Kawan & Lawan


image

Dalam kehidupan sehari-hari, kawan itu teman kita, kenal dan paham, meski kadang tidak sepaham. Lawan adalah musuh atau saingan kita, kenal dan paham tapi kerap bahkan mungkin tidak pernah sepaham.
Ada kesamaan ciri antara kawan dan lawan, yaitu saling kenal, atau beranggapan mengenal mereka walau bisa jadi salah. Dalam pergaulan bermasyarakat, baik di lingkungan keluarga maupun kerja, anggapan ini kerap meleset. Salah sangka. Contoh, kita menganggap kawan pada tetangga kita, karena kenal dia, ternyata tanpa sepengetahuan kita, dia menebar aib dan fitnah tentang kita, mungkin karena iri atau bawaan lahir. Dan sebaliknya, tetangga yang kita anggap musuh, belum tentu kita mengenalnya seperti yang sekarang kita tahu.
Dalam lingkungan pekerjaan tidak jauh beda. Kerap di suatu tempat kerja baru, kita harus menghadapi orang-orang baru. Orang-orang yang kita kenal dari ‘0’ (nol). Kita tidak mungkin berpatokan dari nol itu, perlu referensi dari orang-orang (kawan kita) yang mungkin mengenal mereka. Bagaiman sikap kita saat berhadapan dengan mereka, cara bicara dan sebagainya terkait pergaulan.
Tapi ingat, referensi dari kawan kita juga tidak otomatis bisa menjadi standard bergaul dengan ‘warga’ lingkungan baru ini. Gabungkan dengan yang kita dapat dari ‘nol’ sampai saat ini. Sesuai atau jangan-jangan fitnah belaka, karena permasalahan antar mereka yang kita tidak tahu sebelumnya.
Inilah hidup sesungguhnya, memilah dan memilih. Memilah dari yang buruk untuk diambil baiknya. Sebaik-baiknya keburukan tetap saja itu berupa keburukan. Sayangnya dalam bermasyarakat kita tidak mungkin GOLPUT sebagaimana dalam pilkada, pilleg dan pilpres yang lalu.
Dalam bergaul, bermasyarakat, kita harus memilih. Baik dan buruk bukan lagi pilihan, tapi suatu hal yang kadang harus kita jalani. Tugas kita jika kebaikan pertahankan dan tingkatkan. Jika keburukan, perbaiki, kalo tidak nampu, hindari. Menghindar bukan berarti kalah apalagi menyerah. Menghindari keburukan mungkin buruk, karena tidak ada perbaikan karenanya. Itulah resiko, hadapi perbaiki atau hindari takut menular.

image

Layaknya seorang penumpang menunggu angkutan umum, naik yang sudah di depan mata dengan resiko penumpang penuh dan berdiri tapi lekas sampai tujuan, atau menunggu angkutan berikutnya dengan harapan dapat duduk. Mungkin, belum pasti. Bisa jadi angkutan berikutnya penuh bahkan lebih penuh dari yang ada saat ini.
Ambil keputusan cepat dan tepat. Itulah kuncinya. Banyak berpikir dengan segala pertimbangan tapi hasil tidak maksimal atau secepatnya dilakukan dengan resiko yang sudah pasti. Sesuatu yang pasti sudah barang tentu kita siap mengantisipasi. Berdiri kaki kesemutan. Tinggal gerakan, semut hilang. Apakah pembaca berkawan dengan lawan anda?(tri)

————-
standing on commuter line Jatinegara-Bekasi

**************
Posted from WordPress for Android Wonder Roti Jahe

3 respons untuk ‘Kawan & Lawan

Tinggalkan komentar