Crash ke-4, Jalitheng Makin Compang-Camping


Kecelakaan di jalan raya, kejadian yang kadang tidak bisa dihindari. Hal tersebut karena melibatkan pengguna jalan lain. Meski kita sudah hati-hati, bisa jadi pengguna jalan lain kurang hati-hati dan sebaliknya.

Kejadian 13 Oktober 2016, di depan Gudang Bulog Cibitung

Faktor yang mempengaruhi terjadi lakalantas, selain kurangnya kehati-hatian, bisa juga karena kurang fokus dalam berkendara. Konsentrasi berkurang, karena lelah, stress pekerjaan, lingkungan hidup, bisa juga karena kondisi lalu lintas itu sendiri, macet misalnya.

Kecelakaan yang saya alami saat berkendara dengan Jalitheng si Pulsar yang sekarang agak wagu kalo disebut Pulsarstrada, diakibatkan beberapa faktor. Baik, saya ceritakan 4 kecelakaan yang cukup membuat Jalitheng kehilangan kegantengannya, karena makin compang-camping.

  1. 2013. Pulau Gadung. Menabrak Yamaha Nouvo. Saat itu saya sedang berkendara di jalan raya dekat terminal Pulo Gading. Saya cukup konsentrasi, saya lihat pengendara Yamaha Nouvo blink-blink Thai look, berboncengan tanpa helm, hendak menyeberang, memotong jalur saya. Saya klakson, kencang sekali, karena kala itu, klakson Jalitheng mengadopsi klakson merk Fer, tipe terompet, yang diperuntukan untuk mobil BMW. Karenanya, saya menganggap si Nouvo mengerem, berhenti dan menunggu saya lewat. Tapi dugaan saya salah, Nouvo memang memelankan lajunya, tapi tetap menyeberang dengan santai, dan “BRUAK….SRUAAAKKK!”. Akibat kejadian ini, tangki Pulsarstrada penyok kanan, handguard patah, setang bengkok, lampu sign ngampleh, visor tambahan pecah, fairing baret baret dan entah apa lagi. Oh iya, disinyalir, semenjak kejadian pertama ini, segitiga shock depan mengalami kemiringan, meski tidak signifikan.
  2. 2014. Kemayoran. Tabrakan dengan Honda Grand, kalo tidak salah lihat, Karen orangnya langsung kabur. Kejadian di jalur lambat Benyamin Sueb, Kemayoran. Sisi kiri. Jalur lambat di sini memang ada blind spot, karena terhalang pot bunga dari cor beton yang cukup tinggi, sekonyong-konyong si bebek nongol dari lawan arah, dan “BRUAK… SRUAAAKKK!”. Si bebek kabur meninggalkan spakbor belakangnya yang somplak. Beruntung Jalitheng mengaplikasi Engine guard sederhana dari pipa besi. Engine guard bengkok, baut penahannya patah satu. Handle rem kaki, untuk rem belakang, patah foot stepnya. Selebihnya saya lupa.
  3. 2015. Kaliabang Raya. Menunggu rombongan sepeda motor menyeberang masuk gang pemukiman. Saya pikir sudah selesai. Ternyata ada pengendara skutik atau bebek saya agak lupa, dengan rider anak umuran SD membonceng anak balita, menyeberang belakangan secara diagonal, dan “Gubrak”. Jalitheng yang baru angkat gas gir satu, saya banting menghindari. Si anak kabur masuk pemukiman. Kecelakaan pada kecepatan motor pelan, tapi berefek sangat parah. Mungkin karena saya paksa membanting, karena saya tidak merasa menabrak. Shock depan, as roda depan, setang mengalami bengkok parah. Bahkan swing arm juga miring. Saya kesulitan mengendarai si motor, beruntung sudah dekat ke rumah. Jadi tidak terlalu lama tersiksa. bahkan velg depan lecet dalam.
  4. 13 Oktober 2016. Jalan raya Cibitung. Hari Kamis, bertepatan saya mau Diklat K3Listrik di Grand Cempaka. Jalitheng nyosor Honda Grand di Cibitung, tepatnya depan Gudang Bulog Cibitung, seberang Tata Motor. Kondisi lalin ramai. Saya riding di samping truk box. Tidak disangka, asa bebek memotong dari seberang, depan truk, langsung lawan arah. “Mak thungul”. Lagi-lagi saya membanting motor, nyrosot dengan kepala motor nyosor si bebek. Kejadian ini bisa dilihat di gambar. Kejadian agak unik. Karena yang marah ke pengendara bebek bukan saya, tapi polantas yang berjaga di persimpangan tersebut. Saya sampai risi mendengan pak polisi menceramahisi bapak bebek. Dia memang salah besar, tapi kalo sudah bilang “saya pengangguran mas”. Duh, beruntung anaknya yang dibonceng di depan tidak mengalami cidera apapun. Yang parah lagi-lagi Jalitheng. Visor bawaan motor dan tambahan dari Coriaz hancur lebur, bahkan fairing penyangga visor kiri, patah. Setang bengkok parah. Sign kanan yang baru diperbaiki kembali ngampleh lebih parah dari sebelum diperbaiki. Fairing kanan baret-baret. Jalitheng makin compang-camping, ‘nggegirisi’.

Mudah-mudahan hal ini bisa diambil ibrah, semakin hati-hati dalam berkendara dan terhindar dari marabahaya. Aamiin.

14 respons untuk ‘Crash ke-4, Jalitheng Makin Compang-Camping

Tinggalkan Balasan ke guparman Batalkan balasan