Blogger Lebih Mudah Dikendalikan


Menarik sekali tulisan bung Rio, saya alami ini, bahwa blogger lebih mudah dikendalikan. Misalnya saat saya dapat kiriman gambar atau berita tentang motor baru dari komentator atau dari AtPm, baik atas nama aseli atau nickname, saya akan dengan senang hati menulis dan menyebarkan berita tersebut, apalagi dulu saya adalah blogger hits hunter. Sekali lagi itu dulu, saya tidak mau lagi hanyut dan menulis sampah yang membodohi pembaca dan menguntungkan penjajah kapitalis. Imho

Sirkuit Rio Winto

SUASANA kopi darat (kopdar) Oto Blogger Indonesia (OBI) di Roti Bakar Edy, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, yang dihadiri Bung Nugroho Adhi (Nadhi), Bung Edo Rusyanto, Bung Bodats, Bung Jamin, dan saya, Senin (12/11/2012) malam, berlangsung seru. Ngobrol ngalor-ngidul, mulai dari soal sepeda motor sampai soal dunia maya.

Akhirnya, sampailah pada pembicaraan menarik mengenai masalah Honda CB 150. Bung Nadhi pun berpendapat. “Bagi saya, soal CB150 yang menarik adalah isu yang berhembus sebelum produk itu muncul di pasar. Sejumlah blogger mengaku mendapat ‘bocoran’ info itu dari (yang mengaku) orang dalam pabrikan. Sekeping demi sekeping potongan informasi itu dilempar ke ranah publik melalui tangan blogger,” kata Bung Nadhi sambil melengkapi pembicaraan melalui surat elektronik.

Lihat pos aslinya 545 kata lagi

19 respons untuk ‘Blogger Lebih Mudah Dikendalikan

  1. nyuwun sewu mas tri, ini baru masalah berita otomotif, belum ngomongin soal politik, apalagi agama, intinya menyatukan perbedaan itu memang sulit, apalagi membuatnya jadi sama jelas tidak mungkin. semua berpegang pada kebenarannya masing2, Tapi minimal mengurangi konfrontasi.
    Untuk blog otomotif bagi saya yg cuma baca n komen ya dikembalikan keniat awal buka blog untuk apa? kalo saya ya untuk cari info otomotif, kalo nyari info hp baru ya di blog seluler, cari info agama ya di blog religi, tapi ga ada larangan juga blog otomotif isinya bukan otomotif asalkan tidak menimbulkan masalah atau memprovokasi permasalahan, nyuwun dipun leresaken menawi kulo lepat. suwun

    Suka

    1. nggih mas Arkham .. matursuwun. saya juga sekedar berpendapat dan perbedaan itu rahmat. jadi wajar jika terjadi silang pendapat. hanya saja alangkah baiknya kita belajar memahami perbedaan itu agar lebih baik dalam menentukan pilihan, baik dlm menulis, bersikap dan sebagainya. Perbedaan bukan dipahami untuk sekedar dimaklumi tapi ada pelajaran bernilai yg mungkin sulit diterima tapi itu realita yg tertutupi. sepindah malih matursuwun Mas. menawi lepat nggih nyuwun gunging pangaksami.

      Suka

  2. enaknya ngobrol dg mas tri ini bisa berdiskusi bukan debat kusir, ada beberapa hal yg mau saya diskusikan,
    yang pertama mengenai etika mewartakan, bersumber dari pendapat bung Nadhi bahwa blogger sangat berbeda dengan media mainstream yang kudu tunduk pada kode etik profesi maupun UU. Iya betul itu, tapi apa benar berita media mainstream benar2 etis dan independen dg banyaknya aturan itu? mari kita lihat metro tv, tvone, atau bisakah dibayangkan jawa pos memberitakan hal buruk tentang DI? (walaupun bagi saya DI memang tidak buruk), soal artikel yg seperti spyshot yang seperti berseri bisa juga dibandingkan dengan baca berita di Detik, disitu tiap berita pasti dibuat berseri, bagi saya ada yg terlihat alamiah tapi banyak juga yg terasa dibuat buat agar pembaca penasaran. Nah soal etis dan tidak bagi saya selama tidak melanggar norma dan juga menimbulkan keributan atau menyinggung pihak lain ya tidak apa apa, apalagi topiknya bidang otomotif bukan seperti media mainstream yg memberitakan masalah politik, hukum dll yg jelas berpengaruh kpd pihak yg diberitakan.
    Yang kedua soal contoh teknis penyebutan teralis padahal pabrikan menamakannya bukan teralis, na ini yg bikin saya bingung. Foto sasis itu sudah lama muncul, lama, bahkan warungnya mas azis juga buat artikel tsb di bulan januari 2012 lengkap dg gambar dan penyebutan sasis teralis, dan setelah produk keluarpun rangkanya memang sama dg “spyshotnya” cuma pabrikan kasih nama “New Innovative Truss Frame” dan bersumber dari itu ada protes bahwa itu bukan teralis alasannya karena nama dari pabrik bukan itu, atau karena beda dengan ducati dan ktm, lha dulu bulan januari disebut teralis kok tdk diprotes? atau kalau tidak mirip ducati tidak boleh disebut teralis, lha itu pagar rumah sama sekali beda dg ducati disebut teralis juga. Intinya tidak ada pelanggaran patent jadi syah syah saja.
    yang terakhir soal menulis sampah, membodohi pembaca dan menguntungkan penjajah kapitalis. Hmm kembali ke niat awal saya buka blog otomotif karena pengen tahu info tentang otomotif, jadi bagi saya pribadi artikel yg saya baca itu bukan sampah tapi sebuah informasi yg pastinya tidak akan saya telan mentah2 dan menjadi bodoh setelahnya, menguntungkan penjajah kapitalis? hmm kalo pabrikan untung ya sangat wajar kalau rugi ya kebangetan wong investnya triliunan, dan kalu investor bangkrut maka masyarakat khususnya pekerjanya pasti ikut menanggungnya, kalau soal penjajah itu karena tidak ada produk dalam negeri yg bisa dijadikan alternatif pilihan. Motor dan mobil memang bikin penuh jalanan tapi itu karena jumlah kendaraan terus bertambah sedang yg lama tidak dibatasi umurnya, terus problem utama ya karena jumlah penduduk terlalu banyak terkonsentrasi di satu daerah dan beraktifitas dalam waktu bersamaan. Coba perhatikan macetnya jakarta adalah di hari kerja, lebih spesifik lagi jam berangkat dan pulang, misal semua orang meninggalkan kendaraannya dan kerja dengan jalan kaki bisa dibayangkan jalanan penuh orang seperti mau demo, pakai transportasi umum semuapun tak akan cukup. Nah itu yg bisa mengatur adalah pemerintah bukan pabrikan, mereka punya kepentingan tapi tidak ada artinya jika pemerintah tegas mengaturnya.
    Wah nyuwun sewu kepanjangan komennya

