30rbKM Bersama Jalitheng


pulsar220 danau pluit

Jalitheng adalah nama yang saya berikan pada motorku, Bajaj Pulsar 220 DTSi-F. Sepeda motor yang dibeli pada bulan Juni 2011 ini sudah menempuh jarak 30 ribu kilometer lebih. Sedang saja, dengan umur pakai 2,5 tahun, jarak 30 ribu km sepertinya masih pendek. Maklum si Jalitheng hanya motor harian buat nguli, tidak pernah menempuh jarak jauh layaknya touring. Paling jauh adalah ke Sukabumi, dengan jarak tempuh sekira 150 km. Selebihnya bepergian dengan kisaran 100 km, seperti Cianjur, mudik Karawang dan sebagainya.

pulsar danau pluit

pulsar dan danau pluit

Suka duka memakai kendaraan built up India ini tidaklah seberapa, karena meski CBU, tapi pengguna di Ibukota cukup banyak. Kerusakan pertama dari si Jalitheng adalah putusnya tali gas, sehingga terpaksa pakai Gas Spontan Pulsar220. Mungkin beberapa pemilik banyak yang menyesal membeli produk India ini, tapi bagi saya, harga dan nilai yang didapat seimbang, bisa dibilang lebih malah. Dengan harga beli 18,6 juta kala itu, saya bisa memiliki sepeda motor dengan mini fairing, projektor lamp, LED indicator, ban tubeless, double disk brake (front n rear) dan kelebihan lainnya dibanding motor saya sebelumnya yaitu Honda Tiger Revo SW yang saya beli seharga 20.400 ribu pada tahun 2007. Dari kesemuanya, tiger menang harga jual kembali. Spare part bajaj gimana kang ? Karena saya tinggal di Ibukota, saya belum merasakan kelangkaan spare part, Bahkan Tiger saya pernah indent spare part 14 hari kerja, saya lupa nama spare partnya.

pulsar 30KM

Hal yang cukup menyakitkan dari Bajaj adalah tutupnya main dealer di indonesia seiring bubarnya Bajaj Auto Indonesia (BAI). Salah satu sebabnya karena dianggap tidak memenuhi jumlah kuota unit terjual yang ditargetkan oleh Bajaj Auto India. Entah benar atau tidak, yang pasti hal tersebut menjadikan nama Bajaj menjadi jelek, tidak ubahnya ATPM Cina era tahun 2000, sekedar jualan tanpa perduli aftersales produk. Karena isu miring tersebut membuat harga second sepeda motor Bajaj Pulsar terjun bebas. Bayangkan saja, Pulsar 220 tahun 2011 ada yang menawarkan harga 11 juta, dengan umur pakai 2 tahun. Susut hampir 8 juta dalam kurun waktu 2 tahun. Apakah Tiger mengalami hal seperti itu ? Bisa iya bisa tidak. Di tahun 2007, saat saya ingin membeli Honda Tiger, Tirev SW second lansiran awal (2006) ada yang menawarkan seharga 16,5 juta, susut hampir 4 juta dalam kurun 1 tahun. Justeru Megapro Primus yang mampu bertahan harga secondnya kala itu. Saya termasuk beruntung dalam menjual second si Tirev, mendapat harga 13 juta dengan umur pakai 4 tahun, hanya susut 6,5 juta.

pulsar220 dan danau pluit

Jika anda berencana menjual kembali, alias membeli kendaraan dengan pikiran jual kembali, maka belilah produk yang pasti aftersalesnya, dijamin tidak terlalu mengecewakan. Saya tidak pernah berpikiran menjual kembali kendaraan saat membelinya, jadi tidak masalah harganya anjlok.

kenangan masa lalu
kenangan masa lalu

Beberapa perubahan kecil sudaha saya lakukan pada si Jalitheng, alias modif ringan. Awalnya ingin pakai ban Gambot, akhirnya ganti velg lebar V-Rossy dan Ban Dunlop Sportmax ex Kawasaki Versys, Setang Byson dengan penambahan riser, dan winsield tambahan serta pemotongan spakbor depan dengan menambahkan spakbor ala supermoto.

wpid-Jalitheng-pantai-Ancol.jpgSetelah mengalami kecelakaan, sisa restorasi tinggal velg dan ban saja, selebihnya kembali normal. Oh iya ban depan sudah ganti Bridgestone Bt-45, mungkin nanti diriview perbedaan mencolok antara sportmax dan BT-45 untuk front wheel. Rata-rata konsumsi BBM Jalitheng 30Kpl dengan ban gambhot, 120 vs 160. Anda tertarik ? Maaf tidak dijual(Tri)

Iklan

18 respons untuk ‘30rbKM Bersama Jalitheng

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s