Jelang 17.00. Bersiap menapaki aspal ibukota. Tak sendiri, ribuan bahkan mungkin jutaan sepeda motor memadati setiap ruang berkerikil dengan aspal yang mengelupas sana sini. Bahkan di akhir pekan, lalu lintas tak jua sepi, seolah tak ada bedanya dengan hari-hari sebelumnya. Atau efex perut keroncongan dan keringnya tenggorokan, sehingga yang longgar jadi terasa sempit. Bisa jadi.
Kucoba menikmati laju kendaraan, mengikuti iringan lainnya. Bersama tapi tak seia. Kebersamaan kerap sekedarnya.
Benar saja, di sebuah persimpangan, dua pengendara bersitegang. Inni Shoimun, batin saya. Sayang sekali jika sekedar masalah sepele merusak segala yang diperjuangkan dari fajar.
Penghujung Asar kerap menjadi ujian paling berat bagi pengguna sepeda motor yang melaksanakan puasa. Waktu tergesa untuk tiba di rumah dan menikmati berbuka dengan keluarga menjadi alasan mereka. Kadang senggol spion bisa jadi biang percekcokan yang tidak seharusnya.
Penghujung Asar memang pendek, tapi merupakan waktu yang dinanti di bulan ini, mencari takjil tuk berbuka, ngabuburit bareng pasangan, dan aktifitas lain menunggu beduk Magrib. Mungkin hal-hal ini yang ikut memicu pengendara terburu mengenyampingkan keselamatan dan adab orang berpuasa. Emosi mudah tersulut, mengabaikan Ramadan sebagai bulan kesabaran.
Penghujung Asar, waktu pendek yang dinanti Sang Sandikala, untuk menutup dan menyelimutinya dengan gelap seiring keceriaan bocah-bocah merasakan kemenangan akan seteguk air sirup berwarna. Mengharap kemenangan ini menghantar pada kemenangan Ramadan yang akan datang. Amin
—————–

mudik orang kang meng tangeran bareng koh gutul sokawera… apa lewat somagede pertelon?
nitip kang ya:
http://www.goozir.com/2015/07/peugeot-ada-kemungkinan-buka-pabrik-di-indonesia.html
SukaSuka
Wis mudik awal pasa ndisiti. Kayane ya lebaran ra libur kie koh
SukaSuka