Berkah itu dari Alloh, Bukan Atasan Atau Pimpinan


Sebagai bawahan mematuhi atasan itu penting, karena kita kerja di sebuah perusahaan atau organisasi yang tak bisa lepas dari hubungan antar jabatan dan kepentingan … tapi saat atasan lebih mengedepankan kepentingan pribadi dalam pekerjaan, tentu kita sebagai bawahan sulit untuk menyikapinya, satu sisi kita mesti patuh pada atasan, sisi lain hal yang diperintahkan atasan itu bertentangan dengan nurani kita, terus bagaiman kita bersikap..? 

Inilah salah satu yang mungkin sebagian orang menghadapi dalam keseharian pekerjaannya.. karena belum mampu mengingatkan secara langsung maka doakan saja agar atasan menyadarinya.. Amin


yaa ayyuhaa alladziina aamanuu athii’uu allaaha wa-athii’uu alrrasuula waulii al-amri minkum fa-in tanaaza’tum fii syay-in farudduuhu ilaa allaahi waalrrasuuli in kuntum tu/minuuna biallaahi waalyawmi al-aakhiri dzaalika khayrun wa-ahsanu ta/wiilaan
59. Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. 

Asbabun Nuzul : Bukhari dan lain-lain meriwayatkan dari Ibnu Abbas, katanya, “Diturunkan ayat ini pada Abdullah bin Hudzafah bin Qais, yakni ketika ia dikirim oleh Nabi saw. dalam suatu ekspedisi. Berita itu diceritakannya secara ringkas. Dan kata Daud, ini berarti mengada-ada terhadap Ibnu Abbas, karena disebutkan bahwa Abdullah bin Huzafah tampil di hadapan tentaranya dalam keadaan marah, maka dinyalakannya api lalu disuruhnya mereka menceburkan diri ke dalam api itu. Sebagian mereka menolak, sedangkan sebagian lagi bermaksud hendak menceburkan dirinya.” Katanya, “Sekiranya ayat itu turun sebelum peristiwa, maka kenapa kepatuhan itu hanya khusus terhadap Abdullah bin Hudzafah dan tidak kepada yang lain-lainnya? Dan jika itu turun sesudahnya, maka yang dapat diucapkan pada mereka ialah, ‘Taat itu hanyalah pada barang yang makruf,’ jadi tidak pantas dikatakan, ‘Kenapa kalian tidak mau mematuhinya?'” Dalam pada itu Hafizh Ibnu Hajar menjawab bahwa yang dimaksud di dalam kisahnya dengan, “Jika kamu berselisih pendapat dalam sesuatu hal,” bahwa mereka memang berselisih dalam menghadapi perintah itu dengan kepatuhan, atau menolaknya karena takut pada api. Maka wajarlah bila waktu itu diturunkan pedoman yang dapat memberi petunjuk bagi mereka apa yang harus diperbuat ketika berselisih pendapat itu yaitu mengembalikannya kepada Allah dan Rasul. Dan Ibnu Jarir mengetengahkan bahwa ayat tersebut diturunkan mengenai kisah yang terjadi di antara Ammar bin Yasir dengan Khalid bin Walid yang ketika itu menjadi amir atau panglima tentara. Tanpa setahu Khalid, Ammar melindungi seorang laki-laki hingga kedua mereka pun bertengkar.

Dalam ayat diatas menyebutkan taatlah kepada Alloh, taatlah kepada Rosul, sedang kepada ulil amri tidak disebutkan memakai kata taat lebih dulu, yang artinya Taat kepada Alloh dan Rosul adalah mutlak tanpa kompromi, sedang kepada ulil amri atau pimpinan hanya taat saat pimpinan tersebut tidak durhaka kepada Alloh dan Rosul…

Jadi bijaksanalah dalam menyikapinya dan jangan emosi… semoga hidayah Alloh padanya.. Amin

 


yaa ayyuhaa alladziina aamanuu laa tattakhidzuu alladziina ittakhadzuu diinakum huzuwan wala’iban mina alladziina uutuu alkitaaba min qablikum waalkuffaara awliyaa-a waittaquu allaaha in kuntum mu/miniina
57. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman. 

Asbabun Nuzul : Abu Syekh dan Ibnu Hibban meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang mengatakan, bahwa Rifa’ah bin Zaid bin Tabut dan Suwaid bin Harits telah menampakkan keislamannya, akan tetapi kemudian keduanya menjadi munafik. Dan tersebutlah bahwa ada seseorang lelaki dari kalangan kaum Muslimin bersahabat intim dengan mereka. Kemudian Allah swt. menurunkan ayat, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi walimu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan…” sampai dengan firman-Nya, “Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.” (Q.S. Al-Maidah 57-61).

Sekian ….semoga bermanfaat …. Wassalam..


14 respons untuk ‘Berkah itu dari Alloh, Bukan Atasan Atau Pimpinan

Tinggalkan komentar