Telomoyo, Negeri di atas Awan #roadtrip


Telomoyo, ada yang tidak tahu? Kebangetan šŸ˜

View dari jalur pendakian gunung Telomoyo

Telomoyo mountains atau gunung Telomoyo yang terletak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah adalah satu-satunya gunung yang bisa didaki menggunakan kendaraan bermotor. Tidak tinggi memang, kalo dari gerbang masuk Dalangan bisa mengendarai sepeda motor atau roda empat tapi khusus jip yang bisa di sewa di sekitar lokasi maupun sebelum masuk gerbang. Mobil pribadi tidak diijinkan. Namun, mobil saya sempet masuk jalur pendakian tanpa lewat gerbang, ketidaksengajaan yang sulit dilupakan.

Perjalanan atau roadtrip ke Telomoyo sekeluarga ini pada 10 Desember 2023, tidak mengapa telat posting daripada sama sekali dan blog lumutan. Yuk mari kita mulai kisah roadtrip kali ini. 

Banyak tersedia telor asin oleh-oleh khas Brebes – Tegal

Perjalanan dari kediaman kami di Karawang Utara, pagi sekira jam 9, langsung menuju gerbang tol Karawang Timur. Masuk tol lancar, berhenti isoma di rest area 275A Tegal. Di rest area 275 A ini ada keunikan atau keanehan, di mana tersedia toilet gratis tapi ada penjaga yang menunggu uang ‘santunan’, saya coba cek ulasan google map, ternyata sebagian besar pengunjung mengeluhkan hal tersebut.

Review google map rest area 275A

Kembali melanjutkan perjalanan menuju exit tol Salatiga, kenapa Salatiga bukan Bawen? Kalo mengikuti google map, akan diarahkan lewat exit tol Bawen, karena itu jalur terdekat menuju Telomoyo. Tapi setelah konsultasi dengan beberapa rekan yang paham wilayah Magelang, Yogyakarta dan sekitarnya, saya disarankan lewat Salatiga saja. Jalur lebih mudah, katanya.

Waspada lalu lintas Ungaran – Semarang, tidak jauh beda dengan tol dalam kota Jakarta saat peak sesion atau week end, padat merakyat eh merayap.

Di tol Semarang kami masuk SPBU 43.507.17 untuk mengisi bahan bakar, karena di rest area sebelumnya, tidak tersedia SPBU dan bbm kendaraan kami masih mencukupi. Di sini aura sejuknya pegunungan sudah terasa, nampak menjulang gunung Merbabu, kalo saya tidak salah terka.

Oh iya, apa si yang mau dilihat di Telomoyo? Sebenarnya bukan gunung Telomoyo yang jadi daya tarik, tapi apa yang bisa dilihat dari gunung tersebut. Jadi Telomoyo hanya jadi pijakan untuk menyaksikan alam sekitar. Kurang lebih seperti itu.

Setelah melewati semrawutnya tol Semarang, lanjut jalur tanjakan dan perbukitan serta pegunungan pemandangan sekitar jalan tol, akhirnya kami keluar exit Salatiga menuju Ngablak via Kopeng. Lika-liku dan naik turun jalur Kopeng di akhir pekan membutuhkan konsentrasi yang baik, jangan sampai terpukau dengan pemandangan sekitar yang memanjakan mata dan mengabaikan jalur yang dilalui, karena jalan cukup sempit, apalagi ini pertama kali saya mengendarai mobil dengan jarak yang lumayan jauh, juga pertama kali melalui jalur ini.

Setelah kurang lebih satu jam keluar tol Salatiga, akhirnya kami menapaki jalanan dengan pemandangan perbukitan dan aroma kompos atau pupuk sayur khas pedesaan dataran tinggi. Nampak signed atau penunjuk tempat bertulis Telomoyo nun jauh di atas sana, di antara pepohonan. Cukup mencolok dan menarik mata untuk memandang.

