Meliuk jalur Banyumas Nggunung ke Sumpiuh


Melanjutkan kisah gagal nengok Curug Gemawang di Desa kemawi, kami sekeluarga nekad melaju manjat lebih tinggi untuk mudun (turun) di Sumpiuh, jalur aspal cukup mulus dibanding jalan aspal kota banyumas yang keriwil gak pernah direbounding. meliuk ? tentu dalam batasan pelan dong, karena mengendarai bebek Vega yang abnormal disertai ngangkut keluarga.

nampak masih banyak pohon cengkih di kanan kiri jalan, meski tidak atau kurang terawat seperti era keemasan sebelum diobrak-abrik ordebaru atas nama koperasi. Jalanan terawat, sedikit sekali yang berlobang. Tentu saja banyak belokan yang menggoda pencinta kornering, tapi ingat, sebagian besar adalah Blind Spot, meski sepi pengendara, tapi apes siapa yang tahu.

pohon cengkih meranggas

Santai kubejek gas Ngatini, jalan yang berkelok, kadang nanjak dan turun, membuat anaku sumringah, seolah naik halilintar mini aja, suara mulutnya ikut menyuarakan gelora hatinya “WUUUUUUNNGGGGGGG” hampir sepanjang jalan, Ini pertama kali aku melintas jalur yang sebenarnya dekat dengan rumah tinggal dulu, maklum dulu aku gak punya motor Gan, jadi gak gaul gitcu.

Hampir sejam melalui jalur yang assoy tersebut, hingga akhirnya mulai merasakan perubahan suhu udara, mulai panas, gerah, pertanda mendekati dataran rendah, dan benar sawah terbentang menghijau dengan padi yang mulai berbukir. Hmmm… Sumpiuh, ketemu jalur jalan raya, kalo ke kiri arah Gombong, Kebumen danseterusnya, sedang kanan, arah Karang Jati, Buntu, Banyumas.

berenti sejenak karena ada nenek penjual duku, ternyata harga duku sama dengan di jakarta, bahkan kualitasnya bagusan yang di Jakarta. belilah sekilo, biar si nenek tidak kecewa. Lanjut meluncur ke kanan menuju Karang Jati, Pasar wijahan, tapi sebelum sampai ada kuliner yang menyegarkan, Dawet Hitam…. Nyessss… campur tape ketan hitam , mak GLEK… segerrr…

masuk Karangjati, belok kanan sebelum pasar Wijahan, menuju pasar Bleber dan manjat nggunung lagi melalui desa Karangsalam, Tanggeran. balik ke rumah siMbok. Wassalamu’alaikum

Iklan

12 respons untuk ‘Meliuk jalur Banyumas Nggunung ke Sumpiuh

  1. pernah ke curug gemawang modal dengkul, naik nya dari gotong-royong (wetane kali gatel) jalanya ampun-ampunan jauhnya, pas mau nyampe tanjakane marekna dengkul rasane kepingin copot..

    jam dulu pas musim duku, lewat daerah ketanda, duku sekilo dijual 1000 perak 😀

    Suka

  2. I have to thank you for the efforts you have put in penning this site. I am hoping to check out the same high-grade blog posts by you later on as well. In truth, your creative writing abilities has encouraged me to get my own, personal blog now 😉

    Suka

Tinggalkan Balasan

Please log in using one of these methods to post your comment:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s