
Isen Mulang, 2001. Jarum jam dinding menunjuk 07 pagi, kenapa masih gelap? Batinku. Kubuka pintu pondokan sambil memperhatikan cuaca, berkabut? Palangkaraya berkabut? Aneh sekali, tak ada gunung di sini. Saya makin penasaran. Saat saya hirup agak dalam udara pagi itu, saya tersedak, kabut ini serasa mencekik di leher membuat batuk, tidak segar seperti yang kubayangkan layaknya di kampungku di seberang lautan sana.
“ini bukan kabut, ini asap!” teriak rekanku yang sudah lama tinggal di Bumi Borneo ini. Dia tinggal di Barito Selatan. Sayang saya tidak sempat berkunjung ke wilayah tersebut. Saya hanya kuli yang tak mungkin melakukan petualangan. Apalagi untuk menapaki aspal jalanan Kalimantan Tengah mengendarai roda dua. Cukuplah saya mengenal Kalimantan lewat hembusan asap bumi Tambun Bungai ini. Eh tapi beberapa kali saya meminjam sepeda motor bos buat sekedar ke kantor pos atau pasar.
Kerap saya membayangkan memacu sepeda motor menyusuri jalan Trans Kalimantan, seperti jalan Tjilik Riwut dari Bumi Habaring Hurung,
Lanjutkan membaca Jelajah Borneo, Menembus Hutan Klakeh