Laut, hamparanya penuh misteri, jelang senja itu aku memandangnya penuh kekaguman, padahal ini adalah suatu hal yang biasa, karena biasa itulah jarang orang yang bisa menilai keindahannya, bahkan jarang sekali yang menyempatkan waktu tuk sekedar memandang temaramnya. Bahkan pasangan muda mudi di pinggirannya takan sempat beralih dari memandang pasangannya, kemari sekedar menepi untuk berdua. Alam biarlah jadi saksi semata.
Bahkan sang nelayan yang tiap hari dipayungi senja ini, barangkali lupa untuk sejenak mendongakan kepala menatap indahnya, sungguh temarmanya membelai cakrawala nun jauh di sana. Akankah perahu itu menyentuh cakrawala dengan kembangkan layar. Tidak akan cukup, tidak akan sampai, tapi senja ini akan setia kala hari mulai berganti, menjemput cakrawala tuk dihadirkan lagi esok.
Senja terus bergulir dan malam akan segera menyelemutinya, esok belum tentu senja itu kembali. Karena esok adlah hari yang lain, hari yang belum tentu menghadirkan senja indah, karena indahnya hanya ada saat mata memandang dengan nilai, bukan memandang dengan posesif dan mengeluh “malam mengapa gelap”. Tanpa malam senja takan berarti, karena malam senja ditunggu kembali. Hidup pasti berganti, berputar menghadirkan cerita berubah dan kadang berulang sama. Kenanglah senja ini, agar Kita mampu tersenyum disaat seharusnya marah. Wassalamu’alaikum
gambar : resize jepretan nukiem
cocok tenin
http://pertamax7.wordpress.com/2012/03/09/diy-pasang-sendiri-karet-handle-rem-di-sepeda-motor/
SukaSuka
nampaknya kang jamin berbakat menulis puisi…hihihihihi
SukaSuka
Subhanallah
SukaSuka
nulis puisi eces,koq suruh bikin lagu pusing…tanya kepriwe..?!
SukaSuka
iki dudu puis Kang, sing pinter ngelagu kuwi kembarane si Didi K 😀
SukaSuka
nikmatnya dunia..
Allahu akbar
SukaSuka