Biker Pemalak Pedagang Kaki Lima


Biker Pemalak Pedagang Kaki Lima

image
Ilustrasi foto neorider

Pulang malam menempuh jarak +-85Km, Jakarta – Karawang. Udah 2 hari ini saya mengendarai Jalitheng, Pulsarstrada 220.
Sebelum sampai rumah, saya mampir beli jajan, martabak dan onde-onde mini.
Saat sedang bayar martabak, datang seorang pengendara sepeda motor, cowok, yang saya pikir pembeli, langsung menempel penjual martabak yang sedang mempersiapkan kembalian uang saya, tanpa melepas helm.

Si ‘cowok’ kasak-kusuk, sama penjual Martabak dikasih uang 5 ribu, saya pikir ni cowok, nukar/mecah uang. Tapi dia menolak uang 5 ribu dari penjual martabak dan bilang ‘ceban’, kalau saya tidak salah dengar. Selanjutnya penjual martabak memberikan lembaran uang 10ribu rupiah.
“Ikhlas teu?” Kata si cowok.
Penjual martabak mengiayakan. Oh ternyata si cowok teman atau sauadara penjual martabak, saya pikir begitu.

Berikutnya si cowok berpindah ke penjual onde-onde mini, minta dibungkusin jajanan tersebut.
Saya pikir dia beli dengan uang 10ribu dari penjual martabak barusan. Tapi setelah selesai dibungkusin onde-onde, si cowok kasak-kusuk ke penjual onde-onde, dan masih tetap mengenakan helm.
Samar-samar saya mendengar kata ‘tambahan dana’ atau ‘dana tambahan’ dari mulut si cowok. Tapi penjual onde-onde menolak, “itu udah cukup” ujarnya sambil menunjuk bungkus onde-onde yang sudah dipegang si cowok. Wah, tidak beres, ini si pemalakan.
Bergegas saya menuju sepeda motor si cowok yang parkir di depan Jalitheng,
Seekor New V-Ixion Lightning, warna dualtone putih merah, plat nopol belakang tidak ada, plat nopol depan nempel di bawah headlamp. Sulit dilihat, yang pasti plat ‘T’.
Sekonyong-konyong si cowok sudah nongkrong di atas NVL dan menstarter. Saya agak kaget, mendengar deruman knalpot Racing. Dia sempet melirik ke arah Jalitheng, mungkin dia baru ‘engeh’ ada Pulsarstrada dengan helmet Super Pro nangkring di atasnya. Selanjutnya dia pergi, geber si NVL putih merah tanpa spion, setang jepit rendah, velg jari-jari kecil dengan ban cungkring, atau biasa disebut ban cacing.
Saya sempat lihat logo jaket yang dikenakan si cowok dan baca tulisan yang mengelilingi logo tersebut. Juga ‘kata lain’ yang cukup mencolok. Maaf tidak saya tulis, takut menjadi fitnah.

Berikutnya saya interogasi para penjual kaki lima yang ngumpul sambil lihat gadget. Mereka bilang tidak kenal, kemarinnya juga pernah malak, tapi bukan pada penjual martabak dan onde-onde.(Tri)

——
Di posting sambil nungguin si Kembar test masuk SDIT

4 respons untuk ‘Biker Pemalak Pedagang Kaki Lima

    1. Kayaknya emang premanisme nih Om, ada titik terang setelah seaeching, mengarah ke

      Xxxx juga menyatakan bahwa, saat ini xxxxxxxxr fokus untuk menjadi klub motor lebih baik. Xxxxxxxxr pun menyadari, dulu banyak tindakan mereka yang meresahkan masyarakat. “Kami adalah aset bangsa. Oleh sebab itu, kami membutuhkan bimbingan dari pemerintah. Kalau sampai hari ini ada pelaku kriminal yang mengatasnamakan xxxxxxxxr, itu hanyalah oknum. Jadi, mohon jangan digeneralisir,” tambah xxxx.

      Nah, silahkan ditebak

      Suka

Tinggalkan komentar