakah ada kompas di tempat sujud pembaca?(tri)

————————————–
Posted from WordPress for Android P6200 retak