Sensasi atap KRL Ekonomi


gambar dari push-indonesia.org

Kalo mengingat masa lalu, masih bujangan, numpang sama kakak di Bekasi, Tiap pagi mesti bangun awal hari untuk mengejar Kereta Listrik pertama dari Stasiun Bulan-Bulan Bekasi ke Beos Jakarta Kota. Beruntung Stasiun bulan-bulan adalah awal keberangkatan KRL Bekasi-Jakarta, sehingga kalo beruntung bisa dapet tempat duduk, jika tidak ya berdiri, begitu KRL datang, bahkan belum berhenti, para penumpang sudah berlompatan masuk ke dalam gerbong berebutan tempat duduk, maka jangan heran, jika pada Stasiun Kranji dan seterusnya tidak mendapati tempat duduk di Pagi hari, Karena sudah penuh duluan dari Bekasi, bahkan ada yang naik atap dari Stasiun awal ini.

Nah sayapun mengalami naik di atas atap kereta, pertama kali karena ketinggalan KRL jadwal keberangkatan yang pertama, sehingga terpaksa ikut KRD (kereta diesel) dari Cikarang, parah sekali KRD ini, lantai gerbong ada yang berlobang, lobang yang muat dua kaki  ini sungguh menyeramkan, apalagi jika kondisi kereta penuh dan berdesakan. Penumpang banyak pedagang, termasuk kambingpun masuk dimari. Nah pada kali yang kesekian, saya terpaksa naik ke atap karena gerbong berjubel, sumpek dan pengap. Pertama agak ngeri berada di atap, mesti menyesuaikan dengan penumpang lain yang dah duluan dan sering di atap, mesti senantiasa melihat tanda-tanda dari yang di depan bahwa harus menunduk karena kabel listrik KRL rendah atau menghindar dari dahan pohon yang menjorok ke atas Kereta.

Terasa sekali hembusan angin pagi jakarta yang semilir berdebu, Sebentar-sebentar terdengar teriakan dari depan, “nunduk” atau “awas kepala”, pemandangan sepanjang Rel tampak hampir tak ada kerapihan disana, pemukiman kumuh, gubuk-gubuk tunawisma pengumpul plastik botol air mineral dan berbagai barang bekas merupakan hal yang paling mudah ditemui sepanjang bantaran rel, potret metropolitan yang ironis sekali.

Beberapa kali saya merasakan “sensasi atap kereta”, baik KRL maupun KRD Cikarang, saat kakaku mengetahui hal tersebut, saya langsung dilarang, mending telat masuk kerja, daripada harus naik ke atap kereta, karena larangan tersebut saya tidak berani lagi naik kereta di atap. Alhamdulillah masih selamat, kalo bandel bisa apes…

Nah sampai sekarang juga masih banyak penumpang KRL yang nekad naik di atap, oh iya naik diatap ini hanya diperbolehkan sampai stasiun jatinegara, selebihnya harus turun. Nah jika pengembangan KRL yang kabarnya mandek, ya jangan salahkan jika masih berjatuhan korban dari atap KRL, lhawong gerbong gak muat, sungguh simalakama, dalam gerbong sesak nafas karena penuhnya, diatas gerbong siap kepanggang tegangan listrik ekstra tinggi, atau terlempar. Jadi lagi-lagi pemerintah yang bertanggung jawab, mau membenahi mass transportasi, atau membangun jalan tol buat nglayanin mobil pribadi. kalo udah mikir kesini, pengene #ngamplengi#

Wassalamu’alaikum

6 respons untuk ‘Sensasi atap KRL Ekonomi

Tinggalkan komentar