“Mbok yao foto kelas sampah ngono ojo mbok aplot neng instagram to kang!” kata seorang rekan kepada saya beberapa waktu silam, saat saya baru mengenal instagram sekedar aplikasi berbagi foto, layaknya facebook dan twitter. Asal jepret langsung unggah.
“Nek sekedar foto, kan ada facebook atau twitter buat mengunggahnya, ngotor-ngotorin berandaku wae” lanjut rekan saya tadi. Dia juga pengguna instagram. Dari situlah saya coba memahami jejaring sosial yang spesial buat berbagi foto ini. Meskipun hasil foto yang saya unggah belum bisa dibilang layak. Paling tidak ada keinginan untuk memperbaiki. Pikirku
Instagram pertama dikenalkan tahun 2010, saat itu aplikasi ini dikhususkan bagi iOs. Tepatnya 6 Oktober 2010, Kevin Systrom, sang CEO mendaftarkan diri pada toko aplikasi online Apple App Store. Sampai booming android os, aplikasi inipun disematkan di ponsel berbasis linux tersebut.
Aplikasi produksi burbn,inc terus dikembangkan oleh Kevin Systrom dibantu Mike Krieger, dan Burbn memang fokus pada aplikasi ponsel. Jadi Instagram adalah tempat berbagi foto secara instan. Instan karena seyogyanya tidak melibatkan alat foto profesional macam pocket kamera digital dan DSLR (Digital Single Lens Reflex). Meskipun dari postingan yang muncul di timeline instagram, disinyalir banyak pengguna instagram yang mengunggah hasil kamera profesional. Hal tersebut berarti tidak instan lagi dong kang? Tentuntidak,karena pasti alih data poto melibatkan perangkat pembantu seperti komputer dan lainnya, untuk memindahkan hasil jepretan ke gadget iOs atau android. Selanjutnya diunggah ke instagram, karena saya belum coba instagram di browser PC, apakah bisa unggah photo?
Berbagai fitur filter bawaan instagram, kadang dirasa masih kurang oleh para penggunanya, beruntung berbagai aplikasi olah foto tersedia di googleplay dan apple appstore. Untuk android ada Picart photo studio, picsaypro dan masih banyak lagi.
Poto yang diunggah di Instagram makin beragam, mulai dari hal yang unik, langka, selfie para penggunanya, landscap, binatang dan sebagainya. Selain itu, berbagai komunitas potografi juga bermunculan dan yang cukup digandrungi oleh beberapa rekan saya adalah hasil poto ponsel dengan tambahan macrolens. Saya sendiri belum mencobanya, tapi dilihat dari hasil yang diunggah, banyak yang menakjubjan, bisa bersaing dengan hasil jepretan DSLR sekalipun. Jadi tidak harus pakai alat poto profesional untuk menghasilkan gambar yang berkelas, kembali kepada pengguna alat tersebut. “Kadang yang berDSLR malah kaya alay yang sok-sokan doang” celetuk sumbang yang bisa jadi benar.
Bagi pengguna instagram, cek aja dengan tagar (#) macro, untuk melihat hasil potonya juga berbagai komunitas semisal.
Apakah pembaca pengguna instagram?(tri)
————————————–
Posted from WordPress for Android P6200 retak
geleng2
SukaSuka
Kemeng gulune po Pan? 🙂
SukaSuka
foto biasa jadi luarbinasa… 😀
http://rbasuki.com/2014/01/yamaha-indonesia-akan-tantang-kawasaki-er6-dengan-mt-07
SukaSuka
Masa si?
SukaSuka
absen bro.. 😀 http://cicaakcerdas.wordpress.com/2014/01/15/megapro-injeksi-owalah-tampang-shroud-nya-berubah-to/
SukaSuka
Nihil 🙂
SukaSuka
😀
SukaSuka
saya belum punya instagram 😦
http://indomoto.com/2014/01/15/resiko-melawan-arus-dan-kendaraan-yang-musti-diwaspadai/
SukaSuka
Tinggal unduh, gratis pula
SukaSuka
****gram
SukaSuka
#Nadigram
SukaSuka
pengen punya, tapi hp ku ga bisa buat ini aplikasi. hehe..
SukaSuka
Oh gitu to, android makin terjangkau mas, produk SF under 800rb dah JB..
SukaSuka
yang biasa menjadi luar biasa
http://sarikurnia980.wordpress.com/2014/01/15/honda-pcx-150-baru-lagi/
SukaSuka
Katanya si 8x lebih bagus dr foto aselinya
SukaSuka
belum pernah nyoba.. bingung dgn makin banyaknya jejaring
SukaSuka
Iya, aku cuma aktif di beberapa saja, itu jg sesempetnya (seringe nyempetin si 🙂 )
SukaSuka
Reblogged this on primaputrie.
SukaSuka