Tempat baru dan asing tapi indah, berasa di dunia yang berbeda. Tentu saja, inilah perlunya mengunjungi tempat-tempat baru guna menyegarkan pikiran dan mata tentu. Oh iya, hari sebelumnya, saya sudah komunikasi dengan beberapa tempat singgah dan sudah booking untuk menginap (saya tidak mau menyebut tempatnya di sini) juga komunikasi dengan rental jip untuk naik ke puncak Telomoyo. Seperti saya sebutkan di awal, naik puncak Telomoyo bisa menggunakan sepeda motor dan jip sewaan kalo dari gerbang masuk Dalangan, Ngablak, Magelang. Sedang kalo dari gerbang masuk Pagergedog hanya bisa menggunakan roda dua, gerbang ini berada di Desa Sepakung, kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.

Setelah sampai gerbang menuju tempat kami (rencana) menginap, saya hubungi pihak penginapan, tapi tidak menjawab, lantas kami memutuskan tetap masuk gerbang, menyusuri jalan yang sempit, hanya pas untuk mobil ukuran sedang, kebetulan saya mengendarai Veloz Q cvt, penggerak depan dan matik tentunya (selanjutnya saya sebut Piluz). Pantas saja pihak rental jip agak keberatan kalo saya minta dijemput dari penginapan ini, jalan kanan kiri banyak ilalang liar dan entah apa yang terjadi, tiba-tiba jalan menjadi jelek berupa makadam dan rumput liar dipadu genangan air sisa hujan barusan, bahkan saat itu masih gerimis. Nampaknya saya tidak melihat belokan yang semestinya arah yang dituju, karena, setelah melintasi jalur yang cukup off road, nanjak yang memaksa saya berpindah ke mode manual M1 agar si Piluz memiliki cukup power meski sempat slip, Alhamdulillah, kami bisa menapaki tanjakan, tiba-tiba saya berada di sini.

Jalur off road yang kami lalui ternyata melintas di belakang persis signed atau papan nama Telomoyo yang kami lihat dari jalan raya tadi. Papan nama yang dari kejauhan nampak kecil itu, ternyata menjulang cukup tinggi, sekira lebih dari 2 – 3 meter. Setelah ambil foto kami lanjut menyusuri jalur dengan penuh kehati-hatian, dan akhirnya ketemu jalan dengan pengerasan aspal dan cor beton seperti berikut.

Panah putih arah kami datang, panah merah menuju puncak Telomoyo

Dari tanda panah putih itu, menanjak beberapa kali slip, deg-degan tidak berani ambil kiri, kawatir mobil kehilangan keseimbangan karena jalan miring dipaksa belok, akhirnya kami berhenti sejenak di sini. Mencoba menghubungi pihak penginapan, dan mengirim gambar posisi kami saat itu. Beberapa sepeda motor melintas turu dari arah tanda panah merah, saya berhentikan salah satu sepeda motor yang dikendarai sepasang muda-mudi, menanyakan posisi kami, dimana penginapan yang saya maksud serta kalo ke atas atau ke bawah itu kemana. Kami cukup bingung karena di tempat asing, hutan dan sepi tidak ada pemukiman penduduk. Dari keterangan si pemuda, barulah kami paham, bahwa kami masuk jalur yang tidak semestinya. Kami sudah masuk jalur penanjakkan atau pendakian kendaraan bermotor menuju puncak Telomoyo. Kami memutuskan turun mengikuti si sepeda motor dan membatalkan menginap di tempat sebelumnya karena isteri sudah trauma untuk balik ke jalan ‘becek’ tadi. Ternyata si motor meninggalkan kami, disamping motor lebih gesit menapaki turunan yang berkelak-kelok, saya juga tidak bilang minta ditungguin.

Setelah beberapa kelokan dengan pemandangan yang elok, kami tiba di depan sebuah cafe. Namanya Flow Skyland, reflex saya belok dan masuk parkiran.

Senja yang syahdu di Flow Skyland, cafe & eatery

Jelang maghrib, kami pesan makan dan minum, menikmati sajian sambil menunggu kumandang azan, panggilan dari Sang Pemilik keindahan.