    Suka

    1. matur suwun sanget Mas Arkham. mboten nopo. tambah panjang malah bagus, semoga mencerahkan saya dan makin terbuka otak ini. Memang benar semua kembali ke pemerintahnya, kalo tegas layaknya China yg menghukum mati koruptor, yakin Indonesia akan lebih berkuasa atas kekayaan alam dan potensi lain yg terkandung di dalamnya. Nah sementara ini pewarta warga macam saya ataupun Bung Nadi n Bung Rio juga yg lainnya memang baru bisa menulis mengkritik kebijakan2 pemerintah yg ada dan tertuang juga pada kebijakan para ATPM dan pemain bisnis besar asing lainnya. Barangkali dengan mengkritik ini, bisa sedikit mengobati luka negeri pertiwi serta menjaga agat tidak apatis melihat keadaan pemerintahan yang bagi kami cenderung berpihak ke asing seperti pada poatinganku sebelumnya. yang jadi ketakutan kami adalah saat pewarta warga bahkan warga negara cuek, masa bodo dengan keadaan tersebut. Kesane kulo “kemaki” nggih nuwun sewu mas. monggo dilajeng diskusine, ngapuntene nek mbalese ra kontinyu, disambi nguli soale.

      Suka

    2. Oh iya tentang perbedaan kode etik media mainstream dan blog saya belum memahami, hanya saja setahu saya media mainstream dalam memberitakan kabar lebih berhati-hati. Penuh perhitungan, ada juga pewarta warga yang memposting tulisan produk dengan mengunggulkan kelebihan produk tersebut karena dibayar, bagi pewarta warga yang fair biasanya akan mencantumkan (biasanya dijudul artikel) bahwa tulisan tersebut advetorial alias komersil. Sedangkan media mainstream akan ada perjanjian komersil atau deal deal khusus tanpa mencantumkan adv dipostingan berita. Cmiiw. Selebihnya saya kurang paham

      Suka

  3. semalem kejebak macet di bus jd tdk bs lanjut komen. Betul mas lebih bagus dan lbh jelas kritik lewat tulisan drpd demo. Masalah blogger yg berpihak atau ada yg terima bayaran bagi saya yg niatny çari info tdk masalah. Lha kalo tdk ada blog sy beli tabloid malah keluar uang. Dan tdk berarti sy cari info otomotif krn pengen beli tp lbh krn suka akan info tsb. Jd sy tdk merasa rugi jika penulis dpt uang. soal APM yg trs menjual produk shg bikin macet sy kira krg tepat, alasan pertama pabrik otomotf itu menggerakan ekonomi, lha kalo tdk berproduksi trs pekerjany bgmn? soal jalanan yg penuh itu krn tdk ada pembtsn umur kendrn, jumlah penduduk terlalu bnyk, infrastruktr buruk dan jg tdk ada trans massal yg ideal. itu semua buth aturan pmrth yg bagus dan tegas. bisa jd APM membeli peraturan utk keuntgny tp itu kan tergantg ada yg jual peraturan atau tdk. semua APM di Indnsia kan ada jg di negara kain, kenapa disana tdk spt ind? berarti tergntg penduduk dan aturn pmrth setempat. Tiap munculnya 1 Kendaraan itu spt kelahiran 1 bayi. begitu lahir ada yg hrs dipenuhi berupa fasilitas yg jelas jd beban negara, tp disisi lain kelahiranya menyenangkn orang, bisa memperkuat negara, dan jd kebutuhan masyrkt.
    soal kritik marilah fair, krn yg sy tangkap arah kritik condong ke blogger (iwb, tmc) yg sy rasa berita msh berdsr fakta dan imbang antar produk, walau kemungkn berdasar pesanan. Dan misal terasa tdk berimbang spt tuduhan kpd blog mas tri yg condong bagus2in Ymh atau p2r yg condong ke Hnd bagi saya jg gak papa. Skrg bnyk blog dg berbagai sudut pandang, pembaca pasti bisa mengumplkn informs dan mengolahny sdr. Lha saya sj baca bertahun tahun tetep saja ga beli2 motor baru kok, itu karena keteguhan hati saya utk tdk beli motor jika tdk punya uang..he he

