BBM Nonsubsidi Makin Mahal, Perlu Motor Irit ?


Sudah diketahui bersama, bahwa ada rencana pemerintah menaikan harga premium (bahan bakar nonsubsidi, termasuk solar) alias mengurangi subsidi demi menolong APBN yang kocar-kacir, seiring naiknya harga minyak dunia tentu biaya subsidi makin tinggi jika harga BBM non subsidi tidak dinaikan. Memang krisis Timur Tengah VS Amerika berdampak luas, hal tersebut dikarenakan (salah satu sebab) Iran menghentikan pasokan bahan bakar mentah (berhenti mengeksport) ke beberapa negara barat, akibat (balasan) embargo oleh Amerika terhadapnya.

sky shell.jpg
skydrive, mampukah bertahan ?

Dampaknya sudah terasa bagi pengguna kendaran dengan asupan BBM nonsubsidi akhir-akhir ini. Untuk wilayah Jakarta, tertanggal 01 Maret 2012 Pertamax sudah dihargai Rp 9.200,- dan Pertamax Plus Rp 9.550,- Sedangkan produk kerang alias Shell untuk super Rp 9.000,- dan extra Rp 9.400,-. Kenaikan yang cukup signifikan dan bikin galau bagi ekonomi ngepas kayak saya. Maklum, kadung mempercayakan bahan bakar kendaraan kepada BBM beroktan 92 dan trauma pada hal yang dialami Honda Tigerku dulu, pasca Pertamax plus melambung sampai angka Rp 10.600,- karena kantong kempes maka beralih ke premium mengakibatkan Tiger 2 tak, alias ngebulll… memang belum pasti penyebabnya bbm tersebut, tapi trauma ini belum hilang je…

Nah gonjang-ganjing kenaikan BBM diiringi pula gonjang-ganjing motor irit, baik jargon yang diklaim ATPM selaku produsen yang cari konsumen, maupun test konsumsi bbm yang dilakukan media termasuk blogger, baik independent ataupun tidak. Oks.. abaikan independensi blogger, nanti malah menjudge negatif dan suudzon. Silahkan lakukan test ride, termasuk test konsumsi BBM motornya, sampaikan demi konsumen, bukan demi “diundang lagi”, ups.. sorry keceplosan.

Sesuai judul tulisan, perlu gak sih motor irit sebagai jawaban kenaikan harga BBM ? Bisa iya, bisa tidak, tergantung konsumen. Misal seseorang yang sudah memiliki motor matic boros, sebut saja misal MIO sporty, karena borosnya, sang owner merasa perlu ganti motor irit, maka dijuallah Mio Sporty tersebut dan berganti MIO J yang iritnya bener-bener “its magic” katanya. (maklum FBY tulen nih orang :mrgreen: )

Lantas berapa harga mio sporty second ? Dan berapa harga motor baru si MIO J itu ? Berapa biaya tambahan dari hasil jual motor lama untuk mendapatkan motor baru ? Atau berapa lama lagi konsumen akan mengangsur kreditan motor baru tersebut ? Misal jual motor seharga 8 juta dan motor baru Mio J 11, 9 juta ( harga Mio J di Jakarta, kalo gak salah), berarti perlu tambahan 3,9 juta agar memiliki motor baru yang irit. Jika dikalkulasi ke harga BBM 3,9 juta dapat berapa liter ? Dan berpa lama jika digunakan berkendara harian? Padahal biasa mengonsumsi premium yang 4.500 perak, Silahkan hitung efek dari pembelian motor baru demi ngirit BBM?

Tentu ini bukan urusanku, sekedar sharing saja. Kata Eyang Edo selama kendaraan (motor) kita masih layak jalan dan memiliki nilai ekonomis ya rawat dan jagalah, karena kita tidak mendapatkan dengan cuma ungkang-ungkang kaki, tapi keringat bercucuran. Nek Jare Pak Camat Irawan juragan Kucing Ireng, “SAYANGILAH KENDARAAN ANDA, MAKA DIA AKAN MENJAGA ANDA SAAT BERKENDARA” Semoga bermanfaat, dan jangan lupa bagi yang sudah punya moto,r baik yang boros maupun irit “Waspadalah selalu dalam berkendara, senantiasa kenakan safety gears meski itu dianggap lawakan”. Wassalamu’alaikum

10 respons untuk ‘BBM Nonsubsidi Makin Mahal, Perlu Motor Irit ?

  1. inilah salah satu contoh, kenapa suzuki harus keluarkan matic 125cc yang sama? cuma beda body doang? sama seperti mio sporty dan mio soul

    Suka

  2. Sangat bermanfaat kang…
    Pemerintah mesti Koreksi diri…
    Demi menyelamatkan APBN tp menyengsarakan rakyat,
    karena sebenernya kalo mau nyelamatkan APBN ya mestinya
    Uang Negara ( yang awalnya jg sebagian uang Rakyat) jangan di KORUPSI.

    bagi Para Bikers Value Life Valeu Safety….

    Suka

Tinggalkan komentar