Tempatnya nyaman, ada aquarium yang sekaligus tempat kongkow. Pemandangan Magelang mana si yang ga indah, begitupun dengan cafe ini, View gunung di depan, perkebunan sayur di sekitar dan hutan Telomoyo memayungi dari belakang. Tersedia toilet, mushola dan alat sholat, bersih dan rapi, bahkan kran wudhu terpisah dari toilet, saya suka ini.

Oh iya, ada yang lucu saat kami baru datang ke cafe ini, karyawan nampak heran melihat kami datang mengendarai mobil, karena hanya bos (mungkin yg dimaksud pemilik cafe) yang diijinkan pakai mobil, Karena cafe ini memang berada di jalur pendakian kendaraan ke Telomoyo melalui loket Dalangan. Saya jawab dengan joke, bahwa berarti saya termasuk bos dong.

Setelah cukup istirahat, menunaikan shalat Magrib dan Isya jamak takdim qasar, kami juga mencari informasi penginapan di sekitar yang pasti dekat dengan gerbang pendakian Telomoyo baik ke karyawan cafe maupun di grup wa rekan wilayah Yogyakarta-Magelang dan sekitarnya, nama Tombo Ati terpaut di hati, nama itu juga yang direkomendasikan oleh rental Jip.

Tombo Ati, cafe & Eatery, menyediakan penginapan dengan harga terjangkau, dua kasur ukuran king mampu menampung kami sekeluarga. Fasilitas  kamar mandi air panas,  air mineral, kopi dan pemanas air. Televisi dengan jaringan internet. Tapi jangan kaget, karena dekat area pertanian, aroma pupuk kompos cukup menyengat dan banyak banget lalat.

Tombo Ati, saya bisa nyuci mobil sepuasnya sebelum melanjutkan perjalanan ke Malioboro, Yogyakarta

Setelah check in, mencari informasi tentang rental jip dan sepeda motor guna mendaki Telomoyo. Jip sekira 400ribu dan sepeda motor 100rb per unit. Sebelum kami beristirahat, menikmati sunyi malam, udara dingin dan kopi sekedarnya, kami obrolin pertimbangan pilihan mofa transportasi esok pagi, antara jip atau sepeda motor. Mempertimbangkan cuaca yang sukar ditebak. Dari info penjaga cafe, hari sebelumnya cuaca mendung dan sulit untuk menyaksikan sunrise maupun sunset. Padahal untuk bisa melihat keindahan matahari terbit dari puncak Telomoyo, pengunjung disarankan naik sebelum Subuh, sekira jam 4 pagi. Paket sewa jip juga lumayan harganya dengan beberapa tujuan selain puncak. Sedang kami hanya ingin ke puncak saja. Pertimbangan andai sudah naik pagi buta dan ternyata cuaca mendung, sudah di atas harus nyari tempat shalat Subuh pastinya, wah repot. Dari pertimbangan tersebut, kami memutuskan menyewa sepeda motor dan naik bakda Subuh.

Sekira jam 05.30wib kami menapaki jalanan yang sunyi, maklum hari senin, pengunjung tidak terlalu banyak. Masuk gerbang Dalangan menebus tiket masuk 15ribu/orang tapi kami dapat discount, si bontot gratis, mungkin karena anak kecil. Ya si bontot emang baru kelas 4SD. Berikut beberapa jepretan kamera ponsel di pendakian Telomoyo

Ternyata pengendara sepeda motor cukup meriah
Deretan aneka pemancar di puncak Telomoyo
Taman langit Telomoyo 1899mdpl

Kurang lebih 1 jam kami sudah kembali ke Tombo Ati. Istirahat, memesan nasi goreng yang ternyata enak. Menu weekdays sangat terbatas. Karena yang menginap cenderung sepi, semalam kalo tidak salah cuma 2 kamar. Kami dan grup x-max.

Setelah dirasa cukup istirahat, mencuci mobil dengan leluasa, kami pamit melanjutkan roadtrip menuju Malioboro, Yogyakarta. (tri)

Tinggalkan komentar