“Tesih mboten?” Sapaku sama penjual siomay di stasiun Priok sore itu. Sore jelang malam, karena bakda Maghrib di Kejaksaan Negeri sisi selatan Terminal. Salah satu terminal yang saya anggap terlambat berbenah ini masih cukup ramai.
Ya, biasanya saya sampai terminal ini jelang maghrib menumpag mikrolet 15 atau 15A. Selanjutnya menunaikan kewajiban “wayah Sandikala” di Mushola Kejaksaan Jakarta Utara yang cukup ramah.
Selanjutnya saya menuju stasiun yang berjarak tidak jauh, hanya bersebrangan dengan terminal, untuk menunggu kererta api lokal terakhir Tanjung Priok -Cikampek. jadwal berangkat jam 19.20 wib. Nah sebelum masuk kereta, saya sempatkan membeli siomay sekedar pengisi perut, penahan lapar selama perjalanan. Hampir 2 jam atau kadang lebih di atas kereta. Maklum, kelas EKonomi, kerap harus mengalah dengan kereta jarak jauh , apalgi kelas bisnis dan eksekutif macam Taksaka, Argo Bromo dan lainnya.
“Tasih pak” Jawab kang siomai sambil membuka tutup panci tempat siomai dan ‘kawan-kawannya’ dihangatkan berkelanjutan.
“Biasa, Tumben tasih kathah? Apa pengaruh Corona?” tanyaku lagi sambil mengulurkan uang 5 ribu rupiah dari balik pagar stasiun. Biasa di sini maksudnya takaran biasa, yaitu seharga 5 ribu rupiah, karena langganan, saya selalu diberi takaran lebih.
“Enggih Pak, sepi niki dagangan” Jawabnya
Itu adalah wawancara saya sebelum akhirnya saya harus working from home. Setidaknya ada 3 penjual siomai sederhana menggunakan sepeda ontel di depan stasiun tersebut saat sore. Belum penjual lain, diantaranya
- 2 pedagang mi ayam,
- 1 es kelapa,
- 1 roti gerobak,
- 1 batagor,
- 1 sate padang,
- 2 bakso wonogiri,
- 1 gorengan,
- 1 kopi duduk emak
- 1 kopi sepeda embak
- 2 kios dorong
- 1 pecel ayam
- dan lainnya yang saya tidak hafal
Jadi Pandemi Corona menghantam hampir semua lini kehidupan, salah satu yang terpapar adalah para pedagang kali lima di ibukota. Mereka mengandalakan para pekerja yang lalu lalang, pagi dan sore. Sekarang, jika pekerja WFH, siapa yang akan beli. Bahkan kemungkinan mereka berhenti jualan karena anjuran pemerintah agar tinggal di rumah saja selama wabah corona, guna memutus penyebaran wabah covid-19 ini.
Bahkan perusahaan otomotif Indonesia menghentikan sementara produksinya, seperti Honda Prospect Motor (HPM), Yamah Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) dan Suzuki INdomobile Motor dan Suzuki Indomobile Sales. Hal ini tentu makin mengurangi mobilitas pekerja yang nortabene customer atau pembeli aktif bagi pedagang kaki lima.
Perhotelan dan Pariwisata juga tidak lepas dari dampak Corona Covid-19 ini. Sepi bahkan kosong. Bahkan Pemda DKI sudah jauh hari memberlakukan lockdown untuk tempat rekreasi yang dibawah PEMDA seperti Ancol, Ragunan dan Monas.
Kereta Api Indonesia (KAI) juga mengurangi jadwal bahkan membatalkan beberpa jadwal keretra api jarak jauh dan mengembalikan uang calon penumpang yang sudah booking tiket perjalanan di bulan Mei-Juni. Lebih lengkap tentang info tiket KAI, bisa cek ke web atau follow twitter KAI Indonesia
Semoga wabah ini lekas berlalu dan kita senantiasa dalam kesehatan dan lindungan Allah swt. Aamiin (tri)
Aamiin, memang dampaknya sangat terasa bulan kemarin di Purwakarta masih bisa jualan didepan pabrik, tapi akhir bulan kemarin Bupati mengeluarkan himbauan salah satunya agar perdagangan dilakukan secara take away/online, dan perusahaan juga mengeluarkan aturan makan dikantin/membawa bekal sendiri akhirnya pada ga bisa jualan lagi
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya pak. Kasihan. Melu was was kiye, esih WFH mbuh tekan kapan jyan
SukaSuka