    Suka

    1. Sebetulnya bagi saya bukan masalah Yamaha Honda atau yang lainnya tapi kejelian pewarta warga dalam menulis berita, perlu tidak hal “cere” ditulis, jika semua bertahan dengan pendapat seperti komentar Mas Aarkham bahwa sekedar bacaan mencari informasi, maka sampai kapan pewarta warga mampu mencerdaskan, kenapa lsu, gosip itu lebih disuka(kesannya). Bagi pembaca yang memahami akan hal tsb ga masalah. Tapi pernahkah ada teman atau tetangga yg bertanya tentang info sesuatu produk atau berita di mana dia merasa hal itu benar karena dapat dari pewarta yg independen, bertanya untuk meyakinkan. Padahal itu cuma isu yg digemborkan untuk kepentingan kelompok tertentu. Yg efeknya agar terlihat nyata maka ada korban dari pemberitaan tersebut. Jadi betapa pemberitaan di Indonesa itu bisa dikendalikan, nah apakah kita harus hanyut ?
      dan sekali lagi semua kembali ke pemerintah yg memegang kendali kebjakan di negeri ini.

      Suka

  4. menarik sekali……tp dibalik itu semua pasti ada tujuan yg tersembunyi. (disadari atau tidak).
    sebagai pembaca mestinya harus bisa lebih smart, ga semua informasi itu benar, mungkin ada yg dibuat samar supaya lebih menarik atau sedikit demi sedikit supaya penasaran.
    tapiii….kalau informasi itu yg baca orang awam bisa bahaya juga.
    intinya blogger pun mesti punya saringan yg lebih baik lagi dalam membuat berita. “Tong saga wayah”. (jangan sembarangan).

    Suka

  5. para pembaca musti kritis dlm menyikapi, mana yg kredibel n g.. smoga kabinet era mendatang, departemen penerangan bs di hidupkan lg, bwt menerangkan hal2 yg g terang.

    soal industri otomotif tnggl gmn good will pemerintah, sistem transportasi yg maju ttp diperlukan. pabrikan berbuat spt ini krn mampu mencari peluang yg justru dikluarkan oleh pemerintah sndiri.

    Suka

  6. betul sekali pemerintahlah yg punya peranan penting dalam mengeluarkan kebijakan. contoh paling baru adalah kebijakan LCGC yg ternyata lebih menguntungkan pabrikan asing daripada lokal. peluncuran mobil Esemka tak satupun pejabat pemerintah penting yg hadir. miris banget. kejadiannya bareng satu waktu lg

    Suka

  7. nyundul ah….
    interaktif dan segar diskusinya….!

    Berharap, penulis elegan bersikap dan beropini dng nilai kritis terus di kedepankan. Tentu juga….objektifitas tetap terjaga!

    Jangan sampai hal negatif masuk ke relung hati…misal ;
    – kritis tapi memusuhi dan lepas
    silaturahim antar blogger….
    – berusaha tawadhu utk tdk mengejar
    hits, padahal hati bernafsu…! cuma
    tulisan dan informasi tidak menarik
    buat pembaca… akhirnya mundur
    teratur dng alasan tdk mau tergoda
    dengan syahwat HITS !

    Akhirnya kata skeptis teujar..’Syirik tanda tak mampu !’

    Sesekali dikritisi yo mas…dari sekian kesempatam mengkritisi blog lain.

    peace ah…!
    kabayan

    Suka

    1. Alhamdulullah sampai saat ini saya tidak memusuhi blogger lain sebagai pribadi, kalo tokh saya mengkritisi tulisan mrk, ya sebatas tulisan saja dan mrk pun tetap berhak beropini meskipun kadang kurang bijak. Begitu juga saya sbg manusia yg tak lepas dari khilaf.
      Ada yg menulis mengejar hits demi meraih iklan, ya tidak masalah itu hak asasi. Tapi kritikan tetap diperlukan agar lebih bijak dalam menyampaikan opini ke publik, saya pun perlu kritikan.
      Terimakasih sudi mampir di sini, lainkali sudilah kiranya pakai nama terang dalam komentar serius (gak maksa si) , agar tidak menimbulkan prasangka yg berujung fitnah.

      Suka

Tinggalkan komentar