Jumat, 04 November 2016. Hari yang akan dicatat dan diingat dalam sejarah bangsa ini. Aksi damai yang diikuti oleh jutaan masyarakat dari seantero pelosok negeri. Aksi demi tegaknya supremasi hukum, dalam dugaan penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok. Gubernur nonaktif DKI Jakarta.
Longmarch dari berbagai penjuru, menuju istana negara, melewati jalan merdeka. Karena peserta yang begitu banyak, membuat jalan penuh, ‘bejubel’. Sehingga berkali-kali, korlap mengingatkan anggota aksi damai agar menjaga ketertiban. Salah satu himbauan yang terus dikumandangkan adalah, agar peserta tidak menginjak rumput.
Jangan injak rumput, di belakang ada metro tipu
Itulah, kata-kata yang kerap terlontar. Kata “METRO TIPU” menjadi gurauan yang mengusik otak saya. Apakah yang dimaksud adalah stasiun TV swasta nasional? Nampaknya kepercayaan publik akan kredibilitas pemberitaan oleh TV tersebut luntur sudah.
Memang himbauan tersebut cukup mempan menghalau peserta dari taman. Meski pada akhirnya, mendekati barikade polisi, karena peserta dari belakang yang terus maju, membuat bagian depan kewalahan dan terpaksa meluber ke taman. Menginjak rumput. Tapi sepanjang penglihatan saya, tidak ada kerusakan taman yang fatal.
Terkait kredibilitas sebuah media, memang saat ini sulit untuk mempercayai begitu saja berita yang disuguhkan. Masyarakat semakin jeli dan hati-hati dalam menelaah berita yang berkembang. Baik yang disajikan oleh media televisi maupun media lainnya. Tapi bagi sebagian masyarakat yang awam, akan kesulitan membedakan antara berita benar, atau mengada-ada, semua dikonsumsi tanpa cek-ricek secara mendetil. Inilah yang mungkin membuat berita hoax tetap laku dan mendapat rating. Atau bisa jadi berita yang menimbulkan kebencian tetap mendapat respon dari penonton, karena membuat penasaran. Maklum, sekarang, penyajian berita, baik cari penggemar dan pembenci, bisa jadi seimbang, sama-sama dapat rating berdasarkan jumlah. Intinya, rating naik, iklan tayang, duit terkumpul. Imho
memang media tidak ada yang netral, rasanya nggak cuman metro saja, tv one juga pernah. nggak ada yang bisa dipercaya.
SukaSuka
Iya, termasuk media online, dan nampaknya narablog atau pewarta warga pun terjangkit penyakit mainstream demi jumlah tayang alias hits blig. Imho
SukaDisukai oleh 1 orang
Dimana2 media itu jadi alat politik. Siapa yg menguasai media, dia yg berkuasa.
Di jaman pak Harto semua media harus tunduk sama aturan. Kalo gak surat ijin dibredel.
Sekarang bebas, tapi banyak yg kebablasan.
SukaSuka
Iya. Terlalu bebas, karena mereka yg pegang kendali aturannya juga. Kayaknya gitu
SukaSuka
ilmu politik itu ilmu buat memeprngaruhi orang. jdi wajar aja klo media massa dipakai buat mempengaruhi orang… apalagi klo bosnya ikutan partai politik… klo ane sendiri sih cri berita dari media yg bosnya nggak ikutan parpol macam tvri atau klo swasta kayak net atau tv internasional kayak nhk world
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya juga si. Cuma kalo terlalu mencolok jd wagu, itu tipi apa tim sukses 😂
SukaSuka